Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Feed | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

SELKO AJAK STAKEHOLDER MELINDUNGI DAN MENJAGA KUALITAS BAHAN BAKU PAKAN

Para narasumber yang hadir dalam webinar

Pakan ternak biasanya dibuat dengan menggunakan campuran berbagai macam bahan baku, termasuk bahan baku yang berasal dari tanaman bebijian semisal jagung dan gandum. Kualitas bahan baku yang digunakan tentunya akan menentukan kualitas produk pakan yang diproduksi. 

Kualitas pakan juga tentunya akan berbanding lurus dengan keamanaan pakan alias feed safety. Semakin baik kualitasnya, keamanan dari pakan pasti akan lebih terjamin. Atas dasar tersebut, Selko bersama GMP+ International mengadakan webinar berjudul "Preserve & Protect : Why Grain Preservation Matters". Seminar tersebut berlangsung secara daring pada Rabu (16/5) melalui situs resmi Selko.

Hadir sebagai pembicara yakni Bram Schuit selaku Commercial DirectorGMP+ International, Remco Veelenturf, Manager Scheme & Customer ServiceGMP+ International, serta Pieter Steyn, Commercial Technical Manager - Raw Material QualitySelko.

Sebagai pengantar Bram mengingatkan bahwa keamanan pakan juga sangat erat kaitannya dengan keamanan pangan karena pakan yang dimakan oleh ternak juga akan menentukan status kesehatannya. 

"Jaminan kualitas ini harus dijaga, karena nantinya manusia juga yang akan terkena imbasnya jika mengonsumsi produk hewan dengan kualitas yang buruk akibat kualitas pakan yang buruk," kata Bram.

Ia juga memperkenalkan GMP+ International sebagai salah satu lembaga sertifikasi keamanan pakan terkemuka di dunia dengan lebih dari 300 klien di seluruh dunia. Bram dalam hal ini juga menyebutkan bahwa GMP+ International dalam menjalankan jasa ini mereka menggandeng para ahli dibidangnya, termasuk Nutreco Group.

Sementara itu Remco Veelenturf mengatakan bahwa dalam menjamin kualitas bahan baku, ada tiga komponen yang menjadi poin penting yakni trust, commitment , dan behaviour. Kesemuanya ini tentu saling terkait. 

"Jika kita dapat menyediakan bahan baku berkualitas prima secara kontinu kepada customer dalam jangka waktu yang lama, maka kepercayaan akan tumbuh. Komitmen juga dibutuhkan oleh produsen dan konsumen untuk saling menjaga kepercayaan ini. Selanjutnya ini akan menjadi kebiasaan yang menular kepada stakeholder lainnya," tutur Remco.

Remco juga bilang bahwa pada era disrupsi seperti sekarang, orang tidak memikirkan lagi masalah harga, yang mereka pikirkan adalah ketersediaan atas bahan baku serta kualitas yang baik dan mutu terjamin yang dapat dipercaya dalam waktu yang panjang. 

Dalam kesempatan yang sama, Pieter Steyn menjabarkan berbagai macam solusi yang disediakan oleh Selko dalam menjaga kualitas bahan baku, dan menjalankan program preserve & protect all supply chain

"Selain dalam bentuk produk feed additive yang dapat menjaga kualitas bahan baku, kami juga hadir dengan berbagai solusi berupa jasa seperti fylax preservation, pemeriksaan laboratorium, serta database yang lengkap dari seluruh dunia. Semua itu dapat kami sesuaikan dengan keinginan klien," tuturnya.

Layaknya Remco, Pieter juga bilang bahwa di era disrupsi seperti ini selain menjaga ketersediaan, yang tidak kalah penting untuk dijaga adalah kualitas. Dengan terjaminnya kualitas bahan baku, maka terjamin pula kualitas produk pakan, sehingga berujung pada berkualitasnya produk pangan asal hewan yang berujung pada kesejahteraan umat manusia. (CR)


CENTRASTALKS: PENGENDALIAN HAMA GUDANG PAKAN

Narasumber CENTRASTalks series 01, “Pengendalian Hama Gudang Pakan” dipandu oleh moderator, Mursyid Ma’sum. (Foto: Dok. Infovet)

Kehadiran hama dalam gudang pakan adalah tempat untuk memperoleh makanan dan tempat bermetamorfosis yang apabila tidak dikendalikan akan berdampak pada menurunnya kualitas pakan ternak.

Kerugian lain dari banyaknya hama gudang pakan dari sisi finansial, pakan yang terinfestasi hama harus dibuang dan diganti pakan baru yang dapat meningkatkan biaya operasional dan mengurangi keuntungan bisnis.

“Kerugian lain yakni kualitas produk yang buruk karena hama dapat merusak pakan yang disimpan dan berpengaruh pada kualitas produk hewan ternak yang dihasilkan. Juga berpengaruh pada kesehatan hewan karena hama seperti tikus atau serangga dapat membawa penyakit,” kata Kepala Center for Tropical Animal Studies (CENTRAS), Prof Nahrowi, dalam webinar CENTRASTalks series 01, “Pengendalian Hama Gudang Pakan” Kamis (23/2/2023).

Lebih lanjut dikatakan, keberadaan hama juga menjadi kerugian reputasi bagi perusahaan pakan yang berdampak pada penurunan kepercayaan konsumen dan penjualan. Oleh karena itu, pengendalian hama gudang pakan menjadi sangat penting.

Integrated Pest Management (IPM) menjadi solusi dalam mengatasi hama dengan menjaga kebersihan dan sanitasi, memantau dan memeriksa gudang pakan secara berkala, menggunakan insektisida yang aman dan efektif, menggunakan predator alami, ataupun menggunakan jebakan feromon.

“Dengan dikendalikannya hama gudang pakan sangat berdampak positif, baik pada kualitas produk, kesehatan dan produktivitas hewan, kebersihan dan keamanan pangan, serta berdampak pada efisiensi produktivitas yang tinggi,” kata Nahrowi.

Pendapat serupa juga disampaikan para narasumber webinar, diantaranya Swastiko Priyambodo (Dosen IPB University), Istiadi (General Manager PT Charoen Pokphand Indonesia), Fitrah Sumacipta (Customer Development Executive PT Rentokil Indonesia) dan Dayat (Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan). Keempatnya fokus membahas pengedalian, pengawasan dan solusi mengatasi hama gudang pakan. (RBS)

DISKUSI VIRTUAL BIOMIN : FOKUS PADA REDUKSI PENGGUNAAN ANTIMIKROBIAL PADA PAKAN


Biomin menggelar diskusi daring secara interaktif untuk menyelesaikan permasalahan terkait

Jumat (10/12) yang lalu Biomin menggelar diskusi virtual yang bertajuk "Antimicrobial Reduction in Feed, Your Question Answered". Sebelumnya, dalam diskusi tersebut peserta undangan diminta mengirimkan pertanyaan terkait masalah peternakan terutama yang berkaitan dengan penggunaan antimikroba dalam pakan, yang kemudian dijawab oleh para expert dari Biomin.

Hadir sebagai narasumber nama - nama seperti Neil Gannon Regional Product Manager Gut Health, Maia Segura Wang dari divisi R&D Biomin, dan Lorran Gabrado selaku Global Product Manager Mycotoxin Risk Management. Acara tersebut dimoderatori oleh Michele Muccio Regional Product Manager Mycotoxin Management dari Biomin.

Dalam presentasinya yang singkat, Neil Gannon mengatakan bahwa dunia menghadapi permasalahan terkait penggunaan antimikroba yang berlebihan, khususnya di bidang peternakan. Ia menjelaskan bahwasanya residu antimikroba pada produk hewan merupakan masalah yang serius. Hal tersebut berkaitan dengan kualitas produk. Selain itu masalah lain yang ditimbulkan adalah menyebarnya bakteri yang resisten terhadap antimikroba yang menyebar melalui produk hewani yang dikonsumsi oleh manusia, 

"Dengan begitu apabila ada mikroba yang menginfeksi manusia tentunya akan menjadi sulit disembuhkan karena mikroba tersebut resisten terhadap antimikroba, ini masalah yang serius bagi peternakan kita," tutur Neil.

Meneruskan pendapat Neil, Maia Segura mengatakan bahwasanya masalah diperparah dengan performa dan produksi hewan. Menurutnya di era dimana antimikroba sudah tak lagi digunakan, tentunya performa dan produksi dari ternak harus "diakali" sedemikian rupa dan peternak maupun stakeholder yang berkecimpung harus pandai - pandai dalam meracik formulasi pakan baik secara komposisi hingga feed additive yang digunakan.

"Banyak sekali hal yang harus diganti, tadinya kita bisa menggunakan antikoksidia seperti diclazuril, atau Zinc Basitrasin untuk menjaga performa, sekarang mereka tidak dapat lagi digunakan, karenanya dibutuhkan alternatif lain pengganti sediaan tersebut agar performa tetap terjaga," tuturnya.

Sementara itu, Lorran Gabardo memaparkan akan bahaya mikotoksin ditengah isu penggunaan antimikroba tersebut. Menurutnya stakeholder banyak yang "lalai" dan terkesan mengesampingkan keberadaan mikotoksin, padahal mikotoksin dalam pakan juga dapat mempengaruhi performa ternak, bahkan mengganggu program kesehatan yang diterapkan di farm.

"Contohnya DON (Dioxynivalenol) alias vomitoksin yang dihasilkan kapang Fusarium sp. mereka terbukti dapat menghambat efektivitas program vaksinasi pada ternak unggas. Ini juga merupakan masalah yang cukup serius," tutur Lorran.

Dalam sesi tanya jawab secara live, baik Lorran, Neil, dan Maia menjawab berbagai pertanyaan dari para audience terkait mikotoksin, kesehatan saluran pencernaan, serta tips dan trik terkait pemilihan dan penggunaan feed additive pada pakan agar performa lebih maksimal (CR)


PAKAN ALTERNATIF UNTUK UNGGAS

Bahan baku pakan yang berbentuk bijian untuk Pakan Alternatif dikeringkan terlebih dahulu kemudian digiling menjadi ukuran lebih kecil atau tepung (mash). (Sumber: Google)

Mendefinisikan Pakan Alternatif sebagai pakan unggas yang dibuat bukan dari dominasi bahan baku pakan utama seperti jagung dan bungkil kedelai. Namun Pakan Alternatif diformulasikan menggunakan bahan baku pakan lokal bersumber dari daerah setempat, baik sebagian dan/atau seluruhnya. Namun formula Pakan Alternatif ini tetap bisa memenuhi syarat-syarat, seperti standar spesifikasi pakan yang sesuai jenis dan fase hidup ternak, harga lebih murah, performa bisa setara dibanding pakan konvensional pabrikan.

Pakan Alternatif disini harus bisa dipahami menurut kaidah SNI (Standar Nasional Indonesia) pakan unggas. Untuk itu dilampirkan beberapa tabulasi data pendukung, diantaranya tabel standar spesifikasi pakan ayam KUB yang merupakan hasil riset Balitnak (Balai Penelitian Ternak), tabel SNI pakan layer dan broiler sebagai pembanding yang terdekat, tabel SNI pakan ternak bebek dan tabel SNI pakan ternak puyuh, serta tabel persyaratan mutu SNI pakan layer.

Guna memformulasikan Pakan Alternatif, maka diperlukan 11 Jurus Keseimbangan Formulasi Pakan Unggas yang terdiri dari: 1) Kebutuhan vs Pasokan. 2) Harga vs Kualitas Bahan. 3) Sumber Protein Hewani vs Nabati. 4) Metabolisme Energi vs Protein Kasar (Crude Protein). 5) Makro Mineral (kalsium vs fosfor). 6) Mikro Mineral. 7) Asam Amino Essensial. 8) Asam Lemak. 9) Feed Intake vs Bobot Badan. 10) Feed Intake vs Karkas. 11) Feed Intake vs Feed Conversion Ratio.

Pakan Alternatif yang dimaksudkan di sini untuk digunakan pada peternakan skala kecil dengan populasi berkisar 1.000-2.000 ekor. Tujuan membuat Pakan Alternatif agar biaya operasional peternak kecil lebih efisien dan mandiri, serta memiliki patokan dari kandungan nutrisi maupun hal lainnya, terutama harga setelah menjadi pakan siap saji.

Faktor ekonomi terkait biaya pakan ini menjadi sangat penting mengingat semakin  terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar US yang mengakibatkan harga pakan konvensional dari pabrikan semakin mahal. Dan pembelian pakan pabrikan dalam kuantitas sedikit tentu menyebabkan harganya lebih tinggi dan menjadi tidak efisien daripada pembelian pakan konvensional dalam jumlah besar pada peternak skala jumbo, sehingga peternak berpopulasi besar masih bisa efisien dan bertahan dengan naiknya harga pakan pabrikan.

Situasi sulit naiknya harga pakan jadi ini bisa saja dimanfaatkan pihak-pihak tertentu dengan mengatakan bahwa penggunaan Pakan Alternatif hanya untuk mendapat keuntungan sepihak, bahkan sesaat saja. Untuk itu mari bersama-sama pahami apa yang dimaksud Pakan Alternatif sebagaimana definisi awal tersebut. Yakni bukan asal pakan mandiri yang harganya murah disebut sebagai Pakan Alternatif.

Tujuan dari pembuatan Pakan Alternatif antara lain adalah Pertama, menciptakan kemandirian terhadap sumber bahan baku pakan baik sebagain dan/atau keseluruhan. Kedua, peternak dapat menikmati harga pakan komplitnya yang diharapkan bisa lebih murah 5-20% dibanding pakan konvensional buatan pabrikan. Kalau harga Pakan Alternatif bisa lebih murah 50% dibanding pakan pabrikan, itu sesuatu yang hampir mustahil. Jangan-jangan pakan abal-abal. Pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah spesifikasinya dalam kualitas dan performanya bisa setara dengan pakan pabrikan? Maka jawaban pastinya dengan cara menunjukkan Sertifikat Hasil Uji Laboratorium yang kredibel dari Pakan Alternatif tersebut. Untuk itu pembuat dan/atau penjual Pakan Alternatif harus paham apa itu analisa proksimat. Ketiga, pembuat Pakan Alternatif harus bisa membuat pakan spesifik untuk tujuan tertentu, misal pembuatan pakan organik bebas antibiotika, kemudian pakan dengan tujuan untuk warna kulit telur lebih coklat, pucat atau lebih biru, warna ovum bisa lebih oranye, ukuran telur menjadi lebih kecil atau lebih besar, memproduksi telur organik, rendah kolestrol, bebas kuman dan untuk tujuan lainnya.

Langkah Membuat Pakan Alternatif
Pertama, lakukan survei sejauh radius maksimum 15 km dari lokasi peternakan, apakah ada bahan baku lokal yang masih layak pakai dengan jumlah yang cukup dan kontinyu. Bila sumber bahan baku pakan lokal jaraknya terlalu jauh >15 km, maka ongkos transportnya relatif mahal, tidak efisien dan pakan akhirnya tidak menjadi murah.

Berikutnya, tersedia sumber bahan baku pakan lokal. Bisa dari limbah industri, pertanian, perkebunan, peternakan, rumah makan, hotel dan lain-lain. Tentu saja harganya harus lebih murah atau bahkan gratis.

Tahapan lain untuk mendukung tersedianya sumber bahan baku bisa juga diperoleh melalui pembiakkan tanaman dan hewan tertentu (Azolla, cacing Lumbricus rubelus dan lain-lain), di mana nilai gizinya sangat baik dan cepat perkembang-biakannya, serta relatif mudah pengelolaannya.

Bahan baku pakan lokal seperti ini bisa saja keberadaannya musiman, tetapi dengan proses fermentasi tertutup, bisa disimpan relatif lama >1-24 bulan. Artinya semua bahan baku pakan lokal harus diperiksa untuk diketahui isi nutrisinya yang harus lengkap, seperti kadar air, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, kadar abu dan makro mineralnya (kalsium dan fosfor).

Bila tidak didukung database yang lengkap, maka hasil akhir formula Pakan Alternatif akan menjadi bias dan tidak memenuhi SNI, serta bijaknya usahakan untuk mencari referensi tentang kadar gizi dan isi detail bahan baku lokal (asam amino, asam lemak, vitamin dan mikro mineral) atau melalui hasil penelitian riset.

Proses Persiapan Bahan Baku Pakan Lokal
Bahan baku pakan lokal perlu diproses terlebih dahulu sebelum digunakan dalam pembuatan Pakan Alternatif. Bahan baku pakan yang basah atau kadar airnya tinggi lebih dari 15% perlu dikeringkan dahulu (ampas tahu, onggok singkong, limbah pabrik udang, limbah rumah makan/hotel, limbah pasar) sampai kadar airnya menjadi 10-14%, agar bila diformulasi pakan komplitnya berkadar air tidak lebih dari 14%. Batas maksimum kadar air pakan komplit tersebut itulah yang sesuai rekomendasi SNI.

Bahan baku pakan yang berbentuk bijian (biji nangka, biji durian, biji rambutan dan lain sebagainya), dikeringkan kemudian digiling menjadi ukuran lebih kecil atau tepung, mash 5-20 agar bisa merata saat dicampur. Seyogianya difermentasi dahulu agar zat-zat anti-nutrisinya terurai.

Bahan baku pakan yang berkualitas rendah dan berserat kasar tinggi >10% (dedak, ampas kelapa, ampas tahu, ampas singkong dan lain-lain), mesti difermentasi agar kualitasnya meningkat dengan menurunkan kadar serat sangat kasar (lignin) dan sarat kasar (selulosa, hemiselulosa) dan menaikkan Total Digestible Nutrien (TDN). Untuk fermentasi ini, diperlukan probiotika yang kerjanya lignolitik dan selulolitik, supaya secara nyata kadar serat kasarnya turun dan kadar proteinnya meningkat secara signifikan.

Apabila semua bahan lokal sudah siap digunakan, maka dengan pertimbangan dan berpatokan pada 11 Jurus Keseimbangan Formulasi Pakan Unggas, kemudian formulasikan bahan baku pakan lokal dengan bahan baku pakan nasional dan/atau internasional mengacu pada SNI pakan, sehingga Pakan Alternatif siap saji sesuai dengan jenis dan fase hidup ternaknya.

Apabila tujuan penggunaan Pakan Alternatif ini bisa tercapai, yaitu mandiri dan efisiensi dengan harga jauh lebih murah dibanding pakan pabrikan dan dengan performa ternak setara dengan pakan pabrikan, tentu lebih menguntungkan bagi peternak unggas. Memang seperti menjadi repot sedikit, mengapa tidak? Karena semua tenaga yang dicurahkan pun bisa dihitung dan dikonversikan dalam biaya total pembuatan Pakan Alternatif untuk dibandingkan sebagai pembeda dengan pakan konvensional.

Semua peternak khususnya pelaku bisnis penyedia Pakan Alternatif boleh berharap dan berdoa agar tidak ada pihak-pihak yang dengan mudah mengatakan bahwa pakannya Pakan Alternatif tetapi memiliki kualitas yang jauh dari SNI. Efeknya bisa dipastikan akan merugikan pembelinya.

Bagi peternak, jangan mudah tergiur dengan pakan yang diklaim sebagai Pakan Alternatif hanya karena murah harganya. Namun, tanyakan kepada produsen, apakah pakannya sudah memenuhi SNI Pakan Ternak dan Unggas. Serta agar produsen mampu menunjukkan sertifikat hasil uji analisa proksimat-nya. Apabila semua data tersebut terbukti ada, peternak bisa mencoba menggunakannya dengan jumlah sesuai kebutuhan untuk melihat performanya.

Demikian artikel ini disajikan penulis yang bertujuan memberikan pencerahan kepada peternak skala kecil, sehingga tidak salah dalam membeli atau menggunakan Pakan Alternatif untuk menghindari kerugian yang cukup besar. ***

Ditulis oleh Drh Djarot Winarno
Praktisi dan konsultan peternakan
Tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur






ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer