Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Metestrus Bleeding | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

GANGGUAN REPRODUKSI MERECOKI PRODUKTIVITAS SAPI PERAH

Peternakan sapi perah. (Istimewa)

Akhir tahun 2018 kemarin, penulis berkesempatan kembali berkunjung ke salah satu peternak sapi perah binaan yang berada di Situ Udik, Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Setelah lebih dari dua tahun tidak ke sana, perjalanan menuju Kavling 43 menurut penulis banyak mengalami perubahan. Kavling-kavling yang semula penuh dengan sapi perah, kini terlihat lengang dan kosong. Lalu-lalang truk pengangkut rumput dan pengangkut susu ke koperasi juga terlihat kian sepi. Sebagian kandang dibiarkan kosong dan ditumbuhi rumput-rumput liar yang terlihat bersemak semak. Selain itu, kavling rumah anak kandang juga terlihat kosong. Terbesit pertanyaan di benak penulis, apa benar beternak sapi perah di sana sudah tidak menjanjikan lagi?

Melihat fenomena tersebut penulis berbincang dengan H. Burhan pemilik Kavling 43 yang kini masih bertahan dengan populasi 50 ekor sapi perah. Dari populasi tersebut 21 ekor laktasi fase medium dan late dengan days in milk lebih dari 150 hari, sebanyak tujuh ekor calon dara umur kurang dari 15 bulan serta populasi lainnya periode kering, pedet dan sapi jantan.

Burhan bercerita bahwa pada puncak laktasi sapinya dapat mencapai produksi 20 liter per hari. Beberapa sapi mengalami kendala reproduksi yaitu susah terjadi kebuntingan, sehingga produksi susu akan turun terus-menerus secara alami. Ia mengatakan, selain karena faktor pelayanan petugas reproduksi dari koperasi yang masih harus dioptimalkan, banyaknya fenomena pendarahan 1-2 hari setelah inseminasi buatan atau yang dikenal sebagai metestrus bleeding kerap ditemukan.

Produksi susu akan berada pada puncak laktasi pada days in milk 30-120 hari yaitu pada fase peak. Produksi dapat bertahan pada puncak 1-2 bulan kemudian dengan manajemen pemeliharaan dan nutrisi yang bagus. Secara umum pada fase medium atau late dengan days in milk lebih dari 150 hari akan terjadi penurunan secara alami. Sapi dengan perfoma reproduksi baik akan terjadi perkawinan dan kebuntingan pada days in milk 90 -120 hari, sehingga masa kering kandang akan dilakukan pada days in milk 300-330 hari (fase late).

Pada days in milk ini kering kandang dapat berjalan dengan baik dan produksi susu selama tujuh bulan proses kebuntingan juga masih menguntungkan. Sebaliknya, jika kebuntingan terjadi pada fase late (days in milk lebih dari 210 hari), maka pengeringan terjadi pada days in milk 420 hari. Jika hal ini terjadi maka peternak akan mengalami kerugian, karena pada fase late produksi susu sudah tidak mampu menutupi biaya produksi. Kondisi yang lebih parah lagi, jika hingga fase late induk tidak bunting produksi susu akan berhenti atau diberhentikan dalam kondisi tidak bunting (dry off).

Kesempatan berikutnya penulis melakukan observasi ke kandang sapi perah milik Burhan. Desain kandang yang digunakan sangat minim cahaya matahari yang menyebabkan deteksi birahi dengan melihat faktor eksternal tanda birahi menjadi sulit (abang, abuh, anget, dinaiki, menaiki dan keluranya lendir bening). Masalah lainya yang ditimbulkan karena minimnya cahaya matahari adalah kurangnya asupan...

Drh Joko Susilo, M.Sc.
Medik Veteriner Muda
Balai Veteriner Lampung

Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi Februari 2019.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer