Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Infectious Bronchitis | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

TIPS MENGENDALIKAN IB QX DI LAPANGAN ALA VAKSINDO

Teguh Prajitno Memaparkan Materi 
(Foto : CR)

Penyakit Infectious Bronchitis bisa dibilang masih menjadi momok bagi sektor perunggasan di Indonesia. Penyakit yang  disebabkan oleh avian coronavirus tersebut memiliki tropisme yang luas, tidak hanya menyerang saluran pernafasan IB juga dapat menyerang saluran urogenital. Dampaknya selain menyebabkan kematian, peternak juga dirugikan karena kualitas telur memburuk dan menurunnya fertilitas ayam. Hal tersebut disampaikan oleh Dr Teguh Prajitno President Director SBU ANIMAL Health And Livestock Equipment PT Japfa Comfeed dalam sebuah seminar pada event ILDEX 2023 di ICE BSD, (20/9/2023). 

Terlebih lagi lanjut Teguh virus IB memiliki serotipe yang cukup banyak, diantaranya yakni Massachusetts klasik dan sejumlah varian seperti 793B, QX, D274 dan Arkansas. Selain itu, virus IB cenderung lebih mudah bermutasi yang membuatnya sulit untuk dikendalikan.

"Karena mudahnya mereka bermutasi menyebabkan komponen penyusun virus jadi berubah - ubah. Selain itu dalam pengendaliannya banyak produk vaksin dari IB tidak sepenuhnya efektif mengatasi infeksi IB. Kekebalan silang pun kadang tidak begitu efektif sehingga dokter hewan di farm harus banyak memutar otak untuk menghadapinya," tutur Teguh.

Sebenarnya menurut Teguh, untuk mengendalikan dan membunuh virus di lingkungan sangat mudah. Virus IB mudah hancur oleh panas dan desinfektan biasa. Pada ayam muda, penambahan suhu brooder sangat membantu dan mengoptimalkan kondisi lingkungan. Namun begitu, ketika infeksi terjadi pada ayam, untuk melakukan eradikasi sangatlah sulit, oleh karena sebisa mungkin virus ini harus benar - benar dicegah agar tidak menginfeksi ayam.

Teguh menegaskan bahwa cara pencegahan terbaik dari peternak yang bisa dilakukan adalah menerapkan biosekuriti yang ketat dan kontinu dalam manajemen beternak. Selain biosekuriti yang baik, upaya vaksinasi harus dilakukan agar dapat betul - betul memastikan bahwa ayam berada dalam kondisi sehat. 

"Kami menyarankan agar peternak senantiasa memilih vaksin terbaik untuk mencegah IB, apalagi varian QX yang paling banyak tersebar di nusantara. Saat ini kami sudah mengembangkan produk vaksin yang dapat memberikan perlindungan menyeluruh pada semua varian IB, aman bagi ayam, juga lingkungan," tutup Teguh. (CR)


PT BOEHRINGER INGELHEIM INDONESIA GELAR SEMINAR IB PROTECTION

Hybrid seminar PT Boehringer Ingelheim Indonesia, Selasa (14/3/2023). (Foto: Dok. Infovet)

Bertempat di Swissotel PIK Jakarta, Selasa (14/3/2023), PT Boehringer Ingelheim Indonesia menggelar seminar launching produknya secara luring dan daring “Maximazing Poultry Performance with The Right Choice of IB Protection.”

Seminar yang dimulai pukul 09:00 WIB diawali dengan sambutan dari Animal Health Director PT Boehringer Ingelheim Indonesia, Peter O. Martinez. Dilanjutkan dengan presentasi dari narasumber Poultry Consultant, Prof Dr Drh Michael Haryadi Wibowo MP dan Senior Technical Service Manager BIAH GSM Poultry, Dr Andrea Delvecchio.

Dalam pemaparannya, Prof Micheal berfokus pada virus Infectious Bronchitis (IB) yang kerap menyerang ternak broiler, dimana untuk menangani penyakit tersebut, peternak harus bisa mengenali terlebih dahulu karakter dari penyakit IB. “Seperti kalau mau perang kita harus kenali dulu musuh kita. Virus IB memiliki banyak varian di dunia ini dan beberapa menjadi concern di lapangan,” katanya.

Lebih lanjut disampaikan, serangan virus IB sangat luar biasa merugikan, dimana virus bisa menyerang semua organ, mulai dari pernapasan, intestinal, kerusakan pada otot bahkan sampai pada perusakan sistem imun. “Banyak terjadi di lapangan kasus IB diikuti oleh penyakit lain, misalnya mikoplasma atau penyakit lainnya,” ujar Prof Michael.

Sementara Dr Andrea mengemukakan solusi yang bisa dilakukan dalam menangani kasus IB di lapangan. Salah satunya melalui dua produk vaksin yang dimiliki PT Boehringer Ingelheim yang sekaligus juga dilakukan launching pada acara tersebut.

Ia mengatakan, penggunaan dua produk vaksin dari pihaknya diklaim mampu memberikan proteksi terhadap virus IB varian QX, Q1 dan varian 2 melalui trial yang sudah dilakukan.

Selain produk, PT Boehringer Ingelheim juga memberikan servis melalui peralatan vaksinasi yang disampaikan oleh Technical Service PT Boehringer Ingelheim Indonesia, Hari Wahjudi. “VTS/Vaccination, Technologies and Services. Kita memiliki peralatan vaksinasi yang merupakan servis dari kami. Jadi vaksin dari kami kita juga servis vaksinnya sampai ke dalam tubuh ayam. Ini bentuk servis kita untuk memudahkan bapak/ibu dalam melakukan vaksinasi,” kata Hari. (RBS)

INFECTIOUS BRONCHITIS, PENYAKIT PERNAPASAN YANG MEMENGARUHI KUALITAS PRODUKSI


Infectious Bronchitis (IB) adalah penyakit yang cukup diwaspadai peternak ayam komersil di Indonesia. Vaksinasi IB bahkan masuk dalam list vaksin yang harus diberikan pada ayam komersil, terutama ayam layer. Penyakit ini termasuk penyakit pernapasan akut sangat menular pada ayam dan disebabkan oleh virus Coronavirus dari Family Coronaviridae.

Apa yang menyebabkan penyakit ini tidak boleh dibiarkan menjangkit di peternakan?
1. Penyebaran yang cukup cepat. Ayam dapat terinfeksi penyakit IB secara langsung melalui droplet pernapasan dari ayam sakit saat batuk atau bersin, serta virus yang diekskresikan melaui feses (shedding). Shedding virus ini dapat terjadi selama beberapa minggu oleh ayam yang terinfeksi IB. Sementara itu penularan tidak langsung dapat terjadi melalui peralatan, makanan, atau minuman yang tercemar droplet pernapasan maupun feses. Masa inkubasi penyakit ini relatif pendek hanya 18-36 jam dan telur yang terkontaminasi feses mengandung virus IB dapat menjadi sumber penularan.

2. Gejala klinis cukup extent. Saat menginfeksi tubuh, virus IB akan bereplikasi dalam saluran pernapasan atas kemudian menjangkiti organ predileksinya. Organ predileksi dari virus IB ini adalah paru-paru, trakea, ovarium, oviduk, ginjal dan seka tonsil. Gejala umum ditemukan akibat infeksi virus ini adalah gejala pernapasan (batuk, bersin, ngorok dan adanya sekresi hidung). Walaupun demikian gejala pernapasan lebih terlihat pada ayam muda yang menyebabkan leleran berair dari mata dan nostril, serta kesulitan bernapas. Suara napas abnormal lebih menonjol terdengar di malam hari, bahkan dapat terjadi kematian. Pada ayam dewasa, terutama ayam layer, penurunan kuantitas dan kualitas telur lebih menonjol. Jumlah produksi telur turun dapat mencapai 5-10% (persentase dapat meningkat jika muncul bersama penyakit lain), sementara kualitas telur turun akibat kalsifikasi telur yang tidak merata dan albumin encer. Selain itu gejala IB yang saat ini sering ditemukan adalah distensi abdomen akibat sistik oviduk yang berisi cairan, sehingga ayam memiliki postur mirip penguin.

3. Potensi mutasi tinggi. IB merupakan jenis virus ss-RNA yang tidak memiliki mekanisme proof reading sehingga berpotensi tinggi mengalami mutasi. Oleh karena itu, virus ini memiliki variasi yang tinggi dari segi serotipe dan juga genotipe-nya. Perbedaan antar serotipe ini dapat mencapai 20-25%. Adanya shedding virus di lapangan oleh ayam sakit tanpa penanganan biosekuriti yang baik memiliki potensi mutasi walaupun tidak secapat pada kasus Avian Influenza. Hal ini seringkali memengaruhi dalam pemilihan vaksin yang memiliki tingkat proteksi tinggi untuk semua jenis variasi yang ada di lapangan. Oleh karena itu, virus IB di lapangan lebih baik dipetakan berdasarkan sifat protectotipe atau immunotipe-nya, yaitu tipe kemampuannya dalam menginduksi imunitas yang protektif.

4. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan. Utamanya adalah dari adanya penurunan kualitas dan kuantitas produksi telur dan biaya pengobatan yang harus dikeluarkan. Selain itu, kematian dan gangguan pertumbuhan dapat terjadi jika IB menjangkiti ayam muda. Kematian pada kasus IB yang parah pada ayam muda dapat mencapai 25-30%. Hal ini tentu memengaruhi performa peternakan.

Bagaimana bisa mencegah IB di lapangan? Tentunya peternak harus memahami… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2021.

Ditulis oleh:
Drh Aprilia Kusumastuti MSi
Marketing Support PT Sanbio Laboratories

CENGKRAMAN CORONA

Ilustrasi. (Istimewa)

Dunia sedang digemparkan dengan keunculan virus Corona baru (COVID-19) yang membuat seluruh dunia kalang-kabut dan berdampak pada penurunan neraca ekonomi yang kian hari kian mencemaskan. Bagi insan perunggasan, virus Corona bukanlah hal yang asing lagi karena setiap hari virus ini akan selalu menghantui peternak broiler, layer dan breeder. Infectious Bronchitis (IB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus ini, tetapi virus Corona yang dimaksud adalah gammacoronavirus yang khusus menginfeksi keluarga avian.

Sampai saat ini, IB masih merupakan salah satu jenis penyakit yang sangat penting secara ekonomi bagi dunia perunggasan. Infectious Bronchitis Virus (IBV) pada breeder dan layer dapat menyebabkan penurunan pada kuantitas dan kualitas telur dan tentu saja meningkatkan mortalitas. Khusus pada breeder, penyakit ini akan menyebabkan penurunan fertilitas, baik jantan dan betina yang akan berimbas pada penurunan kemampuan penetasan telur (hatchability). Menariknya, pada broiler penyakit ini ibarat ada dan tiada. Seringkali para praktisi lapang tidak mendiagnosis IBV pada ayam. Gejala penyakit ini tersamarkan dengan kejadian penyakit lain seperti CRD, Snot dan Colibacillosis pada derajat penyakit yang serius. Penurunan average daily gain (ADG), peningkatan feed conversion ratio (FCR) dan gejala “cekrek” yang terus-menerus sehingga deplesi harian yang semakin meningkat, gejala klinis yang umum ini karena IB merupakan pintu gerbang bagi penyakit lain karena virus akan menempel pada reseptor saluran pernapasan, sehingga peluang infeksi sekunder akan terbuka luas.

Situasi epidemiologi IB di Asia pertama kali dilaporkan pada tahun 1950-an di Jepang oleh Nakamura et al (1954) dan di Thailand oleh Chindavanig (1962). Promkuntop (2016) melakukan review tentang strain IBV yang penting secara ekonomi yang ditemukan pada peternakan komersial di negara-negara Asia dan diklasifikasikan dalam strain Mass-type, Japanese/Taiwanese, Taiwanese, Middle East, Far East, Chinese, LX4, QX, QX-like varian dan isolat Korean/Chinese.

Sejak 2008-2018, Ceva melakukan riset internal dalam mengelompokkan strain IBV di negara-negara Asia melalui beberapa sampel organ pada peternakan broiler, breeder broiler, komersial layer dan ayam kampung yang mengalami gangguan pernapasan. Negara-negara tersebut antara lain Banglades, China, Indonesia, India, Malaysia, Filipina, Sri Langka dan Vietnam. Sampel organ tersebut dikirim ke Ceva Scientific Support and Investigation Unit Laboratory (Ceva SSIU Lab) di Budapest, Hongaria. Dari hasil tersebut diketahui bahwa… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2020).

Oleh: Drh Muhammad Abdillah
Veterinary Service PT Ceva Animal Health

KIAT MENANGKAL PENYEBAB PENYAKIT VIRAL

Penyemprotan desinfektan di areal kandang ternak. (Sumber: Google)

Salah satu tantangan yang kerap dihadapi dalam usaha peternakan unggas adalah serangan penyakit yang dapat muncul sewaktu-waktu. Oleh karena itu, mengenali setiap penyakit dan melakukan upaya penangkalan serta penanganan secara tepat merupakan bekal penting bagi suksesnya suatu usaha peternakan.

Peternak mungkin sudah akrab dengan beragam gejala seperti ngorok, pilek, diare, penurunan produksi, penurunan nafsu makan, ayam lemah, gangguan pertumbuhan dan lain-lain yang sering ditemui di peternakan. Gejala tersebut muncul sebagai indikator bahwa telah terjadi ketidakseinbangan interaksi antara ayam, kondisi lingkungan dan bibit penyakit.

Ayam pada dasarnya memiliki sistem pertahanan tubuh untuk mengusir dan terhindar dari bibit penyakit. Contoh pertahanan fisik seperti kulit, silia hidung dan selaput lendir, sedangkan pertahanan kimiawi (enzim) dan pertahanan biologi yang terdiri dari antibodi seluler dan humoral. Namun pada kenyataannya, banyak faktor yang bisa menyebabkan berbagai organ pertahanan tubuh tersebut tidak berfungsi optimal dan berpeluang memicu masuknya bibit penyakit.

Biasanya faktor tersebut berhubungan dengan kualitas pakan yang rendah, munculnya stres akibat suhu lingkungan yang tidak nyaman hingga perlakuan saat vaksinasi, pindah kandang atau potong paruh (debeaking) dan lain sebagainya.

Penyakit viral terkini
Virus merupakan parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil Asam Nukleat yang diselubungi bahan pelindung (amplop) yang terdiri dari protein, lipid, glikoprotein atau kombinasi ketiganya. Cara hidup dan reproduksi virus terdiri dari tiga fase, yaitu fase lisis, fase adsorpsi dan fase perakitan, di mana virus dapat hidup dalam sel hidup organisme tertentu (inang).

Tercatat ada banyak penyakit viral yang kerap menyerang unggas, diantaranya Avian Encephalomyelitis (AE), Avian Influenza (AI), Chicken Anemia Virus (CAV), Egg Drop Syndrome (EDS), Fowl Pox, Runting & Stunting Syndrome, Infectious Bronchitis (IB), Infectious Bursal Disease (IBD/Gumburo), Infectious Laryngotracheitis (ILT), Limphois Leukosis, Marek’s Disease, Newcastle Disease (ND/Tetelo) dan Swollen Head Syndrome.

Biosekuriti sebagai Solusi
Untuk menangkal berbagai penyakit ayam, baik yang disebabkan oleh virus, bakteri, endoparasit, ektoparasit maupun jamur, adalah dengan penerapan biosekuriti.

Biosekuriti terdiri dari seluruh prosedur kesehatan dan penangkalan/pencegahan yang dilakukan secara rutin di sebuah peternakan, untuk mencegah masuk dan keluarnya kuman/bibit penyakit yang menyebabkan penyakit unggas. Biosekuriti yang baik akan berkontribusi pada pemeliharaan unggas yang bersih dan sehat, dengan memanfaatkan... (SA)


Selengkapnya baca Majalah infovet Edisi Maret 2019.

Kasus Penyakit Penting di Tahun 2018

Salah satu penyakit CRD kompleks yang diikuti oleh infeksi E. Coli.

Fenomena kejadian penyakit di tahun 2018 relatif meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini dilatarberlakangi juga oleh kondisi challenge penyakit yang tinggi disebabkan bibit penyakit yang semakin berkembang dan kompleks. Penyakit kekinian seperti Inclusion body hepatitis (IBH) mejadi catatan spesial dimana penyakit ini secara valid dan terbukti menyerang pada umumnya ayam broiler dengan diagnosa final melalui histopatologi.

Berdasarkan pengalaman penulis, disini kami akan membagikan beberapa kasus penyakit paling penting dan sering terjadi di tahun 2018 baik yang menimpa ayam broiler maupun layer.

Chronic Respiratory Diseases (CRD)
Mycoplasmosis terutama yang disebabkan oleh Mycoplasma Gallisepticum (MG) merupakan ancaman yang nyata dan sangat berperan dalam gangguan sistem pernapasan ini. Kuman MG yang menempel di silia sel pernafasan akan mengeluarkan endotoksin kemudian melemahkan sistem mukosiliaris. Sumber kontaminasi MG di broiler farm terutama dari burung liar, mobilitas pekerja kandang, kendaraan yang terkontaminasi serta DOC yang terkontaminasi akibat infeksi vertikal dari induknya. Sejatinya Mycoplasma mudah mati dalam lingkungan dengan temperatur tinggi, kadar oksigen yang tinggi, kelembaban yang relatif rendah, dan hampir semua jenis desinfektan mampu membunuhnya. Tetapi kondisi ventilasi kandang yang jelek akan mengakibatkan kelembaban udara dan kadar amonia dalam kandang akan meningkat dan konsekuensinya adalah tekanan oksigen akan menurun. Hal ini yang menyebabkan Mycoplasma yang sudah berada di permukaan sel pernafasan akan berkembang biak dengan cepat dan menggangu sistem mukosiliaris sehingga rentan akan munculnya infeksi sekunder.

Kontrol yang paling tepat untuk meminimalkan munculnya kasus pernafasan yang dipicu oleh MG adalah melalui kedisiplinan pelaksanaan program sanitasi, pemilihan DOC yang minim kontaminasi MG dan didukung dengan pengaturan ventilasi atau tatalaksana kandang yang berhubungan dengan kecukupan oksigen di kandang. Program kontrol di broiler dengan antibiotik khusus untuk MG merupakan pilihan terakhir dan program sebaiknya didasarkan dengan melihat status MG di DOC yang diterima pada saat kedatangan. Untuk memudahkan kontrol, sangat disarankan memilih DOC yang induknya sudah divaksin dengan vaksin MG live.

Infectious Bronchitis
Dari berbagai faktor di atas, ada beberapa faktor pencetus utama yang sering dijumpai dan menyebabkan integritas sistem kekebalan mukosiliaris ini terganggu antara lain kadar amonia dan debu yang berlebih, infeksi kuman Mycoplasma terutama Mycoplasma Gallisepticum, infeksi virus Infectious Bronchitis dan reaksi pasca vaksin pernafasan seperti ND dan IB live.

Inclusion Body Hepatitis (IBH)
IBH menjadi momok yang menakutkan bagi para peternak, hakekat penyakit ini mirip dengan IBD tetapi lebih hebat dampaknya terhadap mortalitas dan perubahan organ kekebalan tubuh. Kematian yang disebabkan oleh IBH bisa terjadi lebih awal di umur 15 hari dan dapat diperparah oleh kondisi ventilasi yang buruk. Manifestasi fase dini IBH biasanya ada pembengkakan ringan organ...


Drh Sumarno
Manager AHS, PT Sierad Produce, TBK


Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi Desember 2018.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer