Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Gunungkidul | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

ANTRAKS DI DIY LANGSUNG DITANGANI CEPAT AGAR TAK MELUAS

Pemberian vaksinasi pada sapi untuk mencegah antraks. (Foto: Istimewa)

Mencuatnya kasus antraks yang menyerang ternak sapi dan kambing di Kabupaten Sleman dan Gunungkidul Provinsi D.I. Yogyakarta (DIY), ditangani secara cepat dengan mengintensifkan disinfeksi, vaksinasi, dan pengawasan lalu lintas ternak.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, mengungkapkan bahwa kasus ini telah menjadi perhatian Menteri Pertanian untuk segera diambil langkah-langkah preventif agar tidak meluas.

“Inilah kepedulian pemerintah terhadap rakyat. Harapannya yaitu wilayah kasus bisa kita isolir. Pemerintah jangan sampai lengah terhadap vaksinasi antraks. Stok vaksin kita lebih dari cukup dan tidak impor. Kita produksi sendiri,” kata Nasrullah saat memberikan sambutan pada kegiatan vaksinasi untuk pencegahan antraks di Balai Desa Gayamharjo, Prambanan, Sleman, Selasa (19/3/2024).

Dalam keterangan resminya, Nasrullah menyoroti pentingnya pemahaman yang lebih baik dari peternak tentang bagaimana menjaga kesehatan ternak dan mencegah agar kasus antraks tidak terulang.

Ia mengimbau jika ternak sakit, segera laporkan kepada petugas, tidak boleh menyembelih di sembarang tempat tanpa izin, serta mengonsumsi  ternak yang sakit apalagi yang telah mati. Hal tersebut dapat membahayakan kesehatan diri sendiri maupun masyarakat.

“Sangat penting bagi peternak untuk memahami bahaya antraks dan langkah-langkah pencegahannya. Edukasi harus rutin diberikan kepada peternak dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat,” ucapnya.

Ia juga menambahkan, perlu diperkuat check point lalu lintas ternak yang ada dan melakukan koordinasi lintas wilayah yang berbatasan. Aparat Kepolisian juga diharapkan menindak oknum yang menjual ternak sakit atau ternak mati yang diduga antraks.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan upaya pendataan kelompok ternak di Kabupaten Sleman dan turut memantau perdagangan ternak secara ketat. Terutama wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah, menjadi fokus utama dalam pemantauan.

“Kami telah melakukan upaya disinfeksi di lingkungan kandang ternak yang positif antraks dan Pemda Sleman terus berupaya memusnahkan daging ternak kena antraks yang telah ditaruh di kulkas-kulkas, kita ambil semua, ini bekerja sama juga dengan TNI dan Polri,” kata Kustini.

Ia juga membeberkan telah dilakukan pengobatan dan pemberian vitamin terhadap 143 ekor sapi dan 224 ekor kambing/domba. Vaksinasi juga terus dilakukan pada zona kuning yaitu di Dusun Nawung, Kalinongko, dan Kalinongko Lor. Semua dilakukan beserta jajaran Pemda Sleman agar penyebaran antraks berhenti.

Pada kesempatan yang sama Direktur Kesehatan Hewan, Nuryani Zainuddin, menjelaskan bahwa antraks yang terjadi di DIY merupakan kasus yang berulang dan ini disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah ketidaktahuan masyarakat terkait bahaya antraks.

“Penyakit antraks sebenarnya adalah penyakit yang mudah ditangani kalau dilakukan vaksinasi secara rutin, yaitu setiap tahun. Selain dengan vaksinasi, pemerintah melalui Balai Besar Veteriner bisa melakukan flooring atau semenisasi untuk daerah yang terkena antraks,” tutur Nuryani.

Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY, Hery Sulistio Hermawan, juga menekankan pentingnya koordinasi antar instansi dalam menangani kasus ini. Menurutnya, seluruh wilayah di DIY harus mengambil langkah tegas dan waspada.

“Berawal dari 2 Februari 2024 terjadi utamanya di Kalinongko Kidul, Gayamharjo, beruntun sampai 7 Maret 2024. Kemudian pada 23 Februari 2024 juga terjadi kasus di Serut. Artinya ada di dua lokasi penyakit antraks. Dua lokasi tersebut saling berdekatan di perbatasan dengan jarak 100-200 meter,” terangnya.

Ia sampaikan telah terjadi kematian dua ekor sapi dan 10 ekor kambing dan saat ini sudah 14 hari sudah tidak ditemukan kasus lagi. Artinya, kematian ternak yang terakhir terkonfirmasi pada 7 Maret 2024.

Update penanganan yaitu telah dilakukan disinfeksi, pengobatan antibiotik, dan vitamin sebanyak 750 ekor terdiri dari 238 sapi dan 519 kambing. Vaksinasi akan dilaksanakan 14 hari setelah ternak diobati. Untuk Klaten yang menjadi daerah terancam, juga telah vaksinasi 242 ekor yaitu terdiri dari 140 sapi, 55 kambing, dan 47 domba,” tukasnya.

Pada acara tersebut, Dirjen PKH Nasrullah juga menyerahkan bantuan Kementerian Pertanian berupa vaksin antraks (2.600 dosis), vitamin (1.500 botol), obat-obatan (600 botol), dan spuit (20.000 set) kepada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY. (INF)

TURUNKAN TIM KE LAPANGAN, KEMENTAN RESPONS CEPAT LAPORAN ANTRAKS DI YOGYAKARTA

Tim saat mengambil sampel di peternakan warga karena adanya laporan kasus antraks. (Foto: Istimewa)

Merespons laporan kasus antraks di Kabupaten Sleman dan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada 8 Maret 2024, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), langsung menurunkan tim ke lapangan.

“Tim kami dari Balai Besar Veteriner Wates telah melakukan investigasi dan pengujian laboratorium dengan hasil positif antraks dari sampel darah sapi dan tanah yang berasal dari Desa Serut, Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul dan sampel tanah dari Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman,” ujar Dirjen PKH, Kementan, Nasrullah, dalam siaran resminya di Jakarta, Selasa (12/3/2024).

Untuk mencegah tambahan kasus, ia sampaikan bahwa Kementan segera mengirimkan bantuan berupa vaksin sebanyak 1.000 dosis, 100 botol antibiotik, dan 1.000 botol vitamin untuk diberikan ke ternak di wilayah terdampak di DIY.

"Bantuan tersebut akan disalurkan untuk penanganan kejadian antraks yang dilaporkan dari Sleman, Gunung Kidul, dan wilayah terancam lainnya," ucapnya.

Sementara terkait adanya kasus antraks, Direktur Kesehatan Hewan, Kementan, Nuryani Zainuddin, menerangkan bahwa penyakit tersebut merupakan salah satu penyakit hewan yang dapat menular ke manusia (zoonosis).

"Saya minta masyarakat tetap waspada dan tidak menjual atau memotong hewan sakit, apalagi mengonsumsinya," imbuhnya. Sebab, adanya kasus pada masyarakat disebabkan karena mereka mengonsumsi ternak yang sakit dan dicurigai antraks.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa timnya bersama dinas setempat telah melakukan dekontaminasi dan disinfeksi pada lingkungan yang tercemar, yaitu lokasi penyembelihan, kandang dan area penguburan ternak, pengobatan antibiotik dan roboransia, serta KIE bersama dengan UPT Puskesmas. Sedangkan vaksinasi akan segera dilakukan setelah pengobatan.

“Tim kami akan terus melakukan penanganan di lapang dan dalam waktu dekat kita akan adakan pertemuan lintas sektor termasuk kesehatan yang dikoordinir oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY,” pungkasnya. (INF)

GUNUNG KIDUL DARURAT ANTRAKS

Petugas DPKH Mengambil Sampel Di Lokasi
(Sumber : CNN Indonesia)

Kasus Antraks muncul di Dusun Jati, Candirejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, 1 orang meninggal dunia dan 87 orang lain positif terinfeksi. Di sini, antraks juga telah menewaskan 6 ekor sapi dan 6 ekor kambing.

Sementara itu, 87 orang yang positif di Dusun Jati dalam kondisi baik. Tidak ada dari mereka yang dirawat di rumah sakit. Kasus antraks di dusun itu terjadi ditengarai karena warga mengonsumsi hewan ternak yang telah mati.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Wibawa Wulandari mengatakan ada beberapa sapi mati yang disembelih dan dikonsumsi. Bahkan ada sapi yang telah dikubur, kemudian digali dan dikonsumsi warga.

"Sapi sakit mati, kemudian suruh kubur melalui SOP sudah kita kuburkan tapi sama masyarakat ada yang 1 (sapi) digali lagi dikonsumsi," kata Wibawa.

Sementara Kabid Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Retno Widyastuti mengatakan total ada 6 sapi dan 6 kambing yang positif antraks mati di dusun itu. Lantaran bangkai sudah tak ditemukan maka yang diperiksa ke laboratorium adalah tanahnya.

"Yang kita periksakan ke lab itu bukan darahnya, bukan dagingnya, tapi tanah yang terkontaminasi darah saat disembelih," ujarnya.

Kematian ternak itu terjadi sejak November 2022. Ditegaskan tidak ada hewan dari dusun tersebut yang disembelih atau keluar dari dusun saat Idul Adha.

Dia menjelaskan lokasi penyembelihan pun disiram formalin sebanyak 3 kali sejak 3 Juni lalu. Hewan ternak yang belum terpapar kemudian disuntik antibiotik. Hewan ternak ini juga tak boleh keluar dari dusun.

"Kita berikan antibiotik sapinya 77 ekor, kambingnya 289, itu internal Jati. Mudah-mudahan terisolir di sana tidak ke lain tempat," katanya.

Gubernur Waspada, Lalu Lintas Ternak Diperketat

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, meminta Pemerintah Daerah (Pemda) di DIY memperketat pos pengawasan lalu lintas perdagangan hewan ternak guna mengurangi penyebaran antraks yang semakin mengkhawatirkan. Sultan HB X menekankan pentingnya pengawasan yang ketat sebagai upaya mencegah penularan dan penyebaran penyakit mematikan ini.

"Kami kan tidak mungkin menutup lalu lintas hewan, mosok lewat ora oleh (masa hanya lewat tidak boleh), meh ngedol barang ora oleh (mau menjual barang tidak boleh) jadi ya tergantung pengawasannya," kata Sultan HB X dikutip dari rilis Humsa Pemda DIY, Kamis (6/7).

Sultan HB X menyadari bahwa lalu lintas hewan ternak di DIY, terutama di Gunungkidul, merupakan aktivitas yang tinggi. Oleh karena itu, beliau berharap daerah-daerah lain juga meningkatkan pengawasan terhadap lalu lintas hewan, sehingga keamanan hewan-hewan yang melewati DIY dapat terjamin.

"Lalu lintasnya tinggi, sekarang tergantung daerah lain juga, bagaimana mengantisipasi antraks itu merupakan sesuatu yang penting," tegasnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Sugeng Purwanto, mengatakan kasus antraks di Gunungkidul kerap terjadi dari tahun ke tahun.

"Ini memang sering ulang tahun antraks ini (berulang, red) kami akan berusaha langkah-langkah persuasif," kata Sugeng di kantornya, Kamis (6/7).

Langkah persuasif yang dimaksud salah satunya mengubah mindset masyarakat untuk tidak mengkonsumsi hewan ternak yang mati. Antraks ini menular dari hewan ke manusia.

Sugeng tak menyalahkan masyarakat karena kemungkinan masyarakat terbatas pengetahuannya. Pada era sekarang sosialisasi bisa dilakukan melalui media elektronik tapi untuk di Gunungkidul hal ini belum tentu efektif. Misal saja, sinyal yang kurang kuat di sana.

"Kadang para peternak kan tidak semuanya melek informasi lewat media elektronik," kata dia.

Langkah Cepat Untuk Mencegah Penyebaran

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyiapkan 25 ribu dosis vaksin antraks untuk hewan ternak, menyusul adanya temuan kasus antraks di Gunung Kidul, DIY. Vaksin itu dialokasikan untuk wilayah yang berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Untuk vaksin, kami sudah siapkan 25 ribu (dosis). Tentunya untuk hewan yang ada di daerah rentan, prioritasnya untuk daerah yang berbatasan dan punya (potensi) berdampak langsung," ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jateng Agus Wariyanto, Kamis (6/7).

Selain vaksin, pihaknya juga akan mengetatkan pemeriksaan hewan yang masuk ke Jawa Tengah. Jawa Tengah memiliki sejumlah pos lalu lintas ternak yang berbatasan dengan DIY, yakni di Bagelen di Purworejo, Salam di Magelang dan Klaten.

"Juga pengetatan pemeriksaan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH), atau asal hewan tersebut. Ini penting untuk menyekat sebaran hewan terutama dari daerah yang diduga menjadi episentrum penyebaran antraks," jelas dia.

Meski dapat menular dari hewan ke manusia, Agus meminta masyarakat tidak panik namun tetap waspada. Ia meminta masyarakat untuk mengubur bangkai ternak yang diduga suspek antraks dengan baik. Sebab, spora yang ditimbulkan penyakit ini, bisa bertahan hingga 75 tahun, meski bangkai hewan yang tertular telah dikubur.

"Memang penyakit ini zoonosis, bisa menular ke manusia. Tetapi upaya pencegahan penting, misal kalau terjadi antraks (bangkai hewan) dikubur, kalau perlu dicor dan ditandai. Karena sporanya bisa bertahan 75 tahun. Sehingga generasi berikutnya tahu di situ ada hewan yang tertular," tegas dia.

Agus mengatakan, saat ini Jawa Tengah masih dinyatakan bebas antraks. Namun demikian, ia tidak menampik kasus tersebut pernah terjadi di Jateng beberapa waktu silam.

Di antaranya, Kabupaten Klaten pada 1990, Kabupaten Semarang pada 1991, Kota Surakarta di tahun 1991 dan 1992. Selain itu wilayah Boyolali juga pernah terjangkit antraks pada tahun 1990 hingga 1992 dan terakhir 2012.

Adapula Karanganyar pada 1992, Kabupaten Pati pada 2007, Kabupaten Sragen pada 2010 dan 2011 , serta Kabupaten Wonogiri.

"Kami imbau masyarakat tidak perlu panik tapi tetap waspada. Masyarakat cepat laporkan bila mana ada hewan yang sakit. Kalau ada manusia yang sakit (diduga tertular antraks) segera berobat. Tetap jaga kesehatan ternak, jikalau terjadi terapkan prosedur, semuanya harus bergerak dari pemerintah hingga masyarakat," kata Agus. (INF)


27 ORANG DI GUNUNG KIDUL POSITIF ANTHRAX

Kenali cara penularan anthrax, agar tidak mudah terinfeksi

Puluhan orang diduga tertular penyakit antraks di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sejak Desember 2019 lalu. Namun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan tidak semua terduga kasus antraks pada manusia tersebut dinyatakan positif.

Berdasarkan data Kemenkes, terdapat 96 warga Gunungkidul yang sempat diduga tertular antraks. Dari jumlah itu, 27 orang dinyatakan positif tertular antraks. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, data tersebut berdasarkan laporan hingga akhir Desember 2019.

Nadia mengatakan, satu di antara 27 warga itu meninggal dunia. Namun, kematian tersebut bukan karena antraks melainkan meningitis. Dia juga mengklaim tidak ada laporan warga Gunungkidul meninggal karena antraks.

"Jadi 27 orang total semuanya, satu meninggal tapi bukan karena antraks, karena meningitis," kata Nadia pada Kamis (16/1/2020), seperti dilansir Antara. Kata Nadia, sejak kasus Antraks dilaporkan muncul di Gunugkidul pada Desember 2019, sempat ada 607 warga di kabupaten itu yang diduga terpapar atau punya riwayat kontak dan memakan daging hewan yang terinfeksi antraks.

Namun, dari 607 warga itu, hanya sekitar 96 orang yang kemudian diduga terjangkit antraks karena mengalami gejala diare, penyakit kulit, dan batuk pilek. Ternyata, tidak semua dari 96 warga itu positif tertular Sejauh ini, Nadia mencatat, kematian yang diakibatkan oleh antraks di Gunungkidul hanya terjadi pada hewan ternak, yaitu tiga ekor sapi dan enam ekor kambing.

Mengingat kejadian yang dilaporkan sudah sejak Desember 2019, Kementerian Kesehatan bersama dengan dinas kesehatan dan dinas peternakan daerah setempat telah melakukan beberapa penanganan.

"Sejak 6 Desember sudah dilakukan penyelidikan epidemologi terkait antraks, diberikan pengobatan profilaksis yaitu dengan antibiotik kepada 607 orang yang terpapar di dua dusun di Kabupaten Gunung Kidul," ujar dia.

Penyakit antraks pada manusia terjadi karena tertular oleh hewan ternak sapi atau kambing yang sebelumnya memang sudah terjangkit penyakit antraks. Penularan antraks dari hewan ternak ke manusia bisa melalui cairan pada tubuh hewan dengan kontak tubuh, memakan daging hewan yang berpenyakit antraks, melakukan kontak dengan hewan ternak yang mati karena antraks, atau menghirup spora antraks.


Manusia yang terjangkit penyakit antraks sukar diketahui karena tidak memiliki gejala khas. Gejala umum yang terjadi jika tertular antraks ialah mengalami diare dan gatal-gatal yang hebat. (CR)


WASPADA, TEMUAN SAPI ANTRAKS DI GUNUNGKIDUL

Ternak sapi. (Foto: Infovet/Ridwan)

Baru-baru ini masyarakat Gunungkidul, Yogyakarta, digegerkan oleh temuan sapi yang terjangkit antraks, pada Rabu (22/5). Pasalnya kasus itu tidak hanya mengancam keselamatan ternak, namun juga mengancam kesehatan masyarakat.

Menurut laporan warga, terdapat 15 ekor sapi yang dipotong oleh jagal di Desa Bejiharjo, Gunungkidul, Yogyakarta, menderita antraks. 

Kejadian antraks pun dibenarkan pemerintah daerah setempat. Kepada Infovet , Jumat (24/5), Seksi Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Gunungkidul, Drh Retno Widyastuti, menjelaskan, hanya terdapat 5 ekor sapi yang disembelih, satu diantaranya mengidap antraks.

“Dari hasil pemeriksaan BBVet satu ekor sapi positif antraks. Kemudian dilakukan juga pengambilan sampel terhadap tanah dan material lain di kawasan sekitar penyembelihan untuk diperiksa,” kata Retno.

Temuan tersebut cukup mengkhawatirkan mengingat wilayah tersebut sudah terbebas dari penyakit menular. Jumlah sapi yang positif antraks bukan merupakan indikator derajat bahaya dan ancaman terhadap manusia maupun hewan lain. Namun, infeksi tersebut mampu menyebar dalam suatu kawasan yang luas dan sangat cepat. Kasus serupa pada 2017 juga pernah terjadi di Kulonprogo dan Bantul, Yogyakarta.

Retno pun mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tak perlu takut untuk mengonsumsi daging sapi maupun komoditas tenak lainnya. “Pemerintah sudah mengambil langkah isolasi daerah terinfeksi dan sudah melakukan pengambilan sampel. Saat ini juga sudah diupayakan pelarangan lalu lintas ternak,” pungkasnya. (iyo)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer