Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Pertanian | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

AGRI VISION 2021 : MEMBAHAS KEBERLANJUTAN SEKTOR PERTANIAN SECARA LUAS

Agro Vision 2021 : Fokus Kepada Keberlanjutan Sektor Pertanian

Sektor pertanian secara luas termasuk peternakan merupakan sektor penting karena berkaitan langsung dengan pangan. Namun sayangnya topik yang dibahas dalam sektor tersebut kebanyakan berfokus pada peningkatan produksi, padahal selain itu keberlanjutan (sustainability) dari sektor ini sangat penting untuk dijaga.

Beberapa tahun belakangan, stakeholders pertanian di penjuru belahan dunia sedang hangat - hangatnya membahas sustainability in farming. Seperti yang tadi disebutkan bahwa pangan akan berkaitan pula dengan kehidupan manusia. Atas dasar tersebut Trouw Nutrition (Nutreco Group) mengangkat isu ini pada konferensi dua tahunan mereka yakni Agri Vision. Karena pandemi Covid-19 yang masih melanda, event ini dihelat secara daring pada tanggal 7 Oktober 2021. 

Menjawab Berbagai Tantangan

Bicara masalah keberlanjutan, tentunya sektor pertanian juga tidak luput dari berbagai tantangan. Hal ini diutarakan oleh Fulco Van Lede yang merupakan CEO dari Nutreco dalam pidato pembukaan Agri Vision 2021.

"Tantangan utama kita adalah memberi makan penduduk dunia yang pada tahun 2050 diproyeksikan mencapai 50 Milyar jiwa.Selain itu, bisnis ini masih dicap sebagai bisnis yang kurang ramah lingkungan, jangan juga lupakan isu naiknya harga pangan yang di sebagian belahan dunia bisa dibilang tidak terjangkau, ini adalah problem kita bersama dan saya percaya bahwa dalam masalah terbesar tentunya ada kesempatan terbesar," tutur Fulco.

Hal senada juga diutarakan oleh Saskia Korink CEO Trouw Nutrition. Menurutnya permasalahan ini terlalu berat jika harus ditanggung oleh satu stakeholder saja, oleh karenanya kolaborasi apik antar stakeholder  dibutuhkan untuk menghadapi persoalan tersebut.

"Oleh karenanya event ini diadakan untuk menghubungkan para stakeholders agar dapat bertemu, mendiskusikan peluang, kerjasama, bahkan bisnis dengan catatan tetap berfokus pada isu sustainability ini," tutur Saskia.

Industri Protein Semakin Dinamis

Dalam Agri Vision 2021 dibahas pula mengenai industri protein, Justin Sherrard, ahli strategi protein hewani global di Rabobank memberi gambaran dunia dengan berbagai sumber protein hewani seperti daging yang dikembangkan di laboratorium atau sumber protein non-hewani. Dia menunjukkan bahwa pasar daging relatif matang ketimbang sumber protein lainnya.

"Ya, protein hewani akan terus tumbuh, tetapi sebagian besar pertumbuhan terjadi di negara berkembang. Bukan hanya karena tingkat kemakmurannya lebih tinggi, tetapi juga karena urbanisasi. Harapannya ini akan terus berkembang," tutur Justin.

Berbeda dengan pertumbuhan yang stabil dan tenang, Justin menunjuk situasi di pasar protein alternatif  yang lebih dinamis. 

"Gambarannya berbeda dan menarik ketika kita melihat pada pasar protein alternatif. Ada pertumbuhan dramatis. Industri ini sedang menarik orang-orang dan sumber daya manusia untuk berkecimpung di dalamnya. Ini sangat menarik karena pertumbuhannya," kata Justin.

Ketika dia ditanya tentang arti munculnya protein alternatif untuk produksi hewani, Justin mengatakan bahwa sebagian besar produk protein alternatif sekarang harganya lebih tinggi dan menawarkan margin yang lebih baik.

"Salah satu pilihan adalah membuat produk tersedia dalam skala besar dan membuatnya lebih terjangkau. Saya pikir protein tradisional akan menjadi salah satu yang dicari ketimbang protein alternatif, ” tukas Justin

Dalam forum yang sama, Marcel Sacco yang berpartisipasi atas nama Brasil Foods ikut berkomentar.

"Ini bukan tentang mengganti daging dengan sesuatu yang lain. Ini lebih kepada menawarkan lebih banyak pilihan kepada konsumen. Kami sesungguhnya dapat menggabungkan penawaran protein hewani yang ada dengan hal-hal baru," tutur dia.

Konsep "Petani Mercusuar"

Presentasi yang paling menginsipirasi dan menggugah pikiran dalam event tersebut datang dari Dr Rogier Schulte, profesor sistem pertanian dan ekologi di Wageningen University, Belanda. Dia mengatakan bahwa umat manusia kini berada di persimpangan jalan akan keberlanjutan, ia menggambarkan bahwa itu terjadi di mana-mana di seluruh dunia.

Dia melukiskan gambaran produksi pertanian yang inovatif, berorientasi masa depan, inklusif alam dan memperkenalkan konsep “petani mercusuar.” Yang dimaksud oleh Dr Rogier yakni sekelompok petani dengan tanaman dan hewan ternak yang berbeda, dari latar belakang dan budaya yang berbeda, bersama-sama mereka membentuk kelompok yang penuh dengan ide-ide inovatif. Dengan melakukan sesuatu bersama - sama mereka bukan hanya dapat melampaui solusi berpikir, tetapi juga sampai ke tahap di mana segala masalah dapat diselesaikan.

Diantara berbagai contoh peternakan yang ia soroti, Dr Rogier menyebutkan peternakan As Ziedi di Latvia, yang memiliki 2.000 sapi perah dengan 3.000 ha lahan subur dengan berbagai tanaman. 

“Susu adalah produk sampingan di peternakan tersebut. Produk utamanya adalah pupuk kandang. kotoran ternak yang dimasukkan ke dalam digester anaerobik (biogas) yang menyediakan listrik adalah produk juga merupakan produk sampingan. Produk utamanya adalah panas, karena itu memungkinkan ikan sturgeon dan belut tumbuh dan berkembang. Dalam waktu 2 tahun mereka bisa memanen ikan tersebut. Di sana kaviar adalah produk utamanya. Ini adalah peternakan kaviar yang didukung oleh sapi perah," tutur Dr Rogier.

Contoh lainnya yang ia sebutkan adalah sistem pertanian padi yang inklusif alam di Indonesia, dimana selain padi juga ikan dan bebek dipelihara pada waktu yang bersamaan. Kompleksitas ekologis tersebut bersifat saling menguatkan. Contoh lain datang dari Brasil, dimana agroforestri yang cerdas dapat mengembalikan struktur hutan hujan asli yang meningkatkan keanekaragaman hayati.

“Tidak ada solusi yang mudah. Tetapi itulah salah satu pelajaran yang kami petik. Itu sebabnya kita tidak bisa meninggalkannya di tingkat petani saja. Kita harus bekerja sama. Para petani mercusuar menawarkan inspirasi,” kada Rogier. (CR)



KETAHANAN PANGAN & GIZI BERBASIS KONSUMSI DAN KELUARGA

Webinar ketahanan pangan dan gizi, berlangsung interaktif


Pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir sepanjang tahun 2020 menimbulkan dampak serius pada banyak sektor, termasuk pada kemampuan masyarakat dalam menyediakan, menjangkau, dan memanfaatkan bahan pangan bagi keluarga.

Dengan kondisi ini, yang harus dikedepankan untuk dicapai adalah ketahanan pangan dan gizi berbasis konsumsi pangan keluarga. Demikian disampaikan Ketua IPB SDGs (Sustainable Development Goals) Network, Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, dalam acara Bincang-Bincang Aksi Relawan Mandiri Himpunan Alumni IPB (BBA) Volume 3 dengan topik “Ketahanan Pangan di Masa Pandemi” hari Sabtu, 12 Desember 2020. 

“Dua pertiga urusan kelaparan berhubungan dengan cukup konsumsi pangan dan gizi, terutama pada seribu hari pertama kehidupan,” ujar pria yang pernah menjabat Wakil Menteri Perdagangan (2011-2014) ini. Berbeda dengan aspek produksi, permasalahan konsumsi pangan --khususnya kecukupan gizi seperti ancaman stuting (kekurangan gizi kronis pada anak)-- berada di tingkat keluarga. Pembicaraan soal pemenuhan gizi keluarga tidak sebatas membahas aspek sosial-budaya dan selera makan, melainkan juga terkait pengetahuan dan kesadaran akan gizi.

Dalam hal ini, peran ibu menjadi sangat penting. Pendapatan keluarga juga menjadi hal kritikal untuk memastikan agar makanan sehat dapat tersaji setiap hari. Di luar itu, pemahaman soal sistem pangan (food system), memegang peran penting, mengingat ketahanan pangan bukan hanya masalah produksi, melainkan juga distribusi, pengolahan, penyimpanan, hingga konsumsi.“

Ketahanan pangan, menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Ketahanan pangan sendiri dipengaruhi setidaknya lima faktor, yakni kondisi ekonomi, politik, sosial, dan keamanan. 

Adanya pandemi ini memaksa pemerintah menerapkan pembatasan dalam berbagai bidang. Kebijakan tersebut ikut mempengaruhi ketahanan pangan, khususnya ketersediaan dan kemudahan akses terhadap pangan oleh masyarakat. 

Pembicara lainnya, sosiolog Dr. Imam Prasodjo, menjelaskan adanya dikotomi para developmentalist yang mengagungkan pertumbuhan versus para konservasionis yang mendesak perlunya melestarikan sumber daya alam, mengurangi pemanasan global, dan pemulihan layanan ekosistem. “Yang adil adalah dengan menerapkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development),” kata Imam. Ia juga menekankan bahwa paradigma pembangunan tidak semata-mata hanya soal pertumbuhan (growth) melainkan juga soal kebahagiaan (human-eco happiness) atau ecosystem well-being.  Dalam hal ini, Imam melihat IPB University seharusnya menjadi tulang punggung dalam konteks eco-happiness.  

Imam Prasodjo, yang merupakan direktur Yayasan Nurani Dunia, melihat bahwa anak-anak muda masa kini, khususnya generasi milenial, lebih pro pencegahan perubahan iklim, sehingga mereka perlu dirangkul dan diberdayakan agar menjadi penggerak pembangunan berkelanjutan. Ia berpendapat, kebangkitan ketahanan pahan dapat dilakukan melalui pertanian rumah tangga (home farming) dan pertanian komunitas (communities farming).  Petani yang termarjinalkan harus didampingi oleh orang kota yang terdidik karena pertumbuhan pertanian tidak produktif tak lain disebabkan tenaga kerja yang tidak terdidik. 

Ia memaparkan inisiatif yang digagas Yayasan Nurani Dunia yaitu Kampung Ilmu, yang membangkitkan keluarga dan komunitas berusaha di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan.  “Pendidikan harus di hubungkan dengan usaha kecil dan kepada para champion.  Harus ada pendekatan praktisi dan ilmuwan secara multidisiplin,” ujarnya.  

Di sisi lain, Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ibnu Khajar, mengungkapkan pandemi Covid-19 tidak hanya bicara soal kesehatan melainkan juga soal ketersediaan pangan. “Yang mengagetkan, banyak rumah sakit menelepon kami bahwa tenaga medis tidak punya suplai makanan,” ujarnya. Call Center ACT yang sebelumnya masyarakat hubungi untuk konfirmasi donasi, kini 70 persen lebih menanyakan bantuan pangan. Termasuk pula mesjid-mesjid mitra ACT, mayoritas menghubungi untuk menginformasikan bahwa jamaah mereka amat membutuhkan bantuan pangan karena persediaan menipis. 

ACT mendistribusikan bantuan pangan menggunakan armada rice truck dan water truck.  Operasi Makan Gratis dilakukan menyasar pekerja informal, ojek online, dan buruh yang di-PHK. Mereka meneruskan program Lumbung Beras Wakaf di Blora yang membina pengelolaan 1.000 hektare sawah, dan ditingkatkan menjadi 5.000 hektare. Mereka berkolaborasi dengan YP3I (Yayasan Penguatan Pesantren Indonesia) dalam aktivasi lahan pertanian di 28.000 pesantren di Indonesia untuk program ketahanan pangan. 

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) juga melakukan hal mirip melalui pendekatan mengembalikan daya beli, melalui Bantuan Tunai Mustahik (BTM) untuk 20.000 keluarga dan dukungan paket logistik keluarga. Ada pula Program Bank Makanan yang bekerja sama dengan pengelola hotel-hotel untuk membantu masyarakat sekitar yang terancam kebutuhan pangannya. Di saat sama, Kepala Lembaga Pemberdayaan Peternak Mustahik (LPPM) BAZNAS, Ajat Sudarjat, memaparkan program pendayagunaan pangan, mulai dari Lumbung Pangan, Kebun Keluarga Indonesia, Pertanian Terpadu, hingga Balai Ternak buat masyarakat di berbagai daerah. 

Beberapa alumni IPB juga berbagi pengalaman terkait perjuangan usaha mereka terdampak pandemi Covid-19. Anni Nuraini, pengusaha travel di Bogor, mengakui dunia pariwisata amat terpengaruh, hampir semua sektor pariwisata mati dan bangkrut. Usaha Anni sendiri akhirnya banting setir ke agribisnis berupa budidaya organik ubi jepang demi karyawannya tetap bertahan. 

Deddy Fakhruddin, pengusaha sapi perah dan potong domisili Malang, yang belakangan terjun di bisnis edu-wisata. Ia mengaku sedikit beruntung karena bisnisnya tidak satu jenis. “Don’t put your money in one basket,” katanya memberi tips. Saat pandemi melanda, ia memutuskan segera banting setir ke sektor konsultasi dan edukasi digital, dan kini menjadi penopang utama. Ia beruntung tidak mengurangi gaji ataupun memberhentikan karyawannya.  

Sementara Purwo Hadi Subroto, petani dan pengusaha agribisnis di Pekanbaru, Riau, mengelola bisnisnya secara terpadu. Awalnya, produksi buah dan sayuran, termasuk ikan dan ayam, masih melimpah saat pandemi mulai melanda, namun daya beli menurun. Mereka melakukan efisiensi dan penurunan harga modal, termasuk memasak di rumah menggunakan tungku, 60 persen lebih hemat daripada menggunakan gas, untuk menyiasati biaya sehari-hari. Strategi menambah jenis tanaman juga dilakukan karena permintaan produk tertentu terdampak. Contohnya pepaya, yang biasanya satu supermarket menyerap hingga 200 kilogram, saat awal pandemi turun menjadi hanya 30 -  100 kilogram. Purwo dan para petani lokal juga berusaha memperluas pasar produk pertanian tersebut. (CR)

MENTAN SYL DUKUNG PEMBIBITAN AYAM KAMPUNG

Mentan SYL saat mengunjungi pembibitan ayam kampung di Unismu, Makassar. (Foto: Humas Pertanian)

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), mendorong Pemerintah Daerah (Pemda) Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, untuk mengembangkan pembibitan ayam kampung dan menghasilkan bibit/day old chick (DOC) untuk melepas ketergantungan pasokan DOC dari Pulau Jawa.

“Saya berharap nantinya ada industri pembibitan ayam kampung di Makassar, sehingga tidak tergantung dari Pulau Jawa yang dapat mengakibatkan biaya menjadi mahal karena distribusi,” kata SYL melalui siaran persnya saat kunjungan kerja di Balai Diklat Universitas Muhammadiyah (Unismu), Makassar, Sabtu (26/10).

Dalam kunjungannya, Mentan SYL didampingi oleh para pejabat eselon I, salah satunya Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita, yang diimbau secara khusus untuk memastikan bidang peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia dalam kondisi aman. 

Sebegai informasi, agribisnis peternakan ayam kampung dan industri pakan ternak yang dikembangkan di Unismu ditujukan untuk mendidik dan melatih para peternak, serta mengembangkan sektor agribisnis dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Kegiatan agribisnis ini berorientasi pada pemberdayaan masyarakat.

Pada tahun ini ditargetkan produksi DOC ayam kampung mencapai 2 juta ekor dan ayam siap potong sebanyak 2,4 juta ekor per tahun. Tahun berikutnya ditargetkan bisa meningkat 100% hingga 8,8 juta ekor per tahun.

Saat ini peternakan ayam kampung milik Unismu memproduksi DOC dan daging ayam segar dengan kapasitas 100.000 ekor. Selain itu, Unismu juga mengembangkan produksi jagung industri sebanyak 3.200 ton per tahun, budidaya jagung 20.000 hektare per musim tanam atau 240.000 ton per tahun (asumsi panen 2x setahun). Untuk saat ini pemasaran komoditas tersebut masih difokuskan untuk kebutuhan dalam negeri. (INF)

PERTUMBUHAN SEKTOR AGRIBISNIS SEMAKIN MENGUAT

Berpose bersama pada acara seminar nasional agribisnis 2019. (Foto: Infovet/Ridwan)

Dalam empat tahun terakhir (2014-2018), dukungan sektor agribisnis dalam perekonomian nasional semakin besar. Agribisnis dinilai semakin menguat. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), laju pertumbuhan agribisnis pada kuartal II 2018 mencapai 4,76% melonjak dari 3,23% pada kuartal yang sama di 2017.

“Penguatan tersebut beralasan karena dua hal utama, yaitu puncak panen raya padi terjadi pada Maret 2018 dan cuaca yang lebih kondusif dibanding 2017 menyebabkan produksi sayur dan buah meningkat,” ujar Kepala Biro Perencanaan Setjen Kementerian Pertanian, Abdul Basit, pada acara Seminar Nasional Agribisnis 2019, di TMII Jakarta, Kamis (11/4).

Lebih lanjut, pada 2018 produksi komoditas strategis meningkat 1,4-6,9% dibandingkan 2017, khusus kedelai yang peningkatannya sangat besar. “Pada 2018 produksi kedelai 0,98 juta ton atau naik 81,5% dibanding 2017 sebesar 0,54 juta ton,” katanya.

Basit menjelaskan, berbagai program dan kegiatan pembangunan pangan dan pertanian tidak saja berimplikasi pada peningkatan produksi komoditas pangan dan pertanian strategis, tetapi juga mampu meningkatkan ekspor dan investasi, menurunkan inflasi, mengurangi kemiskinan, meningkatkan nilai tukar petani dan nilai tukar usaha pertanian, serta PDB sektor pertanian. 

Beberapa capaian tersebut diantaranya, inflasi dari 10,57% (2014) turun 88,9% menjadi 1,26% (2017), investasi pertanian melonjak dari Rp 29,3 triliun (2013) menjadi Rp 61,6 triliun (2018) naik 110,2%, kemudian ekspor pertanian naik signifikan dari Rp 384,89 triliun (2016) menjadi Rp 499,3 triliun (2018) atau naik 29,7%, lalu PDB sektor pertanian dari Rp 994,78 triliun (2013) menjadi Rp 1.463,92 triliun (2018), meningkat Rp 469,14 triliun atau 47,2%. Dari perspektif pengurangan kemiskinan, jumlah penduduk miskin pedesaan turun 10,88% dari 17,74 juta jiwa pada Maret 2013 menjadi 15,81 juta jiwa pada Maret 2018.

“Beberapa pergerakan indikator pembangunan pertanian yang bersifat positif tersebut mencerminkan bahwa berbagai kebijakan dan program pembangunan pertanian sudah on the right track, tinggal bagaimana kita mempertahankan dan mengakselerasinya,” tukasnya.

“Berdasarkan capaian dan upaya yang telah dilakukan pemerintah, kita optimis usaha agribisnis pertanian pada 2019 akan tetap tumbuh positif, walaupun masih ada bayang-bayang dampak perang dagang, tahun politik dan fenomena iklim global,” tambah dia.

Pada kegiatan tersebut, turut pula dihadirkan narasumber yang kompeten dibidangnya. Diantaranya, pakar ekonomi INDEF Bhima Yudhistira, Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Dr Harmanto, Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan Machmud, Direktur Eksekutif Gapuspindo Joni Liano, Ketua Umum GPPU Achmad Dawami, Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono dan Kepala Seksi Intensifikasi Jagung Subdit Jasela Direktorat Serealia Ditjen Tanamanan Pangan Arnen Sri Gamela. (RBS)

Agrinex Expo ke-12 Permudah Akses Lahan Pertanian

Pembukaan Agrinex Expo ke-12. (Foto: Infovet/Ridwan)

Social Agroforestry on Millenial Generation Era, menjadi tema dalam perhelatan Agrinex Expo ke-12 yang menjadi langkah praktis pemberian akses lahan bagi masyarakat dalam memproduksi pangan di sektor pertanian, peternakan, perikanan, hingga tanaman hutan industri.

Tema tersebut merupakan apresiasi kepada program pemerintah “Social Forestry” yang menjadi langkah cerdas memberikan akses lahan tanpa harus dimiliki oleh masyarakat pertanian di sekitar lahan hutan.

Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Bambang Hendroyono, yang membuka resmi acara tersebut menyatakan, tema Agrinex diharapkan menjadi dorongan kuat sinergitas industri pertanian dengan kawasan perhutanan.

“Diharapkan petani-petani muda di kawasan hutan bisa semakin berkembang dan produktif. Kami berjanji kehutanan akan mengambil peran besar dan selalu mendorong petani bisa meningkatkan produktivitasnya, salah satunya dengan memberikan akses legal pengelolaan hutan,” ujar Bambang ketika menyambut tamu undangan dan peserta yang hadir di Jakarta Convention Center, Senayan, Jumat (7/9).


Bambang Hendroyono (kiri) dan Rifda Ammarina (tengah) saat berbincang dengan
salah satu peserta pameran. (Foto: Infovet/Ridwan)

Selama tiga hari, 7-9 September 2018, Agrinex menjadi pameran industri pertanian yang lengkap sekaligus mengangkat petani-petani dari desa tertinggal yang telah berhasil membangun sistem pertanian di desanya. Selain itu, pengunjung juga dimanjakan dengan kegiatan talkshow edukatif, demo peserta, pelatihan bidang pertanian dan beragam kegiatan menarik lainnya.

“Agrinex ini bukan sekedar expo saja, kita berikan banyak program untuk pengunjung. Kita juga berikan apresiasi kepada para petani yang masih berada di daerah tertinggal yang ikut berpartisipasi, karena kita di sini ingin memberikan akses pasar yang lebih mudah,” ujar Ketua Penyelenggara Agrinex, Rifda Ammarina.

Ia menambahkan, dengan kehadiran 220 stand pamer, Agrinex menjadi perjuangan dalam mewujudkan sektor agribisnis terbaik di Indonesia. “Alhamdulillah dengan banyak dukungan dari stakeholder agribisnis, sejak 2007 sampai saat ini kita tidak pernah luput satu tahun pun untuk menyelenggarakan expo ini,” pungkasnya. (RBS)

Dukung Peningkatan Produk Pertanian Lewat From Farm to Table Expo 2017

Untuk mendukung peningkatan produktivitas di sektor pertanian dan peningkatan ekonomi lokal, tahun ini akan diselenggarakan pameran bertajuk “From Farm to Table” persembahan dari Krista Exhibitions (PT Kristamedia Pratama).
Suasana jumpa pers pameran From Farm to Table Expo 2017
di Gedung Pusat Informasi Agribisnis, Kementan, (20/7).
Pameran berskala internasional yang akan dilaksanakan pada 6-9 Desember 2017 mendatang di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang ini akan menampilkan berbagai macam acara menarik dari industri pertanian, perkebunan, hortikultura, florakultura dan peternakan.
“Pertanian kita sangat besar, karena itu kita membutuhkan wadah seperti pameran ini yang akan berfokus pada produk-produk pertanian maupun peternakan lokal, serta teknologi di dalamnya,” ujar CEO PT Kristamedia Pratama, Daud Salim, saat acara jumpa pers di Kementrian Pertanian, Kamis (20/7).
Ia menambahkan, From Farm to Table Expo 2017 yang baru pertama kalinya akan digelar ini akan diikuti lebih dari 100 peserta dari berbagai negera, seperti Indonesia, Australia, China, Taiwan, Korea, Singapura, Jepang, Polandia, Uzbekistan, Denmark, Spanyol, Amerika Serikat, Jerman, Malaysia dll. “Sudah ada sekitar 110 perusahaan yang mendaftar ikut pameran ini, kemudian dari kedutaan Australia juga akan ikut berpartisipasi,” tambahnya.
Lebih lanjut, nantinya perusahaan-perusahaan yang bergabung dalam pameran ini akan menampilkan berbagai produk, jasa, serta teknologi terkini di industri pertanian dari berbagai sektor, seperti horticulture, planting & irrigation, harvesting equipment & machinery, agri-chemicals, smart farming, processing, logistic dan energy. “Nanti juga akan ditampilkan berbagai pelatihan untuk usaha di bidang pertanian mulai dari awal pembibitan sampai hasil produknya di jual ke pasar. Selain itu, ada juga workshop-workshop menarik lainnya,” kata Daud.
Sementara, Direktur PPH Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Yasid Taufik, yang turut mendukung terselenggaranya pameran ini, menyambutnya dengan positif. “Kita harapkan pameran ini mampu memberikan edukasi dan informasi secara lengkap kepada para petani kita dan memberikan efek bagi produsen maupun konsumen di Indonesia,” ujar Yasid.
Ia pun menghimbau kepada dinas-dinas provinsi maupun kabupaten terkait untuk turut menggelar atau berpartisipasi terhadap kegiatan-kegiatan seperti ini. “Perkenalkan produk-produk pertanian di daerahnya, karena itu perlu di eksplorasi dan ditingkatkan lagi. Dengan pemaren seperti ini sisi on farm-nya bisa diperkenalkan luas dan menarik minat masyarakat. Kita sangat apresiasi sekali pameran ini, juga kepada PT Kristamedia dan semua pihak yang terkait dalam pameran ini,” ucapnya.
Selain dari instansi pemerintah, beberapa asosiasi di industri terkait juga turut serta mendukung From Farm to Table Expo 2017. Salah satunya Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU). Menurut Eksekutif Sekretaris GPPU, Yudi Prakosa, kondisi industri peternakan khususnya perunggasan yang merupakan sub sektor dari pertanian terus diterpa problema yang sampai saat ini belum teratasi dengan baik.
“Semoga saja lewat pameran ini bersama PT Kristamedia, bisa menjembati kami para pembibit dan peternak unggas untuk bisa menginjak pasar ekspor yang lebih luas. Kami juga berharap pameran ini mampu mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan konsumsi unggas di Indonesia,” katanya.
Sebagai informasi, kesuksesan acara ini juga didukung oleh Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koperasi dan UKM, serta Asosiasi Perusahaan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintani), Asosiasi Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia (Aspphami), Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI), Aliansi Organis Indonesia (AOI), European-Indonesian Business Network (EIBN) dan Kamar Dagang Jerman (EKONID). (RBS)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer