Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Pinsar Petelur Nasional | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KETERSEDIAAN PAKAN LAYER DENGAN HARGA TERJANGKAU

 

Foto bersama pembicara dan hadirin peserta Sustainably Integrated Animal Industry Forum (Foto:  Ist)

Masih dalam rangkaian gelaran Indo Livestock 2022, Kamis (7/7) diselenggarakan Sustainably Integrated Animal Industry Forum di Ruang Cendrawasih 1, Jakarta Convention Center.

Pada sesi ketiga forum ini, hadir sebagai pembicara Ir Jenny Soelistiani MM, Pengawas Koperasi Pinsar Petelur Nasional (PPN) Lampung Sejahtera mengupas topik “Ketersediaan Pakan Layer Untuk Mendukung Ketersediaan Telur Secara Nasional dengan Harga Terjangkau”.

Dalam paparannya, Jenny menguraikan beberapa jenis pengadaan pakan peternak petelur. Diantaranya, peternak menggunakan pakan komplit feed dari pabrikan lalu konsentrat dari pabrikan dan pengadaan jagung, bekatul dan lainnya secara mandiri.

“Peternak juga menggunakan full pakan selfmix dengan membeli bahan baku dari suplier dan ada juga peternak yang menerapkan pakan kombinasi tadi,” jelas Jenny.

Saat ini, Jenny menambahkan, ketersediaan telur saat ini sudah surplus tetapi harga berfluktuasi. Peternak ayam layer masih menghadapi permasalahan ketersediaan dan harga pakan.

“Kekuatan kita adalah memiliki tanah yang luas dan semua subur, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Saat ini masih tergantung dengan bahan baku impor,” imbuhnya.

Peternak layer berharap adanya kepastian cadangan jagung Nasional dengan harga stabil sepanjang tahun. Selain itu, diharapkan ada upaya pengembangan riset pakan alternatif dan memanfaatan sumber pakan alternatif yaitu bungkil inti sawit maupun sumber protein lokal.

“Mudah-mudahan juga akan ada piloting pengolahan pakan di sentra-sentra UMKM, serta membangun komitmen bersama antar stakeholder,” pungkasnya. (NDV)

FGD FORMAT : RAMBU - RAMBU PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI PERUNGGASAN

FGD FORMAT, membahas penggunaan antibiotik di perunggaan lebih mendalam

Beberapa waktu yang lalu harian Kompas mengangkat tema terkait Antimicrobial Resisstance (AMR) pada laman utamanya. Lalu kemudian digelar pula acara konferensi pers antara YLKI bekerjasama dengan beberapa LSM terkait temuan bakteri yang resisten antimikroba pada produk perunggasan (karkas).

Sebagai upaya klarifikasi atas isu tersebut, Forum Media Peternakan (FORMAT) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) mengenai penggunaan antibiotik di sektor perunggasan melalui daring Zoom Meeting pada Kamis (5/8). FGD ini sengaja dibatasi pesertanya hanya pengurus Format dan para wartawan media anggota Format, sedangkan narasumber yang diundang adalah para pimpinan asosiasi terkait dengan isu ini yaitu Pinsar Indonesia, GOPAN, Pinsar Petelur Nasional, GPMT, GPPU, ASOHI, PDHI serta perwakilan pemerintah yaitu Ditkeswan. FGD  dibuka oleh Ketua Format Suhadi Purnomo dan dipandu oleh sekretaris Format Yopi Safari

Pada kesempatan pertama Drh Rakhmat Nuryanto Ketua Bidang Kesmavet PINSAR Indonesia mengatakan bahwa isu bakteri kebal antibiotik terutama E.Coli sebenarnya adalah isu yang sudah lama terjadi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Ia mengutip beberapa laporan dan hasil penelitian terkait isu tersebut.

"Permasalahannya, yang duluan mengangkat isu tersebut adalah media mainstream, sehingga masyarakat menjadi geger. Itu tidak bisa dihindari dan memang dampak sosio-ekonominya cukup besar," tutur Rakhmat. 

Rakhmat sendiri menyayangkan hal tersebut, padahal menurutnya bakteri sekebal apapun terhadap antimikroba akan tetap mati dengan cara dimasak . Jadi untuk meredam isu tersebut ia menyarankan pada stakeholder untuk meng-counternya dengan menyarankan pada masyarakat agar tidak takut makan ayam dan telur.

Selain itu menurut Rakhmat, sektor peternakan bukanlah satu - satunya sektor yang harus disalahkan dari terjadinya AMR. Kesalahan pola konsumsi antibiotik pada manusia juga memegang peranan yang besar atas terjadinya AMR.

Senada dengan Rakhmat, Ketua Umum PB PDHI Dr. Drh Muhammad Munawaroh juga menyayangkan hal tersebut. Menurutnya hal tersebut hanya menyebabkan kepanikan belaka di masyarakat sehingga masyarakat menjadi takut untuk mengonsumsi daging dan telur ayam.

Peternak Bicara

Dalam forum tersebut juga hadir perwakilan PINSAR Petelur Nasional (PPN) yakni Yudianto Yosgiarso. Menurutnya di lapangan sebisa mungkin peternak tidak menggunakan antibiotik maupun obat, karena hal tersebut juga merupakan cost tambahan produksi. 

Ia juga mendukung upaya pemerintah dalam menggalakkan program sertifikasi NKV di Indonesia. Menurutnya dengan adanya program tersebut, peternak dapat lebih meningkatkan sisi manajemen pemeliharaan dimana dengan manajemen yang baik, tidak dibutuhkan penggunaan obat - obatan termasuk antibiotik dalam jumlah yang banyak.

"Saya sangat mendukung itu dan sudah melihat sendiri bahwa dengan memperbaiki cara beternak, obat - obatan termasuk antibiotik dapat dikurangi. Makanya saya dukung program pemerintah ini dan kalau bisa semua peternak ayam petelur juga meneruskan langkah baik ini," tuturnya.

Pendapat Yosgiarso juga didukung oleh Herry Dermawan, Ketua Umum GOPAN. Ia memaparkan bahwasanya penggunaan antibiotik dapat ditekan dengan cara menerapkan biosekuriti yang baik sehingga ayam tetap sehat dan performanya baik.

"Di Priangan Timur sana, kami (termasuk saya), memanen ayam di umur 23-24 harian, karena kami sadar nanti kalau dipanen di umur 28 hari keatas banyak tantangan penyakit. Dengan  dipanen 24 hari, peternak sudah mulai menerapkan cara pemeliharaan yang sangat minim menggunakan obat. Jadi faktanya peternak sendiri sudah melakukan upaya mengurangi penggunaan obat-obatan termasuk antibiotik," kata Herry.

Namun begitu kata Herry, isu yang ditimbulkan oleh pemberitaan negatif terkait ayam membuat peternak cukup terpukul. Terlebih lagi ketika peternak menghadapi anjloknya harga ayam terkait masalah supply dan demand. Oleh karenanya Herry mengatakan bahwa isu ini harus bisa segera diredam untuk mencegah dampak sosio - ekonomi yang lebih hebat lagi.

Memperkuat Pengawasan dan Komunikasi

Pemerintah pun sebenarnya tidak tinggal diam dalam menghadapi masalah ini. berbagai peraturan telah dikeluarkan oleh pemerintah dalam mengurangi penggunaan antibiotik yang serampangan. Mewakili Direktur Kesehatan Hewan Drh Ni Made Ria Isriyanthi, PhD pun menjabarkan berbagai regulasi terkait penggunaan antibiotik pada ternak.

Menurut Ria, berbagai upaya kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Kementan bersama stakeholder di luar sektor peternakan. Ia menjelaskan bahwa pihaknya terus meningkatkan pengawasan peredaran obat hewan bersama stakeholder . 

"Kami sedang menggodok aturan bagaimana caranya agar sediaan obat hewan ilegal tidak dijual di marketplace . Ini masih butuh waktu dan kami diskusikan juga dengan ASOHI," tutur Ria.

Sementara itu Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari dalam forum ini mengutarakan, bahwa sebagai mitra pemerintah pihaknya mendukung upaya pemerintah dalam menjalankan kebijakan pengendalian AMR.

"Kami juga mengerti kalau permasalahan ini tidak bisa kami selesaikan sendiri. ASOHI pun telah mewanti - wanti anggotanya agar selalu menaati peraturan yang berlaku, dan kami membuktikan itu. Berbagai kolaborasi dengan pihak lain juga telah kami jalankan agar bisa mereduksi dampak dari AMR, karena kami paham isu ini sifatnya global dan dampak sosio - ekonominya pun besar," tutur Irawati.

Dalam kesempatan yang serupa, Drh Desianto Budi Utomo Ketua Umum GPMT ikut menyatakan pendapat. Ia menjabarkan bahwa semua pabrik pakan anggota GPMT dipastikan sudah mematuhi semua peraturan terkait antibiotik baik AGP maupun medikasi.

"Kami ikuti sesuai peraturannya dan setiap anggota kami wajib memiliki dokter hewan yang menjadi PJTOH (Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan) di pabrik masing - masing, jika nanti terjadi praktik yang tidak sesuai tentunya akan mudah dilacak," kata Desianto.

Sementara itu, Ketua Umum GPPU Ahmad Dawami mengatakan bahwa memang isu perunggasan yang diangkat Kompas beberapa waktu belakangan efeknya cukup mencengangkan. Meskipun ia mengetahui pasti bahwa orang - orang di sektor perunggasan akan menanggapinya dengan santai, tetapi di luar sektor perunggasan pasti dampaknya akan berbeda.

"Kita santai karena kita ngerti, yang lain kan enggak ngerti. Makanya ini kita harus bisa mengubah mindset orang - orang ini agar enggak takut makan ayam dan telur," tutur Dawami.

Ia menyoroti pola komunikasi yang ada di masyarakat dimana sebenarnya banyak beredar isu tak sedap mengenai perunggasan, mulai dari hormon, telur palsu, antibiotik, dan lain sebagainya. 

Selain itu Dawami juga menyoroti ketegasan pemerintah dalam melakukan sanksi pada pihak yang dinilai menyalahi aturan.Menurutnya, pemerintah harus lebih tegas dalam memberikan sanksi, jangan hanya memberikan sanksi administratif, bila perlu penutupan izin usaha.

Drh Munawaroh juga sangat menyoroti sisi komunikasi dari isu ini. Menurutnya, sektor peternakan kurang aktif dalam mengampanyekan sisi baiknya kepada masyarakat luas. Sehingga berita - berita hoaks jadi semakin susah ditangkis.

"Selama ini saya enggak pernah lihat di TV, koran, ada kampanye "Ayo makan daging dan telur Ayam!" padahal ini penting. Makanya kalau dibutuhkan ayo kita bikin kampanye yang masif, PDHI siap membantu mengedukasi masyarakat juga kok. Kalau komunikasinya berjalan dengan baik pasti bisa kita naikkan konsumsi protein hewani kita," tutur Munawaroh.

Ia juga meminta agar FORMAT senantiasa melakukan upaya terbaik dalam meng-counter pemberitaan di media mainsteam. Karena menurutnya FORMAT sebagai media yang berfokus di sektor peternakan lebih paham dan mengerti terkait seluk - beluk peternakan ketimbang media mainstream (CR).



LAWAN COVID-19, GERAKAN NASIONAL PETERNAK PETELUR BERBAGI TELUR

Aksi Peduli PPN berbagi telur untuk nakes di RSUD Sleman, Yogyakarta

Berbagai pihak saling bahu membahu melawan COVID-19. Aksi kepedulian kepada sesama ini diwujudkan dalam kegiatan Gerakan Nasional Peternak Petelur. Gerakan ini dengan membawa jargon “Ayo Jaga Sedulur, Jangan Lupa Makan Telur”.

Gerakan Nasional Peternak Petelur ini telah berlangsung dalam satu pekan, sejak 17 Juli hingga 26 Juli 2021. Aksi kepedulian dengan menyerahkan sumbangan telur ke tenaga kesehataan maupun unit kesehatan setempat, yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Aksi kepedulian ini dilaksanakan Fakultas Peternakan UGM bekerjasama dengan beberapa asosiasi mitra seperti Pinsar Petelur Nasional (PPN), Keluarga Alumni Fakultas Peternakan UGM (KAPGAMA) dan beberapa koperasi peternak petelur di berbagai wilayah/provinsi.

PPN Lampung berkolaborasi dengan Polres berbagi telur dan sembako

Dalam satu pekan ini sudah disalurkan telur dengan sasaran para tenaga kesehatan (nakes), relawan, dan warga yang tengah menjalankan isolasi mandiri. Penyaluran dilakukan serempak di 6 provinsi, 22 kabupaten kota, kemudian lebih dari 46 rumah sakit, dinas daerah, Satgas COVID-19, komunitas relawan, dan Polres,” urai Dekan Fapet UGM, Prof Dr Ali Agus DAA DEA IPU ASEAN Eng, pada Konferensi Pers yang berlangsung Senin (26/7).

Gerakan ini merupakan murni kesadaran para pelaku peternakan khususnya peternak ayam petelur untuk mendukung perjuangan para nakes dan masyarakat yang sedang terpapar untuk meningkatkan imunitas tubuh dengan mengonsumsi telur sebagai sumber protein.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi PPN Yudianto Yosgiarso sangat mengapresiasi teman-teman peternak ayam petelur yang turut serta dalam bertanggung jawab atas bangsa dan masyarakat di situasi pandemi seperti sekarang

“Harapan kami bantuan telur ini dapat menambah semangat sekaligus imunitas para nakes, relawan, dan masyarakat. Di tengah isu maupun informasi tidak benar yang menyebutkan telur adalah sumber kolesterol. Semoga dengan kegiatan ini kami turut berkiprah dalam membuktikan bahwa telur merupakan salah satu sumber makanan sarat gizi dan protein, mudah diperoleh, harganya murah,” terang Yudi.

PPN Malang membagikan telur untuk nakes di RSUD Lawang

Gerakan ini telah berhasil mengumpulkan telur sejumlah 10 ton lebih dan sudah disalurkan ke berbagai target nakes dan faskes setempat. Berikut data lengkapnya:

  1. PPN Lampung bersama Keluarga Alumni UGM (KAGAMA) Bandar Lampung menyampaikan ke nakes secara langsung di Puskesmas Rawat Inap Tanjung Sari, Natar, maupun tidak langsung karena melalui Polres Lampung Timur dan Polres Lampung Tengah. Aksi ini sangat di apresiasi oleh Wali Kota Metro Wahdi Sirajuddin, demikian disampaikan Ketua PPN Lampung sekaligus pengurus KAGAMA Lampung Ir Jenny Soelistiani.
  2. Informasi dari Solo Raya, telah menyampaikan sumbangan telur kepada para tenaga kesehatan di RSGM Soelastri Solo, Puskesmas Mojosongo, RSJD Solo, RS Bung Karno Semanggi. Demikian informasi disampaikan oleh Ketua PPN Soloraya, Joko Surono dan Ketua Penasehat PPN, Robby Susanto.
  3. PPN Kendal bersama dengan Koperasi Unggas Sejahtera Kendal menyumbang telur untuk empat Puskesmas di Kendal yaitu Sukorejo, Patean, Plantungan dan Pageruyung. Aksi ini mengundang haru dan sangat di apresiasi oleh para nakes yang diwakili oleh masing-masing kepala puskesmas. Demikian disampaikan oleh Ketua Koperasi Unggas Sejahtera Kenda, H Suwardi.
  4. Temanggung Jawa Tengah, Bantuan telur disampaikan ke Dinas Kesehatan, RSUD Temanggung, PMI Temanggung, RSK Ngesti Waluyo Temanggung, PKU Muhammadiyah Temanggung, RS Gunung Sawo Temanggung.
  5. Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, bantuan di sampaikan ke RS Margono, Dapur Umum Bp Sodik, Rusunawa UNSOED, Pengemudi ambulan RS.
  6. Kota Semarang, Jawa Tengah disampaikan ke Dinas Kesehatan Kota Semarang.
  7. Jawa Timur ke RSUD Srengat Blitar, Puskesmas Pakis dan RSUD Lawang Kabupaten Malang.
  8. Sulawesi Tengah, disampaikan ke UPT RSUD Madani, RS Wirabuana Palu, RS se kota Palu.
  9. Sulawesi Selatan, RS di Sindenreng Rappang, Pinrang, Pare-pare, dan beberapa RS Rujukan di Kota Makasar.
  10. Propinsi DIY ada beberapa lokasi. Kabupaten Gunung Kidul (RSUD Wonosari, RS Saptosari, RS Pantirahayu), Sleman (Relawan Perum Jambusari Indah, RSA UGM, RSUD Sleman), Bantul (PKU Muhammadiyah Bantul, Kecamatan Triwidadi, Puskesmas Pajangan).

*(NDV)

TALKSHOW KUPAS INTEGRASI HORIZONTAL DI INDUSTRI PERUNGGASAN


Ketua PPN Yudianto Yosgiarso, salah satu pembicara talkshow 

Perwujudan konsep integrasi horizontal di industri perunggasan secara perlahan namun pasti telah dirintis melalui wadah koperasi peternak. Hal ini disampaikan oleh  Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN), Ir Yudianto Yosgiarso dalam talkshow daring kerjasama AIPI, PATAKA, dan IPB pada Rabu (15/6).

Yudi menyebutkan saat ini, para peternak ayam petelur (layer) di Lampung bersatu dalam koperasi dengan arahan Ketua PPN Cabang Lampung Ir Jenny Soelistiani MM sekaligus berkolaborasi dengan perguruan tinggi di Lampung. Tambah Yudi, di Lampung juga kini terdapat Kampung Layer.    

“Peternak layer di Kabupaten Blitar, Jawa Timur juga berhimpun dalam wadah Koperasi Peternak Unggas Sejahtera (Putera) Blitar,” imbuhnya.

Kendati demikian, menurut Yudi menyatunya kekuatan peternak dalam koperasi ini tetap harus dijaga serta memerlukan pembinaan dari pemerintah.

 “Kami tentunya berharap kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Kementerian Pertanian, akademisi, para pelaku usaha perunggasan serta semua pihak terkait untuk memberi arahan dan fasilitas untuk peternakan rakyat,” tandas Yudi.

Lebih lanjut Yudi mengatakan cita-cita para peternak memiliki bibit (DOC) sendiri, juga mengenai harga pakan maupun bahan baku yang sering mengalami kenaikan ini agar memiliki kejelasan.” Jadi para peternak tidak tergantung pada perusahaan,” tuturnya.  

Prof Muladno selaku Kepala Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) IPB adalah sosok yang memperkenalkan istilah Integrasi Horizontal Peternakan Rakyat.

Integrasi horizontal merupakan kerjasama kesetaraan empat pihak untuk saling memperkuat dalam ikatan kuat secara berkelanjutan. Empat pihak tersebut adalah peternak kecil-menengah yang terkonsolidasi dalam bentuk koperasi, kemudian perusahaan/pemitra pengayom koperasi, pemerintah kabupaten/kota sebagai fasilitator dan regulator serta perguruan tinggi sebagai pemegang otoritas pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada kesempatan yang sama, Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM M Riza Damanik mengatakan sinergi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha amat dibutuhkan agar industri perunggasan bisa bangkit kembali.

“Konsep integrasi horizontal sejalan dengan apa dan yang ingin dilakukan pemerintah. Salah satu solusi yang kami tawarkan adalah dengan membentuk koperasi modern. Peternak skala kecil harus berhimpun dalam koperasi agar memiliki posisi tawar yang kuat,” terang Riza.   

Riza menambahkan pentingnya integrasi usaha hulu hilir dengan pelibatan kemitraan beberapa pihak dalam rantai pasok atau inklusif, adopsi teknologi, akses pembiayaan, terhubung dengen offtaker dan memiliki tata kelola manajemen profesional.  

“Tahun 2021, kami menargetkan 40 koperasi pangan modern dari total 100 koperasi yang ditargetkan dengan ada adanya keterlibatan lembaga tentunya akan memudahkan akses pembiayaan, termasuk asal LPDB yg tahun ini penuh untuk pembiayaan koperasi,” jelasnya.

Talkshow daring “Kebijakan Berbasis Evidence Dalam Integrasi Horizontal di Industri Perunggasan” ini juga dihadiri Prof Dr Satryo Soemantri Brodjonegoro (Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia/AIPI) dan Ir Teguh Boediyana MSc (Ketua Komite Pendayagunaan Pertanian). (NDV)

 

MUNAS II PINSAR PETELUR NASIONAL TETAPKAN KETUA PRESIDIUM BARU

Dirjen PKH saat melantik kepengurusan Presidium PPN periode 2019-2024 (Foto: Infovet/NDV)

Terpilih Ketua Presidium Tetap Pinsar Petelur Nasional (PPN) untuk periode 2019-2024, Ir Yudianto Yosgiarso dalam Musyarawarah Nasional (Munas) II yang digelar pada Rabu dan Kamis (24-25/4) di Orient Restaurant, Solo.

Munas PPN tahun ini mengangkat tema "Asosiasi Kuat Peternak Hebat Dalam Menyongsong Era Industri 4.0" dengan penambahan hastag #PeternakPetelurBermartabat.

Acara pelantikan dihadiri Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Direjn PKH) Kementan, Dr I Ketut Diarmita dan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Jawa Tengah, Lalu Muhammad Syafriadi.

Usai acara dijumpai Infovet, Yudianto mengemukakan PPN berkomitmen mendorong para peternak rakyat untuk semakin maju menjalankan usahanya.

Yudianto berharap pemerintah dapat memberi perlindungan agar usaha peternak mandiri terus berkelanjutan, di tengah banyaknya kemelut seperti harga pakan mahal maupun persoalan jagung.

“Sejak awal didirikan tahun 2014 lalu, PPN memang selalu berkolaborasi dengan asosiasi ataupun wadah yang memang peduli dengan peternakan Tanah Air seperti GOPAN, Pinsar Indonesia, Pataka, GPPU hingga GPMT,” ungkapnya.       

PPN juga menyatakan dukungan kuat kepada Kementan dan FAO dalam menerapkan aturan-aturan biosekuriti yang baik untuk mengatasi penyakit dan memerangi AMR pada seluruh peternakan ayam di Indonesia.

Sementara itu, Direjn PKH menegaskan diperlukan data perunggasan yang valid seperti data peternak, data populasi, dan data produksi agar pemerintah dapat menyelesaikan masalah-masalah perunggasan khususnya pada ayam petelur. (NDV)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer