Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Premix | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

DARI SINILAH PRODUK IMBUHAN PAKAN BERKUALITAS DIHASILKAN

Foto bersama para peserta Plant Tour 
(Foto : CR)

Penggunaan imbuhan pakan merupakan salah satu elemen penting dalam peningkatan performa ternak dan efisiensi biaya pakan. Selain bahan aktif yang digunakan, aspek kualitas imbuhan pakan juga menjadi faktor penting yang harus diperhatikan.

Salah satu perusahaan produsen imbuhan pakan terkemuka di Indonesia yakni PT Trouw Nutrition Indonesia, mengajak para stakeholder-nya untuk mengunjungi "dapur" produksi mereka di Pasuruan, Jawa Timur. Mulai dari pelanggan, media, dan beberapa pemain penting di industri peternakan dalam kegiatan Plant Tour yang diadakan 26 – 27 Juli 2023 lalu.

Di sana para peserta dapat melihat secara langsung implementasi sistem sertifikasi ISO 22000:2018 oleh SGS, CPOHB dari Kementan, dan FAMI-QS dari DQS CFS GmbH. Perolehan sertifikasi tersebut merupakan sebuah bukti bahwa PT Trouw Nutrition Indonesia telah memiliki sistem feed to food safety yang setara dengan standar internasional dalam pengelolaan keamanan pakan dan ‘Good Manufacturing Practices’ mulai dari pemilihan bahan baku, hingga pengiriman.

Kualitas, Transparansi, dan Ketelusuran Yang Berkesinambungan

Yan Andria selaku Head of Quality and Business Development PT Trouw Nutrition Indonesia mengatakan bahwa dalam rangka memastikan kualitas produk dalam setiap batch produksi, Trouw menerapkan sistem Nutrace®, sistem tersebut merupakan sistem kendali milik Nutreco. 

Bahan baku yang digunakan pun pastinya "bukan kaleng - kaleng" alias tidak sembarangan. Dalam memilih pemasok bahan baku, mereka melakukan evaluasi dan analisa pengujian yang ketat untuk mendapatkan persetujuan dari global tim mereka yang berada di Negeri Kincir Angin, Belanda.

"Selain itu tim kami juga rutin melakukan pengendalian mulai dari bahan baku yang telah dipilih hingga produk jadi dan memiliki tata Kelola risiko jika terdapat temuan atau krisis. Kelebihan dari sistem ini adalah semua terekam pada database kami dan dapat dilakukan penelusuran dengan adanya sistem barcode untuk melakukan penelusuran dan menghindari terjadinya kontaminasi produk," ungkap Yan.

Yan juga menegaskan bahwa semua produk Trouw Nutrition dibuat berdasarkan riset termasuk formulasi dan spesifikasi yang dilakukan di sepuluh fasilias riset yang tersebar di berbagai negara dan bekerja sama dengan ratusan institusi riset di dua puluh sembilan negara. Proses produksi di Indonesia dilakukan keseluruhan secara otomatis dengan sistem produksi yang siap menghadapi era industri 4.0.
Trouw Nutrition didukung SDM dan mesin berteknologi tinggi
(Foto : Trouw)


Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Trouw Nutrition Indonesia, Wully Wahyuni mengatakan bahwa menjaga kepercayaan konsumen bagi Trouw adalah hal yang sangat penting. Timnya ingin memastikan agar para pelanggan dapat menyaksikan langsung teknologi dan proses produksi imbuhan pakan dan premix di tempatnya. Selain itu, ini merupakan penegasan bahwa Trouw sangat memperhatikan kualitas, presisi dan keamanan dimulai dari penerimaan bahan baku, proses produksi sampai produk diantarkan ke lokasi pelanggan.

"Kami berkomitmen untuk menjaga produk kami sehingga memenuhi standar kualitas internasional dan aman untuk dikonsumsi, tidak hanya bagi ternak tapi juga bagi manusia yang mengonsumsi produk dari ternak tersebut," tutur Wully.

Dukungan Teknis Masterlab

Teknisi Masterlab Trouw melakukan pengujian produk untuk memastikan kualitas
(Foto : CR)

Sebagai upaya maksimal dalam menjamin kualitas produk yang dibutuhkan pelanggan,  Trouw Nutrition Indonesia juga memiliki Masterlab Asia  yang berdiri sejak tahun 2004. Fasilitas tersebut merupakan in-house laboratorium bahan baku pakan dan pakan jadi yang telah memiliki sertifikasi ISO 17025 oleh KAN. Bahkan saat ini Masterlab Asia telah dilengkapi dengan fasilitas uji asam amino yang belum tentu ada di laboratorium sejenis di Indonesia. Jika dulu sampel uji harus dikirim ke luar negeri untuk melakukan uji asam amino, kini  Masterlab Asia sudah bisa melakukannya.

"Masterlab yang kita miliki di Pasuruan ini bisa dibilang versi miniatur dari yang kita miliki di Cibitung. Ini karena yang di Pasuruan kebanyakan dipakai untuk memastikan kualitas produk internal kita saja sementara ini. Mungkin dalam beberapa waktu kedepan, fasilitas yang di Pasuruan ini akan kita upgrade seperti yang di Cibitung," tutur Wully.

Ia melanjutkan bahwa pengujian sampel oleh Masterlab juga merupakan service yang diberikan kepada pelanggan. Hal ini menegaskan sekali lagi bahwa Trouw benar - benar concern akan kepuasan para pelanggannya. 

Selain itu menurut Wully, kedepannya Trouw mungkin juga berencana mengembangkan Masterlab lebih jauh lagi. Misalnya ia menyebut bahwa mungkin kedepannya Masterlab tidak hanya melayani pengujian pakan jadi atau bahan baku pakan, tetapi juga bahan baku pangan dan pangan.

"Kita selalu melihat kesempatan itu, namun itu masih rencana. Yang jelas kapasitas Masterlab kami sangat mampu melakukan itu, namun ini masih sebatas rencana, doakan saja agar kita selalu bisa memberikan yang terbaik," tutupnya (CR).

CHEIL JEDANG INDONESIA LEPAS EKSPOR PRODUK TRYPTOPHAN GRANULE SENILAI RP 23 MILIAR

Pelepasan ekspor Tryptophan Granule milik PT Cheil Jedang Indonesia. (Foto: Istimewa)

Selasa, 3 November 2020. PT Cheil Jedang Indonesia (CJI) resmi melepas ekspor perdana bahan baku asal hewan sediaan premiks (feed suplement) berupa Tryptophan Granule (asam amino pakan hewan), dengan total ekspor sebanyak 327 ton bernilai USD 1,5 juta atau sekitar Rp 23 miliar.

CJI yang merupakan satu-satunya produsen asam amino di Indonesia baik untuk pakan (feed grade) maupun pangan (food grade), menyasar ekspor ke pasar Eropa dan Asia, yaitu Jerman, Inggris, Vietnam, India, Prancis, Polandia dan Belanda. Hal ini menjadi bukti bahwa produk asam amino asal Indonesia bisa diterima dan sesuai dengan standar internasional.

Presiden PT Cheil Jedang Indonesia, Yoon Tae Sang, menyampaikan bahwa dengan adanya Tryptophan Granule, CJI telah menjawab permintaan pasar global khususnya produk asam amino untuk pakan ternak dan hewan yang lebih ramah lingkungan.

Ia menyebut, pada 2021 mendatang CJI menargetkan bisa lebih melebarkan sayap di negara Eropa dan Asia lainnya dengan target penjualan 36.000 MT atau setara USD 183 juta.

"Pada peluncuran kali ini kami sangat berterima kasih kepada Menteri Pertanian telah hadir dan sekaligus sebuah kehormatan bagi kami karena secara tak langsung kami mendapat dukungan dari pemerintah Indonesia. Kami harap dukungan ini terus dilakukan ke depannya," ujar Yoon Tae.

Sementara Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, yang hadir dalam pelepasan ekspor turut memberikan apresiasinya. Mentan Syahrul menilai CJI terus berupaya memproduksi produk berstandar dunia di tengah cekaman wabah COVID-19.

"Kami ucapkan selamat atas terealisasinya ekspor ini, berarti semua yang telah diupayakan oleh pihak perusahaan dan telah membuahkan hasil yang baik," ujar Mentan dalam pelepasan ekspor.

Ia menjelaskan, kebutuhan asam amino dalam negeri rata-rata pertahun sebanyak 53.226 ton dengan kapasitas produksi sebesar 381.500 ton. Maka masih ada potensi ekspor asam amino sebesar 328.274 ton dan sampai September 2020 sudah terealisasi ekspor sebanyak 119.496 ton.

Langkah ekspor pun, lanjut dia, sejalan dengan amanah Presiden Joko Widodo yang menyebut ekspor dan investasi adalah kunci penting kemajuan ekonomi Indonesia, sekaligus sejalan dengan program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian (GRATIEKS).

"Saya sangat menghargai dan mengapresiasi lompatan kemajuan PT Cheil Jedang Indonesia yang pertama kalinya melaksanakan ekspor bahan asal hewan berupa asam amino. Saya berharap perusahaan terus meningkatkan kinerja ekspornya," ucap dia.

Ia juga menekankan pentingnya aspek kualitas, kuantitas dan kontinunitas yang harus dipenuhi dalam mengisi peluang ekspor.

"Perlu adanya jaminan kualitas yang dapat bersaing, kemampuan memenuhi kuantitas yang dibutuhkan negara importir dan kontinuitas pasokan, disamping efisiensi usaha agar produk kita semakin kompetitif," tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementan, Nasrullah, memaparkan bahwa komoditas peternakan Indonesia hingga saat ini telah mampu menembus pasar internasional.

"Terbukti dari beberapa ekspor daging ayam olahan, sarang burung walet, pakan ternak, obat hewan, susu olahan, ternak babi, kambing dan domba hidup sampai larva kering. Total ekspor mencapai 97 negara," kata Nasrullah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor komoditas peternakan 2020 periode Januari-September (angka sementara) sudah tercatat mencapai 235.728 ton dengan nilai USD 632.085.614 atau setara Rp 9,48 triliun.

Catatan ini meningkat dibanding periode yang sama pada 2019 (year on year) yang hanya mencapai 199.135 ton dengan nilai setara Rp 7,05 triliun. Peningkatan volume ekspor sebesar 18,38% dan nilai ekspor meningkat sebanyak 34,32%.

"Nah, lewat GRATIEKS kami targetkan pertumbuhan volume ekspor peternakan pada 2024 nanti naik 300% menjadi 884.212 ton ke 100 negara tujuan," imbuhnya.

Dengan terbukanya akses pasar  internasional ini, kata Nasrullah, diharapkan CJI terus meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk siap ekspor, sehingga produk peternakan Indonesia bisa lebih bersaing di perdagangan internasional dan menjadi motivasi bagi para pelaku usaha lainnya.

"Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada PT Cheil Jedang Indonesia dan semua pihak terkait atas dukungannya terhadap upaya ekspor komoditas peternakan Indonesia," tandasnya. (INF)

PAKAN TERAPI, ALTERNATIF NAIKKAN PERFORMA?

Self-mixing harus senantiasa dibimbing. (Sumber: Istimewa)

Fenomena pakan terapi (medicated feed) muncul setelah larangan penggunaan Antibiotic Growth Promoter (AGP) diberlakukan setahun lalu. Kendati demikian, apakah penggunaan pakan terapi akan berpengaruh pada peningkatan performa ternak?

Pakan terapi merupakan pakan ternak yang dibuat khusus untuk mengobati ternak ketika terjadi penyakit yang ditemukan di kandang. Kandungan obat yang di masukkan dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi, baik yang disebabkan bakteri maupun karena Koksidia. Di beberapa negara, aplikasi pakan terapi dalam penanggulangan infeksi utamanya Koksidia pada ayam dara (pullet) telah banyak dilakukan. Di Indonesia sendiri, pakan terapi benar-benar hal baru, karena kebijakan ini beriringan dengan pelarangan AGP pada pakan.

Aspek Teknis
Karena sifatnya yang dikhususkan untuk terapi atau tindakan kuratif, maka dosis antibiotik atau obat-obatan yang diberikan harus sesuai dosis pengobatan. Oleh karenanya, penggunaan dan pembuatan pakan terapi ini harus diawasi oleh dokter hewan.

Namun beberapa kalangan peternakan masih mengkhawatirkan proses pengawasan tersebut, salah satunya peneliti dari Balitnak Ciawi, Prof Budi Tangendjadja. Menurutnya, pengawasan dokter hewan mungkin akan ketat pada perusahaan produsen pakan, namun bagaimana di tingkat peternak mandiri yang meracik pakannya sendiri?

“Kalau menurut saya it’s ok pemerintah juga sudah mengatur, untuk perusahaan besar enggak perlu diragukan lagi aspek teknisnya, selain mesin untuk mixing terjamin, sumber daya manusianya juga ada, di perusahaan besar dokter hewannya pasti ada. Tapi kalau self-mixing gimana? Di Jawa Timur banyak self-mixing, siapa yang mengawasi mereka? Dinas? Technical service? Dari dulu kita lemah dalam fungsi pengawasan ini,” ujar Budi.

Kekhawatiran beliau memang cukup beralasan, karena berdasarkan pengamatan kemampuan peternak dalam memproduksi pakan self-mixing masih minim. Budi menjelaskan, kebanyakan peternak menggunakan mixer vertikal yang dipakai untuk mencampur konsentrat, jagung giling dan dedak padi dengan proporsi 35, 45-50 dan 15-20%. Cara kerja mixer tersebut sangat berbeda dengan mixer horizontal yang dimiliki pabrikan pakan, sehingga kemampuan untuk mencampur bahan dalam jumlah kecil diragukan.

Meskipun beberapa peternak mencoba membuat premix (pre-mixing), yaitu campuran imbuhan pakan dalam jumlah kecil menjadi campuran yang lebih besar (misalnya 50 kg per ton), untuk kemudian dimasukkan dalam mixer utama. Tetapi kemampuan mengaduk secara merata dari mixer vertikal yang berkapasitas 1-2 ton jarang diuji, sehingga tidak diketahui apakah ransum yang dibuat sudah homogen. 

Selain itu, Budi juga menekankan aspek... (CR) Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2019.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer