Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini PT Romindo Primavetcom | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

POTRET PENYAKIT UNGGAS KINI DAN NANTI

Ternak ayam broiler. (Foto: Istimewa)

Selama 2023, banyak informasi dari para dokter hewan lapangan PT Romindo (Veterinary Representative) di seluruh Indonesia, yang melaporkan bahwa kasus penyakit ND (newcastle disease), IBD (infectious bursal disease), SHS (swollen head syndrome), CRD, NE, coryza, NE, kolera, dan kolibasilosis kejadiannya selalu tinggi setiap bulan. Selain itu, penyakit yang dipicu oleh mikotoksikosis dan kondisi heat stress juga dilaporkan tinggi dan terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Sebelum lebih jauh membahas penyakit-penyakit di atas, akan dijelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan imunosupresi pada ayam, karena faktor tersebut sangat erat kaitannya dengan terjadinya penyakit-penyakit pada ayam.

Kasus penyakit ayam umumnya terdiri atas penyakit primer dan sekunder, meskipun tidak menutup kemungkinan kasus yang terjadi merupakan gabungan dari beberapa penyakit primer dan sekunder yang menyebabkan penyakit komplikasi/kompleks. Penyakit primer yang dimaksud di sini adalah penyakit yang disebabkan karena jumlah tantangan agen penyakit yang tidak dapat diatasi oleh sistem pertahanan tubuh ayam, sedangkan penyakit sekunder yang dimaksudkan di sini adalah penyakit yang disebabkan melemahnya sistem pertahanan tubuh ayam (imunosupresi), sehingga memudahkan terjadinya infeksi agen penyakit lain.

Imunosupresi merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan reaksi pembentukan zat kebal tubuh atau antibodi akibat kerusakan organ limfoid. Dengan adanya penurunan jumlah antibodi dalam tubuh, maka agen-agen penyakit akan lebih leluasa masuk dan menginfeksi bagian tubuh sehingga timbul gangguan pertumbuhan dan produksi. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh ayam antara lain rusaknya organ limfoid primer ataupun sekunder karena infeksi virus dan mikotoksin, rusaknya organ limfoid sekunder karena infeksi bakterial, stres yang memengaruhi fungsi organ limfoid primer, serta efek nutrisi dan manajemen yang dapat memengaruhi organ limfoid primer maupun sekunder. Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan sistem pertahanan tubuh, organ limfoid penghasil sistem kekebalan tubuh harus dijaga.

Terjadinya kondisi imunosupresi disebabkan kerusakan dan terjadinya gangguan fungsi organ limfoid, baik organ limfoid primer maupun sekunder. Penyakit yang merusak struktur dan fungsi organ limfoid primer di antaranya mikotoksikosis, gumboro, mareks, infeksi reovirus, infeksi chicken anemia, dan infeksi ALVJ. Sedangkan penyakit yang dapat merusak struktur dan fungsi organ limfoid sekunder adalah… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

MERDEKA DARI PENYAKIT PERNAPASAN

Infeksi mikoplasma dapat menyebabkan air sacculitis dan dapat menyebar melalui transovarial atau penularan secara vertikal dari induk ke anak ayam. (Foto: Istimewa)

Kesehatan saluran  pernapasan ayam sangat penting untuk mencapai target produktivitas pada ayam pedaging maupun petelur. Ayam yang dipelihara dalam lingkungan terbatas membutuhkan faktor pendukung ideal untuk pertumbuhan optimal, sehingga dapat berproduksi maksimal.

Faktor pendukung tersebut adalah udara, air, dan pakan. Bila ketiga faktor itu dapat terpenuhi secara ideal, kemampuan bibit penyakit dalam menimbulkan penyakit berkurang, apalagi bila biosekuriti dilakukan secara optimal. Tulisan ini mengulas mengenai kesehatan saluran pernapasan dan chronic respiratory disease sebagai penyakit penting saluran pernapasan beserta pencegahannya.

Kesehatan saluran pernapasan harus selalu mendapat perhatian serius untuk mencapai puncak kemampuan genetik ayam. Karena dampak dari semakin tingginya produktivitas, ayam menjadi semakin sensitif terhadap perubahan lingkungan dan ancaman penyakit, sehingga membutuhkan manajemen kesehatan saluran pernapasan yang lebih baik.

Fungsi utama saluran pernapasan ayam adalah menyediakan oksigen dalam jumlah cukup, mengeluarkan CO2 dan membantu proses tanggap kebal. Syarat memenuhi fungsi pernapasan tersebut adalah ketersediaan udara bersih dan saluran pernapasan yang sehat.

Karakteristik saluran pernapasan ayam antara lain saluran pernapasan relatif panjang dibanding dengan tubuh, dalam proses pernapasan paru-paru tidak ekspansif dan memiliki kantung udara, serta tidak memiliki diafragma. Konsekuensi karakteristik saluran pernapasan ayam tersebut adalah infeksi kantung udara menjadi sering muncul dan dapat meluas, serta menyebar ke organ lain.

Saluran pernapasan memiliki berbagai sistem pertahanan tubuh terhadap agen infeksius. Silia yang dapat menangkap agen infeksi dan epitel saluran pernapasan merupakan sistem pertahanan struktural. Makrofag dan netrofil merupakan sistem pertahanan selular non-spesifik. Sedangkan sistem kekebalan spesifik pada saluran pernapasan dapat bersifat humoral dan selular. Mukus pada saluran pernapasan termasuk sistem pertahanan sekretorik.

Di dalam saluran pernapasan dapat terjadi interaksi antar mikroorganisme penyebab penyakit. Sangat sering terjadi infeksi gabungan mikroorganisme penyebab penyakit, misal antara virus dengan virus, virus dengan bakteri, bakteri dengan mikoplasma, dan lain sebagainya. Infeksi gabungan antar mikroorganisme dapat memberikan efek sinergistik.

Penyakit saluran pernapasan selain menimbulkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

PENYAKIT BAKTERI YANG TAK KUNJUNG BERHENTI

Ayam broiler. (Sumber: Freepik.com)

Bakteri patogen memegang peranan penting dalam tingkat kejadian penyakit pada ayam di Indonesia. Kasus penyakit pada ayam lebih dari 50% disebabkan oleh bakteri. Distribusi penyakit bakterial 70% disebabkan oleh bakteri tipe gram negatif dan 30% disebabkan bakteri gram positif. Bakteri gram negatif menyebabkan 80% penyakit pada sistem pernapasan, 60% penyakit pada sistem pencernaan, 40% pada sistem reproduksi dan 70% pada multisistemik.

Beberapa bakteri gram negatif terpenting pada ayam diantaranya Echerichia coli, Haemophillus paragallinarum, Pasteurella multocida, Salmonella sp., Pseudomonas aeruginosa, Camphylobacter sp., dan Ornithobacterium rhinotracheale. Sedangkan beberapa bakteri gram positif diantaranya Clostridium sp., Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp.

Beberapa penyakit bakterial yang memiliki arti ekonomi tinggi dan tingkat kesulitan tinggi diantaranya Kolibasilosis, Snot, Salmonellosis, Kolera unggas, infeksi Klostridial dan Kampilobakteriosis. Pengobatan pada penyakit dengan tingkat kesulitan tinggi kerap kali menyebabkan terjadinya super infeksi dan respon terhadap vaksin mengalami hambatan, sehingga vaksinasi menjadi tidak efektif.

Terdapat empat macam manifestasi penyakit bakterial pada ayam, yaitu bersifat primer (infeksi bakteri merupakan penyebab utama ayam sakit), sekunder (infeksi bakteri setelah adanya infeksi bersifat primer), tunggal (jumlah infeksi bakteri hanya satu spesies) dan campuran (terjadi infeksi disebabkan lebih dari satu agen penyakit).

Kolibasilosis
Kolibasilosis disebabkan Escherichia coli, bakteri gram negatif yang merupakan bakteri yang normal berada di dalam usus ayam sehat terutama bagian jejunum, ileum dan sekum. E. coli  dapat berada di sekitar area peternakan yang dapat bersumber pada kontaminasi dari kotoran ayam. Penyakit ini dapat terjadi pada semua tingkat umur ayam.

Salah satu produk antibakterial sintetik yang masih merupakan pilihan utama peternak adalah… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2021.

Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264, Jakarta
Telp: 021-8300300

MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN TOKSIN PADA PAKAN

Kemampuan mengetahui keberadaan mikotoksin dalam bahan baku pakan ternak ayam menjadi hal yang sangat penting saat ini. (Foto: Dok. Infovet)

Toksin merupakan hasil metabolit sekunder jamur, disintesis dan dikeluarkan selama pertumbuhan jamur tertentu, pada saat di ladang (field toxin) maupun pada saat penyimpanan di gudang (storage toxin). Ketika pertumbuhan jamur berhenti, saat itu juga produksi mikotoksin berhenti, tetapi mikotoksin yang sudah terbentuk dan tersimpan tetap ada dan tidak hilang, karena merupakan bahan kimia yang stabil, tahan terhadap temperatur tinggi dan dalam proses pembuatan pakan. Bersifat residif, tertimbun dan terakumulasi, terutama pada hati, ginjal, otot dan telur terutama yolk. Pada dosis rendah dapat menyebabkan terjadinya imunosupresi (gangguan pembentukan kekebalan tubuh) dan bersifat antimikrobial sehingga menimbulkan terjadinya feed passage (bentuk feses masih menyerupai bentuk pakan utuh).



Jamur yang memproduksi toksin dapat dikategorikan menjadi dua berdasarkan tempat proses tumbuhnya, yaitu Field Fungi (contoh fusarium) dan Storage Fungi (contoh Aspergillus sp. dan Penicillium sp.).

Pada masa tanam, kandungan jamur semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan tanaman jagung. Mikotoksin yang dihasilkan jamur pun semakin meningkat, hal ini didukung oleh kondisi iklim, manifestasi serangga, variasi kualitas bibit, maupun tingkat kepadatan tanaman.

Pada proses panen, pembentukan mikotoksin antara lain karena tingkat kematangan tanaman, kadar air biji tanaman dan praktik manajemen pertanian. Kemudian pada saat penyimpanan pembentukan mikotoksin dipengaruhi oleh kandungan air, serangga dan penambahan bahan pengawet. Selain itu, distribusi bahan baku pakan juga berpengaruh terhadap pembentukan mikotoksin, seperti kondisi proses saat pengapalan.



Kemampuan mengetahui keberadaan mikotoksin dalam bahan baku pakan menjadi hal yang sangat penting saat ini. Kemampuan ini wajib dimiliki semua pihak yang terlibat dalam industri perunggasan, terutama para QC (quality control) pabrik pakan dan penanggung jawab kesehatan di farm.

Analisis mikotoksin dengan metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography) biasa digunakan untuk memeriksa bahan baku pakan asal biji-bijian. Kemampuan diagnosis mikotoksikosis berdasarkan gejala klinis pada saat bedah bangkai juga harus dimiliki oleh setiap petugas lapangan. Kedua macam pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai “pisau analisa” permasalahan yang terjadi di lapangan dan dapat digunakan sebagai dasar-dasar tindakan pencegahan.

Strategi Pengendalian Toksin
• Pastikan bahan baku pakan mempunyai kualitas terbaik. Misalnya jagung dengan… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2021)

Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264, JAKARTA
Telp: 021 8300300

CARA TEPAT MENGELOLA STRES PADA BROILER DAN LAYER MODERN

Kepadatan kandang perlu dijaga untuk menghindadi stres. (Foto: Istimewa)

Perkembangan yang terjadi pada ayam ras baik broiler maupun layer modern dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini sangat luar biasa, baik secara genetik, pola pemeliharaan dan hasil performa produksinya.

Ayam broiler modern mempunyai daya tumbuh yang sangat pesat dengan tingkat konversi pakan yang efisien dan deplesi yang rendah. Dari data yang diperoleh melalui peternak, saat ini ayam broiler pada umur 28 hari dapat mencapai berat rata-rata 2,0-2,2 kg/ekor dengan nilai konversi pakan 1,48-1,52 dan deplesi kurang dari 3%.

Sedangkan ayam layer modern mulai bertelur pada umur kurang lebih 19 minggu dan mencapai puncak produksi (90%) di umur 25 minggu. Hingga umur 80 minggu, total telur yang dihasilkan mencapai 340 butir atau 21 kg/ekor dengan deplesi 10%.

Dengan percepatan pertumbuhan tersebut, ancaman dan dampak stres menjadi salah satu tantangan terbesar bagi industri peternakan ayam ras modern. Untuk itu, penting kiranya agar dapat  mengidentifikasi gejala-gejala stres unggas sedini mungkin.

Klasifikasi jenis penyebab stres:
1. Lingkungan: Ventilasi kandang yang buruk, tingginya gas amonia, polutan, litter basah, lampu dengan intensitas tinggi.
2. Iklim: Kelembapan, suhu panas atau dingin yang ekstrem.
3. Fisiologis dan genetik: Pertumbuhan yang sangat cepat pada broiler modern, periode puncak produksi pada layer modern, proses pematangan seksual dan moulting.
4. Nutrisi: Kekurangan nutrisi, feed intake bermasalah, perubahan pakan dan adanya toksin dalam pakan.
5. Fisik: Penangkapan, pemindahan, transportasi dan vaksinasi.
6. Sosial: Kepadatan kandang dan kondisi tubuh yang buruk.
7. Psikologis: Ayam mengalami ketakutan, perubahan pekerja kandang, perlakuan kasar dari pekerja.

Dampak Stres pada Tubuh Ayam
Reaksi stres merupakan reaksi alami tubuh terhadap stresor. Stresor dapat berupa agen penyakit, perubahan temperatur ekstrem, kepadatan ternak, obat-obatan, vaksinasi, polutan dan bahkan pakan. Efek dari stresor dipengaruhi oleh jumlah, durasi, variasi genetik dan status kekebalan ayam. Terdapat dua tipe stres, yakni stres akut dan stres kronis.

Pada stres akut, stresor bekerja dengan waktu singkat dan hanya sedikit mempengaruhi ayam. Penyebabnya antara lain perubahan suhu secara mendadak, pergantian pakan, vaksinasi, pengobatan, kerusakan sementara peralatan perkandangan, perubahan jadwal pakan, kosongnya saluran air minum. Stresor mengaktifkan symphatethic adrenomedullary system, sehingga hormon adrenalin lebih banyak bekerja mengakibatkan peningkatan aktivitas metabolisme. Gejala yang tampak, ayam lebih aktif. Efek terhadap kekebalan hampir tidak ada.

Untuk stres kronis, stresor bekerja dengan waktu relatif lebih lama dan simultan. Hal ini sangat mempengaruhi… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2020)

Drh Yuni
PT ROMINDO PRIMAVETCOM

PERKEMBANGAN KASUS AVIAN INFLUENZA DAN SOLUSINYA

Vaksinasi masih menjadi andalan dalam mencegah AI. (Sumber: Istimewa)

Kasus Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) masih banyak terjadi di dunia. China merupakan negara yang paling banyak mengalami wabah yang disebabkan oleh beberapa strain virus HPAI (H5N1, H7N9, H5N6 dan H5N8) dengan penyebaran yang semakin luas pada unggas dan juga korban pada manusia.

Di Indonesia, hingga saat ini kasus Avian Influenza (AI) pada unggas telah menyebar keseluruh provinsi. Berdasarkan laporan dari Team Veterinary Representative PT Romindo Primavetcom, kasus AI masih terjadi di Kalimantan (dua kasus), Medan (tiga kasus), Jawa Timur (dua kasus) dan Tangerang (satu kasus).

Penyakit AI dilaporkan pertama kali muncul di Indonesia pada 2003 silam, penyakit tersebut disebabkan oleh HPAI strain H5N1 clade 2.1. Sampai saat ini Kasus AI telah menyebar di seluruh provinsi, dan dikarenakan dampaknya yang merugikan, maka AI dimasukan dalam 25 penyakit hewan menular strategis berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 4026/Kpts/OT.140/4/2013.

Virus AI dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu bentuk akut yang disebut dengan HPAI dan yang bentuk ringan disebut Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI). Virus pada unggas yang mempunyai subtipe H5 atau H7 telah diketahui mempunyai hubungan erat dengan penyakit yang bersifat patogenik, sebaliknya banyak juga virus influenza A subtipe H5 atau H7 yang bersifat tidak patogen (Tabbu, 2000).

Sebagian besar ahli penyakit unggas menyatakan penanggulangan AI masih sulit mencapai hasil yang diinginkan. Beberapa hal yang menjadi hambatan untuk bebas dari penyakit AI diantaranya sistem pemasaran unggas yang sebagian besar belum tertata dengan baik. Dengan sistem pemasaran yang ada saat ini, ayam afkir yang diduga terjangkit AI dapat mencemari tempat penampungan di pasar tradisional dan mencemari alat transportasi yang berasal dari pasar tradisional tersebut. Sehingga pada saat kembali ke peternakan, alat-alat transportasi tersebut akan mencemari peternakan karena tidak melalui proses sanitasi dan desinfeksi yang baik.

Vaksin inaktif AI saat ini sering menjadi “kambing hitam” kegagalan program penanggulangan penyakit. Perdebatan penggunaan vaksin yang efektif masih sering didiskusikan.

Program vaksinasi pada peternakan petelur komersial dan peternakan ayam pembibit saat ini sudah berjalan dan terprogram dengan baik. Namun, masih ada empat kelompok unggas yang belum melakukan vaksinasi terhadap AI, yaitu kelompok ayam broiler (pedaging), ayam pejantan (jantan jenis ayam petelur), ayam kampung dan jenis unggas lain (bebek, angsa, puyuh). Hal tersebut mengakibatkan kurang efektifnya program vaksinasi terhadap AI karena jumlah populasi ayam terbesar di Indonesia adalah populasi ayam broiler, ayam kampung dan unggas lain dibandingkan dengan populasi ayam petelur komersial dan ayam pembibit.

Penanggulangan AI dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Terdapat tiga hal yang dapat dilakukan di peternakan, yaitu tatalaksana peternakan yang optimal, vaksinasi dan biosekuriti.


Karakteristik Patologi Anatomi AI.

Program Vaksinasi AI
Perlu dipahami bahwa pemberian vaksinasi AI tidak dapat serta-merta secara langsung menghilangkan tantangan virus dan memberikan jaminan bahwa ayam bebas dari penyakit AI.

Tujuan vaksinasi terhadap AI adalah untuk mengurangi gejala klinis, mengurangi gangguan produksi telur, menurunkan mortalitas yang disebabkan virus AI, mengurangi populasi ayam yang rentan dan mengurangi pencemaran/shedding virus di lokasi peternakan.

Prinsip dasar pemakaian vaksin AI adalah antigen vaksin harus dapat memberikan stimulasi kekebalan yang optimal sebelum virus asal lapang menginfeksi tubuh ayam. Kemudian, vaksin harus homolog dengan sub tipe H atau subtipe H dan N virus asal lapang. Karakteristik vaksin AI yang ideal (menurut Suarez, 2000) vaksin dapat meransang respon kekebalan humoral (HMI-humoral mediate immunity) dan kekebalan seluler (CMI-cell mediate immunity), sehingga perlindungan terhadap ayam cepat terbentuk.

Vaksin AI juga harus aman untuk unggas dan aman untuk diproduksi. Master seed berasal dari virus LPAI, serta waktu yang diperlukan untuk stimulasi kekebalan singkat sehingga cocok  digunakan pada ayam pedaging.

Kriteria lain yang diharapkan pada vaksin AI adalah harga relatif tidak mahal, mudah diberikan pada ayam, perlindungan efektif dan dapat dicapai dengan dosis tunggal untuk ayam semua umur.

Pencegahan penyakit terhadap AI umumnya sudah dilakukan oleh peternak. Program standar yang telah dilakukan peternak ayam petelur adalah dengan melakukan vaksinasi dengan vaksin inaktif sebanyak minimal tiga kali. Bahkan di beberapa wilayah padat peternakan, vaksinasi inaktif telah dilakukan 3-4 kali pada periode grower dan 1-2 kali pada periode bertelur. 

Pelaksanaan Vaksinasi AI
Teknik alias cara pemberian vaksin juga mempengaruhi hasil vaksinasi. Pemberian vaksin dengan reaksi stres yang minim dapat meningkatkan ransangan kekebalan yang tinggi. Selain itu metode vaksinasi, program vaksinasi, vaksinator dan peralatan vaksinasi beserta sarana/prasarana peternakan ayam, meliputi umur/variasi umur dan status kesehatan, kesemuanya memegang peranan dalam keberhasilan penanggulangan AI.
Untuk mengurangi... (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2020)


Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264
JAKARTA. Telp.021 8300300

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer