Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini PT Nutricell Pasific | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

NUTRICELL BUKA KERAN EKSPOR KE BENUA BIRU


Pelepasan kontainer ekspor PT Nutricell Pacific 


Pandemi Covid-19 nyatanya tidak serta merta menutup kesempatan PT Nutricell Pasific untuk tetap membuka peluang. Nyatanya pada Kamis (8/10) PT Nutricell Pacific meresmikan ekspor mereka ke benua biru, lebih tepatnya Negara Jerman. Acara launching eskpor tersebut dilaksanakan di pabrik Nutricell yang berlokasi di Taman Tekno, Tangerang Selatan. 

Dalam sambutannya, CEO PT Nutricell Pasific Suaedi Sunanto menyatakan kebanggaan dan kegembiraannya terkait kegiatan ekspor tersebut. Pasalnya setelah berhasil menembus pasar Asia pada 2019 yang lalu, kini Nutricell berhasil naik ke level yang lebih tinggi.

"2019 lalu kita tembus pasar Asia, kini Eropa. Dengan begini kita punya portofolio yang lebih baik lagi. Kita semua tahu bahwa pasar Internasional ini terutama Jerman dan Jepang memang sangat sulit ditembus, ini karena mereka menerapkan standar tinggi baik secara regulasi dan kualitas. Oleh karena itu saya juga berterima kasih kepada seluruh tim yang sudah bekerja keras mewujudkan hal ini," tukasnya.

Dalam kesempatan yang sama mewakili Menteri Pertanian yang berhalangan hadir, Direktur Kesehatan Hewan Fadjar Sumping Tjaturrasa juga memberi apresiasi kepada Nutricell atas pencapaiannya. Menurut dia apa yang dilakukan Nutricell menunjukkan bahwa produk dalam negeri dapat bersaing di kancah dunia.

"Ini sangat luar biasa, kami sangat bangga dengan pencapaian ini. Saya juga berharap apa yang dilakukan oleh Nutricell juga bisa banyak ditiru oleh perusahaan obat hewan lain, dan industri obat hewan hingga kini memang merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia di kancah ekspor," tutur Fadjar.

Pada hari itu, sebanyak 5 ton bahan baku obat hewan berupa ekstrak jambu mete diekspor ke negeri Bavaria. Nilainya mencapai 917 juta rupiah atau sekitar 53.000 euro. Semoga saja setelah ini Indonesia kembali dapat membuka pasar di luar negeri, bukan hanya bahan baku tetapi juga produk obat hewan. (CR)

SEMINAR NASIONAL ISPI: MIMPI BESAR MEMBANGUN KEMANDIRIAN INDUSTRI PERSUSUAN INDONESIA




Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) menggelar  Seminar Nasional dengan mengusung tema:

MIMPI BESAR MEMBANGUN KEMANDIRIAN INDUSTRI PERSUSUAN INDONESIA

Pokok-Pokok Bahasan:
- Kebijakan dan Program Pemerintah: Implementasi Rencana Induk Pengembangan Sapi Perah (Blueprint)
- Strategi dan Upaya Dalam Meningkatkan Produksi Susu Nasional
- Peran GKSI untuk Meningkatkan Usaha Sapi Perah
- Upaya Peningkatan Produktivitas dan Bisnis Sapi Perah Melalui Pakan Tambahan
- Aksesibilitas Permodalan untuk Usaha Sapi Perah
- Tantangan Dalam Usaha Sapi Perah di Indonesia (sponsorship)
- Peternakan Sapi Perah Orientasi Ekspor

Narasumber:
- Kemenko Perekonomian RI
- Ditjen PKH, Kementerian Pertanian RI
- Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI)
- Nutricell Indonesia
- Perbankan

Waktu dan tempat:
Rabu, 3 Juli 2019 di Grand City Convex, Surabaya.

Investasi:
Rp 500.000/peserta
(Free pengurus ISPI Cabang, Maksimal 2 orang/cabang)

Pendaftaran ditutup:
28 Juni 2019 jam 15.00

IR SUAEDI SUNANTO: INDUSTRI OBAT HEWAN KIAN DINAMIS

Suaedi Sunanto (Foto: Infovet/NDV)

Memiliki kesempatan berjumpa dengan Chief Executive Officer (CEO) PT Nutricell Pacific, Ir Suaedi Sunanto, Infovet disambut dengan keramahan khas pria yang akrab disapa Edi ini. Seperti apa pandangan alumni Fakultas Peternakan IPB ini, perihal industri obat hewan di masa mendatang?

“Tantangan yang paling kelihatan pada industri obat hewan kain dinamis dan dinamika industri ini akan semakin besar dari hari ke hari,” kata Edi.

Mengambil contoh soal pelarangan Antibiotic Growth Promoter (AGP), lanjut Edi, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah begitu berdampak. “Kita tidak pernah menyangka soal pelarangan AGP ini benar-benar berdampak. Begitu dampaknya muncul, kita sendiri kebingungan apa yang harus kita lakukan. Tantangannya di situ,” ungkap pria berkacamata ini.

Selama pelaku usaha industri peternakan paham mengenai teknis dan aturannya, hal itu dinilai Edi justru sebagai peluang besar. “Saya ambil lagi contoh, mengapa pemerintah sempat menghalangi impor jagung? Kalau misalnya impor jagung itu benar-benar dilarang, apa yang dapat dilakukan industri? Dari situ kita bisa melihat kira-kira apa saja peluangnya,” ujar Edi.

Peluang tersebut, kata Edi, bukan hanya dari sisi industri seperti obat hewan, akan tetapi peluang itu juga terjadi di pabrik pakan. Indonesia memiliki pabrik pakan yang pasti inovatif serta paham betul bagaimana cara membuat pakan yang baik dan nilai nutrisi yang tepat.

“Bagaimanapun juga industri obat hewan ini akan lebih diatur, atau dengan kata lain aturan di industri obat hewan akan lebih ketat,” tambah dia.

Kendati perusahaan obat hewan semakin diperketat oleh kebijakan seperti pelarangan antibiotik, Edi melihatnya sebagai opportunity bagi pemain lokal untuk menemukan cara mengadopsi aturan baru lebih cepat.

“Sisi positioning kami dari Nutricell sebenarnya melihat ini sebagai peluang, artinya ingin membantu customer menghadapi situasi seperti ini dengan knowledge. Seperti knowledge tentang pengobatan, kesehatan hewan, termasuk juga pengetahuan mengenai peraturan pemerintah dan bagaimana penerapannya,” terang Edi.

Nutricell juga lengkap dengan adanya parameter, service dan tools yang membuat customer lebih mudah untuk mengakses maupun melihat secara langsung. Nantinya, customer sendiri dapat mengukur apakah produk Nutricell memang solusi dan betul-betul memberikan manfaat untuk mereka.

Menurut Edi, tidak ada satu produk atau satu molekul yang 100% dapat menggantikan fungsi AGP. Hal ini, imbuh Edi, pada akhirnya cara paling efektif menggantikan AGP adalah memperbaiki manajemen kandang seperti biosekuriti. Selain itu, melakukan analisa kira-kira substan atau produk apa yang bisa membantu meningkatkan performance di situasi seperti ini.

Bekerja dengan Enjoy

“Kerja di mana pun saya yakin sebagian besar waktu kita dihabiskan untuk pekerjaan, maka kita harus nyaman. Artinya sangat menderita sekali kalau hidup kita dalam sehari 12 jam lebih, kita habiskan untuk pekerjaan, kita tidak enjoy dan menurut saya itu tidak boleh terjadi,” tegas ayah dua putra ini.

Edi memberi motivasi, bahwa sebagai manusia harus merasakan tempat bekerja sebagai tempat yang terbaik. Berangkat bekerja pun harus dalam kondisi senang, jangan terpaksa. Jika ada masalah, entah itu pribadi maupun masalah dengan atasan, perusahaan pun harus punya mekanisme agar karyawan dapat menyampaikan keluh-kesah secara baik.

“Kalau saya punya masalah dengan anak buah saya, perusahaan harus punya mekanisme bagaimana menyampaikannya. Kita buka komunikasi seluas-luasnya,” ujar Edi.

Lebih lanjut dijelaskan Edi, ketika berada dalam satu tim, sebagai pimpinan harus percaya 100% kepada anak buahnya. “Ketika saya percaya dengan tim, apapun yang dilakukan oleh tim saya akhirnya tidak begitu membebani saya. Apapun yang dilakukan tim, saya yakin dasarnya adalah positif. Dari situ akan menimbulkan kenyamanan saya dalam bekerja,” terangnya. (NDV)

*Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi 297 April 2019

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer