Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Kotoran Ayam | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

SOLUSI JITU ATASI POLUSI BAU PADA PETERNAKAN AYAM

Salah satu masalah klasik yang menghinggapi setiap peternak ayam adalah bau pada kandang yang disebabkan oleh feses. (Foto: Dok. Rochim)

Tak hanya mengundang kemarahan warga sekitar, bau kandang yang menyengat terkait erat dengan gas berbahaya yang bisa mengganggu kesehatan ayam. Bahkan, mengakibatkan kegagalan usaha.

Salah satu masalah klasik yang menghinggapi setiap peternak ayam adalah bau pada kandang yang disebabkan oleh kotoran ayam. Apalagi peternak ayam kampung skala rumah tangga, yang umumnya memiliki lokasi kandang tak jauh dari lingkungan pemukiman warga. Tak jarang, kekhawatiran munculnya bau dari kandang ayam menyebabkan calon peternak mengurungkan niat usahanya.

Memang, bila tidak segera ditangani, bau yang menguar dari kandang dapat berdampak erat pada kesehatan ayam, hingga kesehatan peternak sendiri. Kelalaian dalam menangani masalah bau pada kandang dapat mengakibatkan ayam mengalami kesulitan bernapas, iritasi tabung pernapasan, radang kantung udara, radang selaput lendir mata, atau kombinasi dari gejala-gejala tersebut.

Selain itu, kondisi tak nyaman akibat bau dapat memicu munculnya stres yang berpengaruh pada sistem imun tubuh ayam. Akibatnya, tingkat efektivitas pakan dan produktivitas ayam pun menurun.

Akar Masalah Bau Kandang
Penyebab utama munculnya bau pada kandang tidak lain adalah amonia dalam kotoran atau feses yang dihasilkan ayam. Amonia adalah salah satu sumber utama bau pada kandang. Gas ini berbau menyengat dan merupakan senyawa tidak berwarna yang dapat larut dalam air.

Feses ayam tidak menghasilkan gas amonia secara langsung. Gas ini terbentuk melalui penguraian unsur asam urat pada feses ayam oleh mikroba yang seringnya terjadi di litter atau alas kandang atau tanah. Kelebihan protein atau unsur nitrogen berasal dari pakan yang diekskresikan ayam dalam bentuk zat asam urat di dalam feses.

Secara alami, feses ayam akan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2022.

Ditulis oleh: 
Muhammad Faris Ridwan &
Rochim Armando
Koresponden Infovet Tulungagung, Jawa Timur

Mengelola Kotoran Ayam Layer

Gambar 1: Kotoran ayam jika dikelola dengan baik dan benar akan menjadi penghasilan tambahan yang cukup menggiurkan. (Foto: Dok. Infovet)

Sumber utama pendapatan peternak ayam petelur (layer) adalah produksi telur konsumsi. Namun dalam proses produksi, yakni pemeliharaan layer faktanya ada beberapa komponen lain yang bisa menghasilkan pemasukan bagi peternak, walaupun hanya masuk sebagai pendapatan tambahan saja.

Komponen-komponen yang dapat menjadi pemasukkan tambahan, terdiri dari faktor-faktor yang langsung terkait dengan produksi maupun non-produksi.

Komponen terkait aspek produksi seperti penjualan ayam afkir, penjualan telur afkir (retak, pecah) hingga kotoran ayamnya. Komponen lain dari hasil penyusutan alat dan kandang ternak pun masih bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan uang, setidaknya berasal dari hasil penjualan barang rongsok, peralatan maupun komponen kandang yang sudah habis usia teknisnya.

Nah, pada kasus pengelolaan kotoran ayam layer, selain untuk aspek kesehatan ternak dan lingkungan, tatakelola limbah ternak ayam petelur juga bisa menjadi pendapatan tambahan, namun apabila tidak tepat dalam pengelolaannya bisa menjadi masalah.

Pembuangan sisa metabolisme ayam berupa kotoran ini bila kondisinya kering, akan laku dijual sekitar Rp 8.000 per karung sampai di atas truk dan jika feses ayam dikelola dengan baik maka tidak menjadi media pengembangbiakan lalat dan serangga lain yang merugikan.

Walhasil, dari tinjauan ekonomi limbah ternak ternyata bisa menyehatkan ternak dan peternaknya. Akan tetapi dapat menjadi masalah bagi keduanya bila kondisinya basah atau becek. Tinja ayam petelur yang basah itu menjadi media yang baik untuk perkembangan lalat dan serangga lain, serta menimbulkan bau tidak sedap dan tidak laku pula jika dijual.

Agar Kotoran Tetap Kering
Bagaimanakah cara peternak agar limbah metabolit ini tetap menyehatkan bagi kehidupan ayam dan lingkungan? Beberapa hal dapat peternak lakukan dengan tindakan diantaranya sebagai berikut:

1. Pakan: Berikan pakan kepada ayam yang tidak menyebabkan wet dropping (kotoran basah). Kalau terjadi wet dropping karena pakan, harus segera mengganti pakannya. Wet dropping, apapun alasannya adalah kondisi yang tidak sehat.
2. Air Minum: Saat membersihkan air minum di talang, operator kandang harus berhati-hati agar air tidak tumpah membasahi kotoran. Bila pemberian air minumnya menggunakan nipple drinker, maka gunakanlah PVC 2,5 inchi yang dibelah menjadi dua bagian di bawah nipple, agar tetesan atau cipratan air masih tertampung di talang.
3. Drainase kandang: Buatkan parit di sekeliling kandang, tepat di titik jatuhnya air hujan sedalam minimum 50 cm, agar tidak terjadi rembesan (kapilarisasi) air ke tanah di bawah kandang yang bisa menyebabkan lingkungan kandang menjadi lembab.

Bila perlu, pasangkan tirai paranet untuk menahan tampias air hujan ke area kandang. Cipratan dan genangan air hujan, serta drainase yang kurang lancar akan sangat berpengaruh terhadap tingginya tingkat kelembaban di lingkungan peternakan bahkan dapat memengaruhi kualitas kotoran menjadi tidak kering.

Tata Kelola Kotoran
Guna menghasilkan kotoran yang baik, yakni kering dan relatif tidak berbau menyengat, perlu beberapa langkah tahapan dalam budidaya ayam, seperti:
1. Saat pullet masuk ke kandang produksi, kisaran umurnya harus tepat, yaitu antara 13-16 minggu. Kotoran pullet yang sudah dalam kondisi kering, biarkan selama 4-6 minggu. Kemudian ditaburi sekam setebal 8-10 cm secara merata. Lama-kelamaan sekam akan tertutup kotoran baru sampai sekam tidak terlihat.
2. Selanjutnya biarkan selama 4-6 minggu kemudian, lalu ditaburi sekam lagi setebal 10 cm. Lama-kelamaan sekam akan tertutup kotoran lagi.
3. Kotoran ayam tersebut dibiarkan sampai ayam layer diafkir, baru kemudian kotorannya dipanen. Tidak repot, sekali panen dapat kotoran berlimpah dan bisa dijual dengan nominal yang mencukupi.

Gambar 2: Model tatakelola feses. (Dok. Pribadi)

Sebagai catatan terkait pembahasan pemanfaatan dan pengelolaan limbah kotoran ayam petelur: Pertama, kotoran ayam yang dibiarkan selama seperiode sudah pasti terurai menjadi pupuk kompos oraganik, kualitasnya pun menjadi sangat istimewa. Kedua, dari model tatakelola feses tersebut, hasilnya bisa dilihat (gambar 2). Pullet masuk ke kandang layer minimal pada usia 13 pekan, dan perhatikan saat ayam layer umur afkir untuk kemudian kotoran bisa dipanen. ***

Drh Djarot Winarno,
Praktisi perunggasan tinggal di Jawa Timur

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer