Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Kekerdilan | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

AGAR MASALAH KEKERDILAN TIDAK MELEBAR

Bulu sayap ayam yang mengalami stres. (Foto: Istimewa)

Ada beberapa upaya yang harus lebih diperhatikan agar ayam tidak mengalami kekerdilan dan tumbuh normal. Beberapa diantaranya tentu saja faktor manajemen dan upaya kontrol yang lebih ketat.

Perlu diingat bahwa dampak yang muncul dari kekerdilan dapat menimbulkan kerugian ekonomi sehubungan dengan gangguan pertumbuhan dan pencapaian bobot panen yang rendah, peningkatan konversi ransum, serta peningkatan jumlah ayam afkir.

Hasil penelitian Hidayat (2014), menyebutkan bahwa sindrom kekerdilan dibagi menjadi beberapa kategori:

• Jika terjadi sebanyak 5-10% dari populasi termasuk kategori ringan.
• Jika kejadian mencapai >10-30% dari populasi termasuk kategori buruk.
• Jika kejadian mencapai >30% dari populasi termasuk dalam kategori bencana besar.

Kasus ayam kerdil sendiri di lapangan sering kali terbagi menjadi dua kategori kasus, yaitu jika dalam waktu lima minggu bobot ayam kurang dari 200 gram setiap ekornya, maka dikategorikan sebagai kasus “runting”. Namun jika kekurangan bobotnya antara 200 gram-1 kg, maka dikategorikan sebagai kasus “stunting”.

Perhatikan Manajemen Brooding
Menurut Manajer Operasional PT Sumber Unggas Indonesia, Carlim, yang juga konsultan perunggasan, kebanyakan kejadian di broiler yang terjadi 50%-nya adalah stunting.

“Kalau dulu waktu saya masih pegang broiler itu kalau brooding enggak benar, sehabis diangkat itu brooder pasti langsung kelihatan deh, keciri pokoknya. Makanya saya bilang ‘ritual’ brooding itu sangat sakral, kalau tidak bisa lewati itu dengan baik pasti hancur,” tutur Carlim.

Pasalnya lanjut Carlim, pada masa ini sering... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2022. (CR)

SLOW GROWTH: MASALAH KLASIK NAN PELIK

Ayam yang kerdil dan bobotnya tidak seragam hendaknya dipisahkan atau culling dini. (Foto: Istimewa)

Di zaman now ayam broiler memiliki performa yang sangat pesat dan cepat. Dalam waktu sebulan, broiler dapat dipanen dengan berat dua kilogram bahkan lebih. Namun adakalanya broiler mengalami kekerdilan, jika sudah begini harus berhati-hati.

Secara genetik ayam ras petelur maupun pedaging memang didesain sedemikian rupa agar menghasilkan pertumbuhan dan performa produksi yang cepat. Hal ini tentunya dalam rangka memenuhi kebutuhan protein hewani manusia yang kian hari populasinya makin banyak.

Namun begitu, di lapangan banyak terjadi abnormalitas pertumbuhan dari ayam khususnya broiler meskipun memang banyak faktor yang melatarbelakanginya. Sudah begitu masalah pertumbuhan pada ayam broiler erat kaitannya dengan profit yang didapat. Semakin cepat broiler tumbuh besar, semakin cepat dipanen, maka akan semakin irit konsumsi pakan dan semakin kecil nilai konversi pakannya.

Satu Masalah, Seribu Akar Permasalahan
Kembali ke sumber masalah, terkait kekerdilan ini sangat sering terjadi di lapangan dan masih menjadi musuh klasik yang sering ditemui di lapangan. Dijelaskan oleh Technical Education & Consultation PT Medion, Drh Christina Lilis, bahwa sindroma kekerdilan atau Runting-Stunting Syndrome (RSS) sering terjadi pada ayam kebanyakan broiler.

“Pertumbuhannya melambat, bobot badan yang seharusnya usia sekian gram pada minggu tertentu tidak tercapai. Ini sering terjadi di farm kita, kejadiannya bisa dari minggu awal bahkan dari DOC datang. Penyebabnya juga multi-kausa, walaupun ada beberapa hal yang sifatnya infeksius,” tuturnya.

Infeksius yang dimaksud Lilis adalah keberadaan infeksi terutama dari Reovirus. Menurutnya, Reovirus merupakan salah satu virus yang umumnya diisolasi pada kejadian RSS, namun begitu faktor lain juga dapat mendukung jalannya penyakit.

Gejala klinis yang nampak dari penyakit ini secara umum tentu saja terhambatnya pertumbuhan, lebih spesifik lagi menurutnya ada abnormalitas pada pertumbuhan bulu sayap.

“Namanya helicopter disease kalau Reovirus sudah menyerang, bulu sayap premires (primer) biasanya tumbuh tidak normal, kadang patah, kadang bengkok, seperti baling-baling helikopter, makanya dinamakan penyakit helikopter,” ungkapnya.

Sementara ditambahkan Technical Service PT Japfa Comfeed Indonesia, Imam Mahmudin, kasus kekerdilan yang terjadi di lapangan sering terjadi pada broiler dan sulit dibedakan. Peternak sendiri cenderung menjadikan pakan sebagai salah satu kambing hitam kejadian ini.

“Saya sering dapat complain masalah pakan terkait dengan kasus ini, peternak sensitif sekali dengan ini. Padahal yang terjadi bukan karena pakan saja, banyak masalah lain dibalik itu,” kata Imam. Ia juga menambahkan bahwa sedianya untuk menegakkan diagnosis dari kasus kekerdilan dibutuhkan investigasi mandalam.

Mengurai Benang Kusut
Konsultan perunggasan dan Manager Hubbard Indonesia, Suryo Suryanta, menegaskan bahwa sejatinya kasus kekerdilan ini... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2021. (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer