Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Leucocytozoonosis | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MALARIA LIKE, PARASIT DARAH PADA UNGGAS YANG BISA MENGGANAS

Leucocytozoon spp. pada ulas darah unggas terinfeksi. (Foto: Istimewa)

Malaria like atau Leucocytozoonosis merupakan penyakit parasit pada unggas yang disebabkan oleh parasit darah, Leucocytozoon spp. Parasit darah ini bisa menyerang semua jenis unggas. Menyebabkan kerugian ekonomis akibat penurunan produksi pada ayam petelur atau layer.

Ayam menjadi lemah, pucat akibat anemia, penurunan jumlah sel-sel darah merah akibat adanya kerusakan hebat. Kerugian ekonomis tidak hanya akibat penurunan produksi telur, tetapi juga penurunan bobot badan, terhambatnya pertumbuhan, hingga kematian.

Mengenal gejala klinis awal mempercepat aksi pengendalian adalah langkah yang baik. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan pengendalian vektor penyakit ini.

Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit adalah parasit darah yang disebut dengan Leucocytozoon spp. Terdapat dua jenis parasit darah ini yang ganas pada unggas, yaitu L. sabrazesi dan L.  Caulleryi (Zhao, 2016).

Malaria like pada unggas selain menyebabkan anemia karena kerusakan sel-sel darah merah yang hebat, yang mengakibatkan gejala anemia, menimbulkan klinis kepucatan yang terlihat pada jengger, pial dan kulit.

Infeksi Leucocytozoonosis bisa terjadi pada burung pinguin dada kuning (Megadyptes antipodes). Prevalensinya pernah tercatat mencapai 73,7% dengan pengujian menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Infeksi juga bisa terjadi pada jenis burung merpati. Infeksi  pada burung merpati prevalensinya mencapai 2% di Bangladesh dan 12% pada ayam di Indonesia (Nath et al., 2014).

Dalam satu kawasan peternakan, infeksi parasit darah ini dapat ditemukan pada… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2023.

Ditulis oleh:
Sulaxono Hadi
Medik Veteriner Ahli
Balai Veteriner Banjarbaru

LEUCOCYTOZOONOSIS, ANCAMAN LATEN PARASIT DARAH PADA UNGGAS

Prevalensi infeksi pada unggas di Indonesia cukup tinggi. Kinerja produksi pada layer dapat terganggu akibat infeksi Leucocytozoonosis. (Sumber: hightoppoultry.com)

Leucocytozoonosis merupakan penyakit parasit pada unggas yang disebabkan oleh parasit darah, Leucocytozoon spp. Ada dua jenis Leucocytozoon spp, yang ganas pada unggas yaitu L. sabrazesi dan L. caulleryi (Zhao, 2016). Nama lain penyakitnya adalah Malaria Like.

Leucocytozoonosis pada unggas menyebabkan anemia karena kerusakan sel-sel darah merah, yang mengakibatkan gejala anemis, kepucatan, lemah, penurunan produksi dan juga kematian pada unggas. Semua jenis unggas dapat terinfeksi parasit ini, bahkan burung pinguin keberadaannya di kutub selatan juga terinfeksi parasit ini sebagaimana dilaporkan oleh Argilla et al., 2013. Infeksi Leucocytozoonosis pada pinguin dada kuning (Megadyptes antipodes) prevalensinya mencapai 73,7% dengan pengujian menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Pada burung dara, Nath et al., (2014) menemukan prevalensinya 2% di Bangladesh dan 12% pada ayam.

Infeksi pada unggas komersial dapat terjadi pada layer, broiler, ayam buras, itik dan entok. Kinerja produksi pada layer dapat terganggu akibat infeksi Leucocytozoonosis. Prevalensi infeksi pada unggas di Indonesia cukup tinggi. Balai Pengujian Veteriner (BVet) Banjarbaru pada 2019 telah melakukan pengujian ulas darah yang diambil di berbagai kabupaten di Kalimantan. Dari sebanyak 904 ulas darah yang diperiksa mikroskopis dengan pewarnaan Giemsa, sebanyak 287 positif Leucocytozoonosis atau prevalensinya 31,75%. Proporsi pengujian adalah 1:2, diantara tiga ekor unggas salah satu diantaranya terinfeksi Leucocytoozoonosis.

Serangan epidemik Leucocytozoonosis mengakibatkan kematian pada layer sekitar 7,75%. Walaupun kematiannya relatif rendah, tetapi penyakit parasit darah ini berakibat pada penurunan produksi yang sangat signifikans, berkisar 42-84% (Sawale et al., 2018).

Kerugian ekonomi yang sangat besar akan dialami peternak layer bila ayam yang sedang produksi terserang penyakit ini. Prevalensi pada ayam layer di Kalimantan pada beberapa kabupaten sentra ayam layer mencapai 29.17% (BVet Banjarbaru, 2019). Bisa diperkerikan kerugian yang terjadi bila infeksi terjadi pada layer di Indonesia yang jumlahnya mencapai 181.752.456 ekor atau pada ayam layer di Sulawesi Selatan yang mencapai populasi 12.426.412 ekor (Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2018).

(a) Ayam tampak pucat dan lemah karena serangan Leucocytozoon spp. (b) Gametosit Leucocytozoon spp. pada ulas darah ayam.

Siklus Hidup
Penyebaran infeksi Leucocytozoonosis tidak terlepas dari peran… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2020.

Ditulis oleh:
Drh Sulaxono Hadi
Medik Veteriner Ahli

WASPADA LEUCOCYTOZOONOSIS PADA AYAM

Kejadian Leucocytozoonosis di lapangan masih cukup merepotkan di peternakan ayam. (Foto: Istimewa)

Apa itu Leucocytozoonosis? Leucocytozoonosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit darah Leucocytozoon sp, yang tergolong dalam famili Plasmodiidae. Di lapangan kejadian kasus sering dikelirukan dengan malaria unggas oleh infeksi Plasmodium sp, karena memang masih satu famili Plasmodiidae dan adanya kemiripan gejala klinis dari keduanya.

Siklus hidup Leucocytozoon meliputi fertilisasi dan perkembangan seksual terjadi di dalam tubuh insekta, sedangkan multiplikasi aseksual terjadi di dalam sel-sel jaringan hospes, yaitu fase skisogoni pada paru-paru, hati, jantung, usus, limpa dan ginjal, serta fase gametogoni terjadi di dalam eritrosit atau leukosit.

Penularan Leucocytozoonosis terjadi melalui gigitan insekta penghisap darah seperti Simulium sp (lalat hitam), Culicoides sp (agas) dan Ornithonyssus sp (tungau) yang bertindak sebagai vektor atau hewan perantara yang menyebarkan penyakit dari hewan sakit ke hewan yang sehat, dari satu lokasi peternakan ke lokasi peternakan lainnya.

Meskipun vektor insekta hanya bersifat infektif selama 18 hari, namun letupan kasus penyakit di lapangan berlangsung terus selama musim serangga. Hal ini disebabkan oleh generasi penerus insekta tersebut berkembang pesat dan menggigit unggas-unggas carrier, sehingga siklus kejadian penyakit seakan tidak pernah berhenti.

Gejala klinis bervariasi, dipengaruhi umur, jenis hewan dan kondisi hewan itu sendiri (umumnya usia > 3 minggu). Gejala klinis yang umumnya terlihat adalah penurunan nafsu makan, demam, haus, depresi, bulu kusam, kemudian pial dan jengger pucat.

Kejadian penyakit dapat berlangsung cepat dengan angka kematian bervariasi dari 10-80%.  Pada kasus akut, mortalitas dapat mencapai 80%, proses penyakit berlangsung cepat dan mendadak, dengan gejala demam, anemia, kelemahan umum, kehilangan nafsu makan, tidak aktif, lumpuh dan terjadi kematian. Ayam dapat mengalami muntah, mengeluarkan feses/kotoran berwarna hijau dan mati akibat perdarahan.

Perubahan patologi paling menonjol adalah ditemukan adanyanya perdarahan titik atau petechiae dengan ukuran yang bervariasi pada kulit, jaringan subkutan, otot dan berbagai organ lain, misalnya ginjal, hati, paru-paru, usus, limpa, timus, pankreas  dan bursa fabricius. Organ hati dan ginjal biasanya membengkak dan berwarna merah kehitaman.

Ornithonyssus sp bertindak sebagai salah satu vektor atau hewan perantara penyebar penyakit pada ayam. (Sumber: veterinaryparasitology.com)

Pengendalian dan Pencegahan
Pengendalian dan pencegahan adalah dengan tindakan paling efektif dengan cara menekan atau mengeliminasi hewan perantara (insekta) dan burung liar sebagai carrier, guna memutus siklus kejadian penyakit yang berulang di lokasi tersebut... (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2020) (AHD-MAS)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer