Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Parasit | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

AGAR CACINGAN TIDAK MEMBUDAYA

Diare pada ayam bisa jadi gejala awal cacingan. (Foto: Istimewa)

Tidak mudah memang mengendalikan penyakit parasitik seperti cacingan. Hingga kini masalah tersebut masih menghantui peternak di Indonesia. Bagaimanakah sebaiknya mengupayakan hal ini?

Sebagaimana disebutkan pada artikel sebelumnya mengenai ciri-ciri ayam yang mengalami cacingan dan jenis-jenis cacing yang menginfeksi, sebagai peternak harus memahami faktor penyebab ayam terinfeksi cacing. Beberapa di antaranya:

• Kandang kurang bersih. Telur cacing dikeluarkan bersama feses ayam, jika kondisi litter di kandang ayam kotor dan dipenuhi feses, serta jarang dikontrol untuk diganti, jangan terkejut apabila ayam menunjukkan gejala klinis atau mengalami cacingan. Penyakit ini bisa menular secara mudah melalui feses di kandang. Apabila tidak segera dibersihkan dan litter kandang jarang dikontrol, telur cacing dapat dengan mudah menginfeksi semua ayam di kandang.

• Kualitas pakan. Saat mendapati gejala klinis pada ayam yang mengarah pada cacingan, bisa saja salah satu penyebabnya adalah karena pakan yang diberikan tidak berkualitas. Pastikan hanya memberikan makanan dalam kondisi bagus pada ayam. Minimal tidak memberikan pakan yang kadaluarsa atau pakan yang tidak jelas. Pada pakan ayam kadaluarsa biasanya mengandung parasit dan telur cacing. Saat dikonsumsi ayam, akan mendatangkan berbagai gangguan kesehatan, apalagi di tengah kesulitan bahan baku pakan seperti saat ini.

• Suhu dan lingkungan. Beberapa literatur menyebutkan bahwa cacing parasit menyukai kondisi lingkungan dan suhu tertentu. Oleh karena itu, penting bagi pemilik ternak untuk mengatur suhu udara dan memberikan lingkungan baik bagi ayam peliharaan.

• Keberadaan vektor. Beberapa jenis serangga seperti kumbang franky, lalat, nyamuk, dan lain sebagainya telah terbukti menjadi vektor alami dari penyebab cacingan. Ayam memiliki risiko tinggi terkena penyakit cacingan apabila populasi lalat meningkat atau disebut dengan musim lalat. Terlebih ketika musim hujan dengan curah hujan yang tinggi dan tingkat kelembapan kandang meningkat.
Larva lalat dewasa menjadi inang bagi parasit cacing pita yang menyebabkan penyakit cacingan pada ayam. Selain itu, larva lalat dewasa juga menjadi vektor mekanik bagi cacing gilig dengan membawa telur cacing tersebut berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karenanya, pengendalian vektor merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pengendalian cacing.

Lebih Baik Mencegah
Jika ayam terkena penyakit cacingan, maka harus segera ditangani dengan menggunakan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2024. (CR)

INFESTASI CACING YANG BIKIN MERINDING

Ascaridia galli. (Foto: Istimewa)

Orang awam mungkin mengetahui cacing sebagai salah satu mahluk penggembur tanah atau umpan memancing. Namun tidak semua cacing menguntungkan, ada beberapa jenis cacing yang justru merugikan bagi manusia dan hewan ternak.

Cacing yang akan dibahas dalam artikel ini merupakan cacing yang bersifat parasitik, terutama pada unggas. Cacingan merupakan penyakit akibat infeksi/infestasi cacing parasit di dalam tubuh makhluk hidup.

Cacing parasit banyak menginfeksi saluran pencernaan ternak, tak terkecuali unggas. Parasit ini sering menimbulkan banyak keluhan terutama dari peternak layer maupun breeding farm. Keluhan awal yang terjadi umumnya penurunan nafsu makan, diare berkepanjangan, keseragaman bobot badan yang tidak baik, bobot badan berada di bawah standar, penurunan produksi telur disertai daya tetas telur yang berkurang.

Selain itu, cacingan dapat menginduksi penyakit-penyakit pencernaan seperti necrotic enteritis (NE) dan yang paling berbahaya adalah menyebabkan penurunan daya tahan tubuh (imunosupresi) yang berujung pada kematian.

Mengidentifikasi Cacing Parasit
Menurut Dosen Mata Kuliah Endoparasit SKHB IPB University, Drh Risa Tiuria, dikatakan bahwa jenis cacing yang sering menginfeksi ayam terdiri dari dua jenis, yaitu jenis cacing gelang (nematoda) dan cacing pita (cestoda). Parasit cacing gelang sangat sering dijumpai pada breeding farm yang menggunakan sistem closed house dan pemeliharaan postal yang memakai litter. Hal ini dikarenakan kondisi pada litter sangat mendukung siklus perkembangan cacing dan tingginya kemungkinan ayam memakan telur cacing yang ada pada litter. Jenis cacing gelang yang kerap dijumpai menginfeksi ayam di lapangan adalah:

• Cacing Ascaris sp. Cacing ini paling sering dijumpai, berbentuk seperti spageti dengan panjang sekitar 5-12 cm dan dapat ditemukan di sepanjang usus halus. Cacing ini memiliki lama siklus hidup dari telur yang termakan hingga bertelur kembali berkisar 5-8 minggu. Larva dari cacing ini menyebabkan pendarahan pada usus halus, sehingga meningkatkan risiko infeksi sekunder dari bakteri Clostridium perfringens yang dapat menyebabkan NE.

• Cacing Capillaria sp. Cacing ini berbentuk seperti benang halus, biasanya cacing ini ada pada kerongkongan dan/atau tembolok. Cacing ini dapat menembus mukosa saluran pencernaan bagian atas sehingga menyebabkan peradangan pada tembolok dan dinding kerongkongan. Hal ini akan menyebabkan ayam mengalami kesulitan makan yang mengakibatkan penurunan nafsu makan.

• Cacing Heterakis gallinarum. Cacing Heterakis berbentuk seperti benang halus dan dapat ditemukan pada sekum. Cacing ini menyebabkan peradangan pada sekum yang ditandai dengan berkurangnya lipatan-lipatan mukosa pada sekum. Cacing ini juga merupakan vektor penyebaran dari penyakit histomoniasis atau black head disease.

Sedangkan jenis cacing pita yang umum ditemukan pada ayam adalah cacing pita dari jenis... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2024. (CR)

JANGAN SAMPAI PARASIT MEMBUAT KITA PAILIT

Kutu busuk pada kandang ayam layer. (Foto: Ist)

Apa yang terbersit dalam benak ketika mendengar kata parasit? Tentu perasaan tidak enak akan langsung menghampiri. Pada kenyataannya, parasit memang menjadi permasalahan hingga kini dan cukup sulit untuk dikendalikan.

Dalam ilmu biologi, parasit merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut makhluk hidup yang hidupnya tergantung pada makhluk hidup lainnya. Kata parasit berasal dari bahasa Yunani yakni “Parasitos” yang artinya di samping makanan (para = di samping/di sisi, dan sitos = makanan).

Parasit hidup dengan menempel dan mengisap nutrisi dari makhluk hidup yang ditempelinya. Makhluk hidup yang ditunggangi parasit disebut dengan istilah inang. Secara umum, keberadaan parasit pada suatu inang akan merugikan dan menurunkan produktivitas inang. Karena selain menumpang hidup, parasit juga mendapatkan nutrisi dan sari makanan dari tubuh inangnya. Hal seperti ini akan menyebabkan tubuh inang mengalami mal nutrisi yang akan mempengaruhi metabolisme tubuhnya.

Dalam ilmu kesehatan hewan, parasit identik dengan organisme penyebab penyakit pada hewan. Sebagian penyakit yang menyerang hewan disebabkan oleh parasit yang hidup dan berkembang biak dalam tubuhnya.

Dalam dunia “perparasitan” digunakan dua istilah, yakni infeksi dan infestasi. Perbedaannya, infeksi adalah ketika sejumlah kecil dari suatu parasit dapat menimbulkan respon seluler atau imunologi tubuh maupun kerusakan pada inang. Sedangkan infestasi, mulai digunakan ketika sejumlah kecil parasit tidak dapat menimbulkan kerusakan pada inang, atau dengan kata lain sejumlah besar parasit yang dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh inang.

Ektoparasit
Digolongkan dari tempat hidupnya ada dua jenis parasit, yaitu parasit yang hidup di luar tubuh inang (ektoparasit) dan parasit yang hidup di dalam dalam tubuh inangnya (endoparasit). Keduanya sama-sama merugikan apabila menyerang inangnya, dalam hal ini hewan ternak.

Berbicara mengenai ektoparasit, Prof Upik Kesumawati dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) angkat bicara. Menurutnya, beberapa jenis arthtropoda merupakan ektopasarit yang penting dan berperan atas kerugian berupa penurunan produktivitas pada ayam.

“Kita ambil contoh misalnya kutu ayam dari spesies Menopon gallinae yang biasa menjadi ektoparasit pada ayam, mulanya satu atau dua, namun lama-kelamaan kutu tersebut akan berkembang biak dan mengisap darah dalam jumlah besar pada ayam,” tutur Upik.

Kutu busuk Chimex Hemipterus. (Foto: Ist)

Lebih lanjut dijelaskan, dengan keberadaan dan aktivitas kutu di tubuh sang inang akan membuatnya tidak nyaman. Gigitan dari kutu menyebabkan rasa gatal. “Selain stres akibat tidak nyaman, nutrisi dari inang juga otomatis terhisap, hal ini tentunya menjadikan produktivitas menurun dan imunitas juga turun akibat stres,” jelasnya.

Adapun ektoparasit lain yang kerap ditemukan pada ayam ialah tungau dari spesies Megninia sp. dan Knemidokoptes sp. Kedua ektoparasit tersebut memang tidak mengisap darah seperti halnya kutu, namun tungau… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2020) (CR)

MASALAH PARASIT MASIH MEMBELIT

Ternak ayam petelur. (Foto: Dok. Han)

Fenomena masalah parasit pada unggas, baik broiler dan layer nampaknya masih dianggap remeh dan kurang diperhatikan karena tidak menimbulkan kematian yang mendadak dan tinggi seperti halnya penyakit viral (misal Newcastle disease/ND atau Avian influenza/AI). Padahal serangan parasit juga mampu menimbulkan kerugian cukup besar. Waktu serangannya pun sulit diketahui, tiba-tiba saja produktivitas (telur atau berat badan) ayam menurun.

Untuk itu penulis akan mencoba menyegarkan kembali dengan memberikan update informasi perkembangan terkini masalah parasit beserta langkah-langkah diagnosis dan program pengendaliannya.

Data hasil kolaborasi dengan PT Ceva pada April 2020 di wilayah Pulau Sumatra dan Jawa menunjukkan kejadian penyakit parasit masih menjadi momok yang menakutkan bagi peternak, dimana untuk ternak broiler serangan parasit yang ditemukan adalah Koksidiosis dan untuk layer adalah Helminthiasis/cacingan. Adapun data secara detailnya sebagai berikut:

Data pada April 2020 menunjukan serangan parasit pada peternakan ayam masih ditemukan.

Kejadian kasus penyakit pada unggas pada April 2020 masih didominasi oleh penyakit viral ND sejumlah 21% kasus dan bakterial Complex Chronic Respiratory Disease (CCRD) sejumlah 15% kasus. Untuk penyakit yang disebabkan oleh parasit juga masih ditemukan yakni Helminthiasis sebanyak 5%, diikuti oleh Koksidiosis sebanyak 3,75%. Helminthiasis terjadi pada banyak peternakan layer dan saat ini yang tengah marak adalah infestasi cacing pita, Raillietina sp. dan Acantocephala dengan spesies Mediorhynchus gallinae.

Penyakit cacingan bisa berpotensi menyebabkan penyakit lain masuk ke dalam tubuh ayam. Terutama luka pada usus, karena cacing bisa menyebabkan tumbuhnya bakteri Clostridium perfringens penyebab penyakit Necrotic enteritis (NE). Kejadian NE sendiri dari data di atas menempati peringkat ketiga dengan kejadian kasus sebanyak 13,75 %.

Helminthiasis
Penyakit cacingan merupakan infeksi yang disebabkan oleh adanya infestasi parasit pada ayam. Cacing yang umum menyerang ayam yakni cacing gelang maupun cacing pita. Keduanya hidup di saluran pencernaan ayam. Cacing gelang yang sangat sering ditemui yaitu dari jenis Ascaridiagalli dan Capillaria sp. atau cacing gelang dengan ukuran sangat kecil yaitu Heterakis gallinarum yang berbentuk seperti rambut-rambut halus, biasa ditemui di sekum ayam. Sedangkan untuk cacing pita umumnya ditemukan jenis Raillietina sp.

Ayam layer yang terkena cacingan menunjukkan gejala produksi telur dan berat badan turun, kotoran menjadi basah, pucat dan bulu kusut. Cacingan juga dapat berdampak anemia pada ayam yang menyebabkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2020

Ditulis oleh:
Drh Sumarno, Senior Manager AHS PT Sierad Produce dan 
Han, praktisi peternak layer Rehobat

CACING, PARASIT YANG (DIAM-DIAM) BIKIN PAILIT

Infestasi cacing dalam saluran pencernaan ayam dapat menimbulkan luka pada mukosa usus dan menjadi tempat masuknya penyakit lain. (Foto: Istimewa)

Perhatian sering kali lebih banyak tertuju pada penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri dan mikotoksin, namun masyarakat peternakan sering luput dengan penyakit parasitik seperti cacingan. Di luar sana, masih saja ditemui kasus kecacingan pada peternakan ayam.

Akibat dari penyakit kecacingan secara klinis memang tidak separah akibat dari penyakit viral maupun bakterial, sehingga cacingan dipandang sebelah mata. Pada awal kejadian, penyakit cacingan tidak menimbulkan kematian dan tidak terlihat pada data recording farm, berupa penurunan produksi telur. Namun pada kenyataannya di lapangan, kasus cacingan seringkali menjadi pintu pembuka bagi masuknya penyakit viral dan bakterial lain.

Infestasi cacing dalam saluran pencernaan ayam dapat menimbulkan luka pada mukosa usus dan menjadi tempat masuknya bakteri Clostridium sp, sebagai penyebab penyakit Nekrotik enteritis (NE). Oleh karena itu, pengendalian dan penanganan kasus penyakit NE tidak terlepas dari langkah-langkah pengendalian penyakit parasiter cacingan, selain pengendalian juga terhadap penyakit parasiter Koksidiosis.

Peternak tidak pernah tahu ayam menderita cacingan atau tidak, selama tidak melakukan pemeriksaan terhadap feses, untuk mencari kemungkinan adanya telur cacing, maupun potongan tubuh cacing. Dan biasanya, diketahui ternak mengalami kecacingan setelah dilakukan bedah bangkai, berkaitan dengan kasus lain yang sedang diperiksa. Jarang sekali dilakukan bedah bangkai khusus yang ditujukan untuk mengetahui ada/tidaknya infestasi cacing di dalam tubuh ayam. Sehingga diagnosa kecacingan ditegakkan setelah terlihat adanya cacing di dalam saluran pencernaan.

Nematoda atau Cacing Gilig
Cacing ini merupakan cacing saluran pencernaan yang paling umum. Parasit ini disebut cacing gilig karena berbentuk bulat serta tidak bersegmen dan merupakan kelompok parasit penting pada unggas sehubungan dengan banyaknya spesies dan dampak yang ditimbulkan.

Ada dua jenis siklus hidup nematoda, siklus hidup langsung dan siklus hidup tidak langsung. Pada cacing gilig dengan siklus hidup langsung, perkembangan siklus hidup terbagi atas empat bagian; (1) Telur yang dikeluarkan bersama feses. (2) Telur yang berada di lingkungan, berkembang, menetas dan tertelan oleh hospes. (3) Berkembang menjadi larva pada bagian proventrikulus. (4) Cacing dewasa di usus.

Pengendalian dan pengobatan ditujukan langsung pada hospes dengan tujuan mematikan dan mengeluarkan parasit secara langsung. Sedangkan pada cacing dengan siklus hidup tidak langsung, pengendalian dan pengobatan dapat ditujukan terhadap hospes sementaranya dan pengobatan terhadap hospes dengan tujuan mematikan dan mengeluarkan parasit secara langsung.

Infeksi Ascaridia sp. 
Spesies Ascaridia merupakan contoh utama parasit cacing yang sering ditemukan pada ayam. Siklus hidup spesies ini tidak membutuhkan hospes perantara. Penularan penyakit parasit ini melalui… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2020)

Drh Yuni
PT ROMINDO PRIMAVETCOM

Waspada Parasit, Sebelum Kerugian Membelit

Infestasi kutu pada ayam.
((Kata parasit seringkali didengar dalam kehidupan sehari-hari, tentunya dengan konotasi yang selalu negatif. Pada kenyataannya memang begitu, organisme parasit memang selalu merugikan inang yang ditumpanginya, baik pada manusia maupun hewan.))

Dalam kamus biologi, paarasit merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut makhluk hidup yang hidupnya tergantung pada makhluk hidup lain. Kata parasit berasal dari bahasa Yunani ‘Parasitos’ yang artinya di samping makanan (para = di samping/di sisi, dan sitos = makanan).

Parasit hidup dengan menempel dan menghisap nutrisi dari makhluk hidup yang ditempelinya. Makhluk hidup yang ditempeli oleh parasit disebut dengan istilah inang. Secara umum, keberadaan parasit pada suatu inang akan merugikan dan menurunkan produktivitas inang. Karena selain menumpang tempat tinggal, parasit juga mendapatkan nutrisi dan sari makanan dari tubuh inang. Hal seperti ini akan menyebabkan tubuh inang mengalami mal nutrisi yang akan mempengaruhi metabolisme tubuhnya.

Dalam ilmu kesehatan hewan, parasit identik dengan organisme penyebab penyakit pada hewan. Sebagian penyakit yang menyerang hewan disebabkan oleh parasit yang hidup dan berkembang biak dalam tubuhnya. Dalam istilah “perparasitan” digunakan dua istilah, yakni infeksi dan infestasi. Perbedaannya, istilah infeksi adalah ketika sejumlah kecil dari suatu parasit dapat menimbulkan respon seluler atau imunologi tubuh maupun kerusakan pada inang, dan istilah infestasi mulai digunakan ketika sejumlah kecil parasit tidak dapat menimbulkan kerusakan pada inang, atau dengan kata lain sejumlah besar parasit yang dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh inang.

Kutu ayam Menopon gallinae.
Serangan Luar-Dalam
Digolongkan dari tempat hidupnya, ada dua jenis parasit yakni parasit yang hidup di luar tubuh inang (ektoparasit) dan parasit yang hidup di dalam dalam tubuh inangnya (endoparasit). Keduanya tentunya sama-sama merugikan apabila menyerang inangnya, dalam hal ini hewan ternak.

Berbicara mengenai ektoparasit, Prof Upik Kesumawati dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB angkat bicara. Menurutnya, beberapa jenis arthtropoda merupakan ektopasarit yang penting dan berperan atas kerugian berupa penurunan produktivitas pada ayam. “Kita ambil contoh misalnya kutu ayam dari spesies Menopon gallinae yang biasa menjadi ektoparasit pada ayam, mulanya satu atau dua, namun lama kelamaan si kutu akan berkembangbiak dan menghisap darah dalam jumlah besar pada si ayam tadi,” ujar Upik.

Ia menjelaskan, dengan keberadaan dan aktivitas kutu di tubuh inangnya, membuat inang akan menjadi tidak nyaman. Gigitan dari kutu menyebabkan rasa gatal yang amat sangat. Selain itu, kutu juga mengisap darah dari si inangnya. “Selain stres akibat tidak nyaman, nutrisi dari inang juga otomatis terhisap, hal ini tentunya menjadikan produktivitas menurun dan imunitas juga turun akibat stres,” jelasnya.

Ektoprasit lain yang kerap ditemukan juga pada ayam misalnya tungau dari spesies Megninia sp. dan Knemidokoptes sp. Kedua ektoparasit tersebut memang tidak menghisap darah seperti halnya kutu, namun tungau memakan sel-sel kulit pada ayam dan dapat menggali terowongan di bawah kulit si ayam. Aktivitas menggali terowongan tersebut menyebabkan rasa gatal dan nyeri pada ayam, serta mengakibatkan kerusakan kulit yang biasa disebut kaki berkapur (scaly leg). “Dampaknya akan sama seperti infestasi kutu tadi, ayam akan stres sehingga imunitasnya turun, mudah terserang penyakit infeksius lainnya,” ucap dia... (CR)


Selengkapnya baca Majalah infovet edisi Juli 2018.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer