Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Institut Pertanian Bogor | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

IPB GELAR KULIAH UMUM TROPICAL FEED PRODUCTION

Kuliah Umum Seri I tentang Tropical Feed Production yang diselenggarakan IPB. (Foto: Infovet/Sadarman)

Produksi pakan ternak di daerah tropis menjadi bahasan menarik jika dikaitkan dengan upaya menambah populasi ternak. Penambahan populasi sejalan dengan peningkatan jumlah pakan yang akan dikonsumsi. Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Peternakan (Fapet) IPB, Prof Dr Ir Nahrowi dalam Kuliah Umum Seri I tentang Tropical Feed Production, Selasa (3/8/2021), secara daring yang diselenggarakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB.

Lebih lanjut dipaparkan Nahrowi, Indonesia mempunyai beranekaragam bahan pakan yang bisa dikonsumsi ternak secara langsung maupun melalui preservasi terlebih dahulu.

“Kita punya banyak pilihan bahan pakan lokal, misalnya produk samping perkebunan dan pengolahan produk utama dari kelapa sawit, ada onggok sebagai produk samping dari pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka dan masih banyak lagi,” kata Nahrowi.

Bahan-bahan pakan lokal tersebut bisa diberikan langsung, namun tidak sedikit juga yang perlu diolah dahulu sebelum diberikan pada ternak, misalnya pemberian bungkil inti sawit pada ternak. Menurut Prof Nahrowi, bungkil inti sawit merupakan produk samping dari pengolahan buah kelapa sawit.

“Produk samping ini mengandung protein cukup tinggi, ada mannan di dalamnya yang dapat difungsikan untuk berbagai macam keperluan, namun perlu diingat bungkil inti sawit masih banyak mengandung tempurung, sehingga perlu dilakukan pemisahan, salah satunya melalui proses pengayakan,” jelasnya.

Kandungan mannan dalam bungkil inti sawit disebut Nahrowi dapat berperan sebagai anti-nutrisi, sehingga pemberiannya untuk unggas perlu dikaji lebih jauh. Dijelaskan, mannan pada dasarnya dikelompokan dalam anti-nutrisi, namun fungsi mannan juga perlu dikaji dengan baik.

“Mannan itu masuk dalam kelompok polisakarida dan sering disebut polisakarida mannan, zat aktif ini dapat meningkatkan respon kekebalan dan mampu menghambat kolonisasi bakteri yang merugikan ternak, sehingga mannan akan menjadi non-nutrien yang diperhitungkan di masa mendatang,” ucap dia.

Pada kesempatan yang sama, Dr Rahmat Hidayat dari Fapet Unpad, memaparkan produksi pakan lokal untuk ruminansia yang utamanya adalah rumput atau hijauan, sehingga produksinya perlu ditingkatkan. Peningkatan produksi hijauan pakan harus dibarengi penambahan lahan, sebab permasalahannya banyak alih fungsi lahan yang dijadikan perumahan atau perkebunan.

Untuk mengatasi hal itu, eksplorasi sumber bahan pakan baru adalah solusinya. “Banyak sumber bahan pakan baru yang bisa diberikan pada sapi, baik dari produk samping kelapa sawit dan pabrikannya, maupun dari produk samping industri lainnya. Intinya bisa dikonsumsi ternak dan tidak menimbulkan keracunan,” kata Rahmat.

Oleh karena bahan pakan ternak di daerah tropis sangat beragam, semuanya dapat diberikan pada ternak, namun perlu dipreservasi terlebih dahulu karena ada beberapa yang memiliki kandungan anti-nutrisi ataupun bentuk dari bahan pakan lokal itu sendiri. Preservasi dan pengayaan diperlukan, terutama untuk meningkatkan kecernaan bahan pakan tersebut, juga untuk meningkatkan utilitasnya. (Sadarman)

PENERAPAN SISTEM PELACAKAN PADA INDUSTRI SAPI PEDAGING

Tri Nugrahwanto dalam Training Online bertajuk “Ketertelusuran (Traceability) pada Rantai Pasok Sapi Potong Berbasis Teknologi Informasi”. (Foto: Istimewa)

Di Indonesia, rantai pasok dan teknologi untuk melacak sapi pedaging impor Australia mengalami perkembangan, terutama di sektor usaha penggemukan (feedlot), pasca terjadinya penghentian ekspor sapi hidup Australia ke Indonesia pada 2011 silam.

Rantai pasok (supply chain) dibentuk sebagai suatu jaringan untuk mempermudah melakukan sistem pelacakan sapi-sapi yang diimpor dari Australia. Pelacakan tersebut dilakukan oleh feedlot dengan penerapan standar kesejahteraan hewan (animal welfare) sejak un-loading sapi di pelabuhan sampai sapi dipotong di rumah pemotongan hewan ruminansia (RPH-R).

Hal itu seperti disampaikan Supply Chain Manager PT Tanjung Unggul Mandiri, Tri Nugrahwanto, dalam Training Online bertajuk “Ketertelusuran (Traceability) pada Rantai Pasok Sapi Potong Berbasis Teknologi Informasi” yang dilaksanakan pada Sabtu (19/9/2020).

Acara yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut menghadirkan pula narasumber penting lain yakni Guru Besar pada Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Prof Dr Kudang Boro Seminar.

Dalam paparannya, Tri mengatakan keterlacakan sapi pedaging akan mudah dilakukan melalui sistem pencatatan (recording) ternak digital. Jika melihat bagaimana Australia mengelola sapi-sapinya, sistem pelacakan ternak di Australia sudah terstandarisasi secara baku dan wajib dilaksanakan oleh semua peternak. Sedangkan di Indonesia masih ala kadarnya karena tidak ada sistem pencatatan (recording) digital ternak yang baku dan valid. 

“Sistem recording ternak sapi digital secara nasional dapat untuk mengetahui tingkat ketersediaan dan ketahananan pangan, serta mengangkat potensi ekonomi peternak,” kata Tri.

Ia menambahkan, salah satu unsur recording sapi pada perusahaan feedlot adalah identifikasi individual sapi yang digunakan dalam bentuk ear tags (tag manual) dan RFID (elektronik tag). (IN)

REMBUK ONLINE SOAL JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN SOLUSINYA

Jagung untuk pakan ternak. (Foto: Infovet/Ridwan)

Sebanyak 250 orang peserta dari berbagai kalangan sebidang ilmu menghadiri rembuk online terkait Permasalahan Jagung untuk Pakan Ternak dan Strategi Solusinya. Acara yang digelar melalui daring ini diselenggarakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Rabu (22/7/2020).

Rembuk kali ini menghadirkan pembicara Direktur Pakan Makmun Junaiddin, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pakan Departemen INTP IPB Prof Dr Ir Nahrowi dan dimoderatori Ketua Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan Dr Anuraga Jayanegara.

Ketua Departemen INTP, Dr Sri Suharti, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas keikutsertaan peserta. “Ini rembuk online yang keempat ini membahas jagung sebagai pakan ternak, dibahas tentan gstrategi dan solusinya atas permasalahan yang terus ada dari waktu ke waktu,” kata Sri.

Permasalahan jagung sebagai bahan pakan ternak terbilang klasik namun terus mengusik para peternak. Hal mendasar terkait ketersediaannya yang kerap langka atau sulit didapatkan di pasaran hingga berdampak pada melonjaknya harga pakan di tingkat peternak.

Berdasarkan kondisi tersebut perlu diskusi bersama dengan pengambil kebijakan, pebisnis dan akademisi terkait strategi dan solusi ke depannya dalam pemanfaatan jagung sebagai pakan ternak.

“Sampai saat ini jagung untuk bahan pakan ternak masih menjadi komponen terbesar yang dibutuhkan pabrik pakan skala besar, peternak ayam mandiri (self-mixing) dan pabrik pakan skala menengah hingga kecil,” kata Makmun Junaiddin.

Ia menyebut peningkatan permintaan jagung nasional sejalan dengan peningkatan populasi unggas, bahkan pemanfaatannya juga untuk ternak besar dan kecil. Diperlukan strategi untuk mengurangi importasi jagung, baik sebagai pangan maupun pakan ternak.

Terkait strategi dan solusi jagung sebagai pakan ternak, ditambahkan Prof Dr Ir Nahrowi, mengajukan dua alternatif bahan pakan pengganti jagung yang merupakan produk sampingan dari industri pabrik kelapa sawit, yakni bungkil inti sawit dan turunannya, serta produk samping industri pengolahan ubi kayu.

“Dua-duanya berpotensi sebagai pengganti jagung jika sudah diolah sedemikian rupa, meminimalkan faktor pembatasnya serta direkayasa sedemikian rupa, baik dengan menggunakan enzim atau produk lainnya yang aman bagi ternak,” kata Nahrowi yang juga Ketua Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI).

Dia mengungkapkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika ditekuni dengan baik. Hal ini telah dibuktikan dengan mengaplikasikan kedua jenis bahan pakan tadi pada broiler dan layer, keduanya sama-sama memberikan hasil terbaik dalam skala penelitian.

Kendati demikian, disambung Desianto Budi Utomo, bahwa tetap akan terjadi kenaikan terhadap kebutuhan jagung nasional, baik untuk pangan maupun pakan ternak.

“Kita memprediksikan misalnya produksi pakan pada 2017 sebesar 18,5 juta ton, maka jagung yang dibutuhkan hanya untuk pakan ternak saja sekira 9,25 juta ton, sedangkan kebutuhan jagung peternak self-mixing masih sekitar 3,60 juta (rata-rata 300 ribu ton/bulan). Sehingga dapat dikatakan bahwa kita masih membutuhkan jagung sebagai bahan pakan ternak sepanjang 2017 sekira 12,9juta ton dengan rata-rata sekitar 1,10 juta ton/bulan,” kata Desianto.

Ia juga menyebut pertahunnya terus terjadi kenaikan kebutuhan jagung nasional karena selain untuk pakan ternak, di beberapa daerah juga masih memanfaatkan jagung sebagai pangan pokok pengganti beras.

Untuk itu solusi yang dapat diambil dan dikaji lebih lanjut adalah mencari alternatif pengganti yang kandungan protein dan energinya sama dengan jagung, harga murah dan aman bagi ternak. Kemudian pemanfaatan lahan untuk jagung varietas unggul dan tahan terhadap hama penyakit. (Sadarman)

REKTOR IPB: PROGRAM PMS KUNCI KEMAJUAN PERTANIAN INDONESIA

Rektor IPB saat memberikan cinderamata kepada Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo pada acara diskusi soal pertanian di IPB. (Foto: Humas kementan)

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria, mendukung penuh penerapan program Pertanian Masuk Sekolah (PMS) Kementerian Pertanian (Kementan) sebagai jalan keluar atas minimnya minat generasi muda terhadap dunia pertanian. Program PMS, kata Arif, bisa menjadi kunci majunya pertanian Indonesia yang berjalan secara mandiri dan modern.

“Memang seharusnya program PMS Kementan itu ada dimana-mana karena kalau bicara pertanian tidak boleh berada di menara gading yang terlalu asik dengan teori dan diskusi. Akan tetapi, anak-anak kita juga harus belajar konsep, teori dan definisi praktek di lapangan,” ujar Arif dalam Fokus Grup Diskusi yang diselenggarakan Aliansi Kebangsaan di Auditorium Andi Hakim IPB Dramaga, Bogor, Selasa (25/2/2020).

Ia menambahkan, para petani muda ke depan harus mampu membaca perubahan cuaca dan menyelesaikan tantangan hama. Petani muda wajib mengerti penanganan dampak bencana alam dan memulihkan kembali area lahan pertanian secara utuh.

“Yang akan kita hadapi ke depan adalah masalah perubahan cuaca dan juga tantangan hama, serta penanganan bencana alam. Jadi, masalah tersebut harus kita pelajari bersama, sehingga begitu mereka lulus sarjana, mereka tahu apa-apa saja yang harus dilakukan,” ucap dia.

Arif menilai, program PMS mampu menurunkan angka pengangguran karena terus mencetak generasi muda sebagai entrepreneur unggul yang menguasai bidang pertanian. “Data yang ada sekarang ini minat anak pada dunia bisnis mencapai 69%. Nah nanti kita arahkan ke usaha bidang pangan. Apalagi pertanian itu adalah sesuatu yang abadi, sesuatu yang semua orang pasti butuh makan,” ungka dia.

Di samping itu, Rektor IPB ini mengaku tertarik dengan kelembagaan Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani) dan pusat data Agriculture War Room (AWR) yang dibangun Kementan secara singkat. Dari aspek intelektual, kedua terobosan ini patut diapresiasi karena erat kaitannya dengan dunia teknologi yang sedang dikembangkan kampus IPB.

Sementara Ketua Umum Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo, mendukung penuh upaya Kementan dalam menerapkan teknologi dan mekanisasi pertanian Indonesia. Teknologi, kata dia, menjadi sangat penting karena faktor diterminan bagi kemajuan peradaban sebuah bangsa agar mampu bersaing di tingkat global.

“Teknologi menjadi faktor yang memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup suatu bangsa. Dalam hal ini pemanfaatan teknologi di bidang pangan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kita dan juga dunia,” katanya. (Rilis Kementan/INF)

RAHASIA MENYIMPAN DAGING AGAR AWET DAN SEGAR

Menyimpan daging di freezer dengan cara yang tepat akan mempertahankan kualitas daging dengan baik. (Sumber: Istimewa)

Perayaan hari raya Idul Adha sebentar lagi tiba. Bagi umat Islam, hari raya ini bukan sekadar perayaan biasa. Ada momentum sakral yang ditunggu banyak orang, khususnya bagi mereka kaum yang tidak mampu. Di hari yang dikenal dengan sebutan Idul Kurban ini, prosesi pemotongan hewan kurban berupa sapi, kerbau, onta, kambing atau domba dilakukan hampir di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Baik pekurban maupun penerima daging kurban sama-sama bisa menikmati daging di hari raya ini. Pesta bakar sate atau olahan lain daging pun lazim dilakukan pada malam harinya, setelah seharian melakukan pemotongan dan pembagian daging kurban. Aroma kepulan asap bakaran sate menyeruak hampir di setiap teras rumah warga. Kondisi semacam ini sudah dimaklumi semua orang.

Pesta setahun sekali ini memang sering dinantikan. Namun tak sedikit pula yang enggan langsung mengolah daging kurban pada hari itu juga. Mereka lebih memilih menyimpan daging kurban terlebih dahulu, untuk diolah pada hari berikutnya. Menyimpan daging kurban tidak terlalu sulit, namun tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Kalau tak tahu cara menyimpan yang tepat, daging bisa tak sedap lagi saat akan dimasak. 

Oleh karena itu, jika disimpan di dalam kulkas, Anda harus tahu cara menyimpan yang benar. Hal ini dilakukan agar dapat menjaga kualitas sembari meningkatkan masa simpan daging. “Menyimpan di dalam lemari es, merupakan salah satu cara menyimpan yang baik untuk daging. Semua daging hewan yang sudah dipotong, dagingnya harus dipertahankan dengan rantai dingin, di bawah empat derajat celcius,” kata ahli gizi dari Universitas Gadjahmada (UGM), Dr Ir Edi Suryanto, kepada Infovet.

Jangan Asal Simpan
Ada empat cara yang disarankan untuk menyimpan daging di kulkas agar tetap sehat dan awet, diantaranya:
1. Lakukan pengecekan kondisi kulkas atau freezer. Sebelum meletakkan daging kurban, penting untuk melakukan pengcekan kondisi kulkas atau freezer dengan memperhatikan kondisi kebersihan tempat penyimpanan. Pengecekan dilakukan dengan melihat kondisi rak kulkas atau freezer secara fisik, baik pada tempat yang terlihat atau di sela rak. Jika perlu, bersihkan dengan cairan pembersih terlebih dahulu sebelum menyimpan daging. Hal ini penting agar bakteri yang mungkin ada pada rak kulkas dan freezer tidak mengontaminasi daging. Selain itu, suhu kulkas dan freezer juga perlu diperhatikan. Suhu memiliki peran penting untuk menjaga kualitas dan keamanan daging selama disimpan. Pastikan suhu freezer berada di bawah 10°C dan kulkas di bawah 4°C. Suhu penyimpanan yang tidak tepat akan membuat daging mudah rusak saat disimpan.

2. Siapkan wadah sebelum daging disimpan. Salah satu langkah yang dilakukan adalah mempersiapkan wadah yang harus bersih dan kedap udara atau tertutup. Hal ini penting agar daging tetap bersih dan cairan dari daging mentah tidak mengontaminasi bahan makanan lain saat penyimpanan. Selain wadah, memotong daging sebaiknya dilakukan saat masih segar.Lebih baik lagi jika daging dipotong-potong dan membaginya dalam wadah-wadah untuk ukuran satu saji atau satu kali masak, sehingga daging yang diambil adalah daging yang diperlukan saja dan daging lainnnya bisa tetap terjaga kualitasnya. Selain itu, jangan cuci daging sebelum disimpan. Kebanyakan orang menganggap mencuci daging akan membuatnya bersih. Faktanya, Anda tak perlu mencuci daging saat akan disimpan di kulkas. Selain tidak dianjurkan mencuci daging, hal ini justru membuat kadar air dalam daging meningkat dan menyebabkan paparan dengan mikroba yang lebih besar.

3. Perlunya mencatat tanggal atau memberi label. Setelah menyimpan daging di kulkas, cara menyimpan daging di kulkas yang penting dilakukan adalah memberi label atau tanggal penyimpanan daging. Hal ini bertujuan agar kita bisa mengontrol dengan tepat mulai kapan waktu penyimpanan daging dan apa jenis daging yang disimpan. Mencatat waktu penyimpanan juga akan memudahkan mengontrol masa simpan. Pada suhu standar kulkas, daging merah seperti daging sapi, kambing, domba, bisa disimpan 4-5 hari.Pada suhu freezer, daging merah bisa disimpan hingga 4-12 bulan.

4. Menjaga kualitas daging saat akan digunakan. Cara menyimpan daging di kulkas yang terakhir adalah memerhatikan kapan akan digunakan daging tersebut. Jika akan digunakannya dalam 1-2 hari, maka menyimpan daging, sesuai porsi yang dibutuhkan, dalam kulkas bisa jadi pilihan yang tepat.

Perlakuan Sebelum Dimasak
Jika ingin menggunakan daging yang telah disimpan dalam freezer, maka lakukan persiapan dengan mencairkan daging tersebut dalam kulkas selama setengah sehari. Hal ini penting agar daging beku yang tetap terjaga kualitasnya ketika dicairkan. Jangan mencairkan daging beku di suhu ruang karena rentan terkontaminasi bakteri. Selain itu, jangan pula membekukan kembali daging yang telah dicairkan sebelumnya.

Menurut ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Ali Khomsan, harus ada perlakuan beda dalam mengolah daging beku, sebelum sampai ke meja makan. Ali Khomsan menyarankan, proses pencairan daging beku dapat dilakukan dengan beberapa cara. Yakni bisa disimpan di ruang suhu kamar, maka daging beku akan kembali menjadi daging segar untuk siap diolah. Kemudian ada juga pencairan daging beku dengan cara direndam dalam air biasa, sehingga lama-kelamaan bekuan-bekuan esnya akan meleleh. 

Selama ini, masih ada masyarakat yang melakukan pencairan daging beku langsung dengan merendam atau menyiramkan air panas. Memang, cara ini mempercepat waktu melelehkan bekuan es pada daging. Namun, cara ini sangat tidak disarankan. 

“Sebaiknya pencairan daging beku tidak dengan merendam pada air panas, karena performa dan tekstur dagingnya menjadi beda. Pencairan yang baik secara bertahap, melalui rendaman air biasa atau di ruang suhu kamar,” ujarnya. 

Jika pencairan dilakukan dengan cara memanaskan daging beku, maka akan merusak performa dan tekstur daging. Selain itu, kandungan gizi pada daging akan mengalami  penurunan drastis. (Abdul Kholis)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer