Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Gabungan Perusahaan Makanan Ternak | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

GPMT PERKIRAKAN INDUSTRI PAKAN NASIONAL TAHUN DEPAN TUMBUH 5 PERSEN

Foto bersama dalam seminar yang digelar GPMT di Cibubur. (Foto: Dok. Infovet)

Industri pakan nasional diperkirakan akan tumbuh sekitar 5% pada 2024 mendatang. Hal itu disampaikan Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Desianto Budi Utomo, dalam seminar GPMT bertema “Sustainability Feed Industry in Indonesia 2024”, yang dilaksanakan di Avenzel Hotel Cibubur, Selasa (14/11/2023).

Melalui kalkulasi pihaknya menyebutkan pertumbuhan produksi tersebut mencapai 19 juta ton dari tahun sebelumnya yang hanya sekitar 18 juta ton. Desianto juga menjelaskan beberapa faktor yang mendasari estimasi pertumbuhan tersebut di antaranya pada 2024 mendatang merupakan tahun politik yang diharapkan tumbuhnya ekonomi masyarakat dan banyaknya program pemerintah yang akan disalurkan kepada masyarakat, termasuk produk protein hewani.

“Tahun depan juga diharapkan kita sudah tidak menghadapi El Nino, sehingga kebutuhan jagung untuk pabrik dapat terpenuhi,” katanya. Adapun faktor lainnya, lanjut dia, yakni program pemerintah untuk melakukan peningkatan produksi salah satunya jagung.

“Ketersediaan jagung sebagai bahan pakan utama perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah, terutama terkait data produksi, stabilitas ketersediaan, dan harga,” ucapnya. Selain itu, ia juga berharap ada regulasi tentang pengaturan BMAD dan juga PPN bagi bahan pakan yang lebih berpihak kepada industri pakan.


Dari data yang ia jabarkan, Desianto juga turut menyampaikan proyeksi kebutuhan jagung per bulan rata-rata mencapai sekitar 600-800 ribu ton atau sekitar 8.350.202 ton pada 2024, dengan asumsi dan prediksi penggunaan jagung di formulasi sebesar 47,9%.

Sebagai informasi di 2023, Desianto mengungkapkan industri pakan ternak tumbuh 1-3%, dengan total kebutuhan jagung sebesar 8.343.649 ton, adapun total realisasi hingga September 2023 mencapai 5.645.483 ton, dengan rata-rata 627 ribu ton per bulan, dan asumsi kebutuhan formulasi 43%. (RBS)

AGRIBUSINESS OUTLOOK 2022, GELIAT BISNIS UNGGAS

Webinar Agribusiness Outlook 2022 “Geliat Bisnis Udang dan Unggas di Tahun Macan Air”. (Foto: Infovet/Ridwan)

Industri perunggasan saat ini masih menjadi tumpuan penghasil protein hewani masyarakat yang dikenal dengan harga murah. Namun tantangan yang semakin tinggi membuat fluktuasi harga unggas di tingkat konsumen dan peternak kerap terjadi.

Oleh karena itu, dibutuhkan kreatifitas dan inovasi dalam meningkatkan produksi. Hal itu disampaikan Dr Ir Rachmat Pambudy, dalam webinar Agribusiness Outlook 2022 “Geliat Bisnis Udang dan Unggas di Tahun Macan Air”, Kamis (10/3/2022).

“Dengan produksi di atas 3 miliar ekor, membuat bisnis perunggasan menjadi sangat penting. Kita berharap kebijakan pemerintah bisa memberikan arah baru bagi sektor perunggasan yang lebih stabil, kompetitif dan bergairah bagi peternak, begitupun di sektor udang kita,” kata Rachmat.

Salah satu tantangan berat yang masih menyertai bisnis perunggasan datang dari sektor pakan ternak. Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Drh Desianto Budi Utomo, menyebutkan beberapa faktor yang membuat tingginya harga pakan.

“Pengenaan PPN dan bea masuk beberapa jenis bahan pakan impor masih menjadi salah satu faktor penyebab harga pakan mahal,” kata Desianto.

“Kemudian naiknya ongkos pengiriman dan kelangkaan kontainer, serta peningkatan harga jagung dan bahan pakan seperti soybean meal (SBM) maupun meat bone meal (MBM).” Harga jagung kini mencapai Rp 5.000-5.600, serta SBM dan MBM saat ini menyentuh harga Rp 10.000-11.000/kg.

Kenaikan bahan pakan tersebut, kata Desianto, menyebabkan harga pakan terkoreksi karena komponen bahan pakan berkontribusi 80-85% dari total biaya produksi pakan.

Lebih lanjut, tantangan lain yang juga menjadi ancaman adalah importasi ayam Brasil. Hal itu menjadi kekhawatiran karena biaya produksi ayam Brasil lebih rendah sehingga membuat harga menjadi sangat kompetitif.

Untuk mempersiapkan tantangan-tantangan tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Bidang Perekonomian, Dr Musdhalifah Machmud MT, menyampaikan bahwa pemerintah terus berupaya melakukan pengembangan industri perunggasan nasional.

Diantaranya dengan peningkatan produktivitas dan daya saing industri perunggasan melalui modernisasi budi daya dan rantai pasok, dorongan pengembangan industri pengolahan telur dan pengaturan tata niaga daging dan telur unggas.

“Kemudian juga stabilisasi harga daging dan telur ayam, serta stabilisasi harga pakan dan bahan baku pakan unggas, melakukan upaya peningkatan konsumsi masyarakat dan membentuk tim kajian untuk membuat road map perunggasan nasional,” kata Musdhalifah. (RBS)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer