Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Fapet IPB | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

HANTER IPB GELAR REUNI AKBAR HARI PULANG KANDANG

Rektor IPB University, Walikota Bogor, Dekan Fapet IPB, dan Wagub Sumbar Menghadiri HPK
(Sumber : Istimewa)


Himpunan Alumni Peternakan Institut Pertanian Bogor (Hanter IPB) University menggelar reuni akbar Hari Pulang Kandang di IICC Botani Square Bogor, Minggu 19 Februari 2023. Reuni yang dihadiri kurang lebih 1.200 orang anggotanya ini ingin memberi semangat peternak Indonesia dalam memajukan ketahanan pangan dari unsur hewani.

Ketua Panitia Hari Pulang Kandang tahun 2023 Wisnu Brata Ratning Sayekti mengatakan kegiatan yang dilaksanakan sepekan sejak Minggu 12 Februari 2023 hingga Minggu 19 Februari 2023 telah menyelenggarakan serangkaian acara penuh kreativitas untuk mengingatkan potensi peternakan di Indonesia.

"Reuni akbar untuk Fakultas Peternakan (IPB) dari angkatan minus sampai angkatan terakhir lulus angkatan ke-55 plus melibatkan semua jenjang S1, S2, S3 dan alih jenjang," kata dia.

Wali Kota Bogor, Bima Arya yang menghadiri puncak Hari Pulang Kandang, Hanter IPB University mengapresiasi reuni produktif yang digelar Hanter IPB University.

"Reuni produktif itu kalau ada manfaatnya untuk kampus, ada manfaatnya untuk kota, manfaat untuk silaturahmi. Dan itu semua ada di sini, reuni akbar Hari Pulang Kandang," katanya.

Kota Bogor, kata Bima Arya, tidak bisa lepas dari IPB University. Di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor ada banyak ASN. Bahkan kepala dinas yang merupakan lulusan IPB, begitu pun di DPRD Kota Bogor juga banyak lulusan IPB yang menjadi legislatif, selain itu dalam inovasi juga tidak lepas dari campur tangan IPB.

Ia pun kemudian kembali mengajak alumni untuk bisa berkolaborasi ikut membangun Kota Bogor. Di lokasi yang sama, Rektor IPB University, Prof Arif Satria menjelaskan bahwa kunci keberhasilan diantaranya adalah inspirasi, inovasi dan integritas.

"Integritas menjadi kunci utama karena salah satu dari 10 kunci sukses itu integritas. Dengan integritas timbul sebuah kepercayaan, dengan orang percaya bisa membangun masyarakat dengan rasa saling percaya yang tinggi," katanya.

Ketika semua itu berjalan, maka akan tercipta sebuah kolaborasi untuk mengembangkan atau menciptakan inovasi-inovasi baru yang kemudian akan menjadi inspirasi.

"Sehingga Fakultas Peternakan bisa terus menjadi fakultas yang paling banyak inovasi sehingga banyak memberikan inspirasi, negara bisa maju kalau di dalamnya adalah ada orang-orang yang penuh dengan inovasi dan menginspirasi," katanya.

Saat ini lanjut Arif, salah satu program IPB University yang saat ini dijalankan adalah dosen pulang kampung. Dari total 750.000 desa di Indonesia, 4.300 desa sudah didatangi oleh IPB University yang membawa hasil-hasil inovasi ke desa-desa.

Reuni Akbar Fakultas Peternakan IPB University Hari Pulang Kandang sudah dimulai pada 12 Februari 2023 saat kick off peresmian gedung di IPB Dramaga. Kemudian dilanjut dengan berbagai kegiatan perlombaan yang menarik.

Dalam reuni ini juga ada pemberian beasiswa sehingga tidak ada mahasiswa yang tidak lulus, hingga dana sosial untuk keluarga alumni, pensiunan dosen dan kegiatan sosial lainya. (INF)

TEPUNG JANGKRIK ALTERNATIF BAHAN BAKU PAKAN TERNAK

Online training satwa harapan, harapan satwa jangkrik oleh FLPI dan Fapet IPB. (Foto: Istimewa)

Ketergantungan bahan baku pakan impor di Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Bahan baku pakan sumber protein seperti tepung ikan dan bungkil kedelai misalnya tercatat impornya berturut-turut mencapai 4,1 ton dan 4.450.000 ton.

Oleh karenanya diperlukan alternatif bahan baku lokal sebagai sumber protein, salah satunya yang berpotensi adalah jangkrik yang dapat dibuat tepung dan memiliki kelebihan berprotein tinggi, mudah dipelihara, murah dan bisa dilakukan pada lahan sempit.

Hal itu diuraikan Guru Besar Fakultas Peternakan IPB, Prof Dewi Apri Astuti dalam Online Training Satwa Harapan, Harapan Satwa Jangkrik, yang diselenggarakan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB melalui aplikasi daring, Sabtu (8/8/2020).

Dipaparkan Dewi bahwa protein kasar jangkrik adalah sebesar 58.3%, lemak 10.3%, dengan asam lemak palmitat (16:0) 50.32%, stearate (18:0) 32.06%, oleat 9.77% linoleat 2.34%.

“Adapun asam amino yang terkandung yakni arginin 3.68%, histidin 1.94%, isoleusin 3.09%, leusin 5.52%, lisin 4.79%, methionine 1.93%, sistin 1.01%, phenilalanin 2.86%, valin 4.42%, alanine 5.55%, glisin 3.62% dan hitin 8%,” jelas Dewi.

Oleh karena itu ia menyebut bahwa tepung jangkrik berpotensi menjadi sumber bahan baku pakan untuk ayam broiler dan layer, puyuh petelur, burung kicau, maupun ikan hias.

“Dapat juga dimanfaatkan untuk ternak ruminansia, yakni pada domba sebagai susu pengganti dan pada masa pertumbuhan dan pada kambing bisa diberikan pada masa pertumbuhan, bunting dan laktasi,” katanya.

Dari serangkain penelitian yang dilakukannya, ia menyimpulkan bahwa tepung jangkrik ternyata juga mengandung nutrien berkualitas tinggi. Selain untuk unggas kicau, tepung jangkrik dapat juga diberikan pada hewan model tikus untuk meningkatkan imunitasnya, anak kambing atau domba sebagai susu pengganti, anak kambing atau domba sebagai pakan pertumbuhan, induk kambing pada saat menjelang bunting (flushing diet), serta pada kambing pejantan untuk memperbaiki kualitas spermanya. (IN)

INDUSTRI PETERNAKAN 4.0 ALA HANTER

HANTER mengajak stakeholder industri peternakan menyongsong industri 4.0 (foto : CR)

Dalam menyongsong industri peternakan 4.0 Himpunan Alumni Peternakan IPB (HANTER) menggelar seminar internasional di IPB International Convention Center, Bogor (13/11) yang lalu. Seminar tersebut mengangkat tema "Making Indonesia's Livestock Industry 4.0". 

Audy Joinaldy selaku Ketua Umum HANTER, dalam sambutannya mengingatkan akan pentingnya "melek teknologi" di industri peternakan. Ia juga mengatakan bahwa industri peternakan harus bisa menjawab tantangan di masa kini, salah satu kuncinya adalah dengan menerapkan teknologi "kekinian" dalam peternakan.

"Sekarang kita dituntut agar lebih efisien, lebih taktis dan hi-tech. Ini (teknologi) adalah sebuah keniscayaan, dan sektor peternakan juga tidak boleh sampai ketinggalan. Oleh karenanya harus diupayakan semaksimal mungkin penerapannya," tukas Audy.

Tidak kalah penting menurut Audy adalah pemanfaatan jejaring komunikasi antar alumni HANTER. Selain itu menurut Audy juga diketahui bahwa alumni fakultas peternakan IPB banyak yang menjadi enterpreneur ketimbang fakultas lainnya. 

"Ini kan kesempatan, ternyata anggota HANTER banyak yang jadi pengusaha, jadi kalau ada apa - apa juga harus bisa membantu yang lainnya. Oleh karenanya saya berharap nantinya HANTER bisa berkontribusi lebih bagi peternakan Indonesia," katanya.

Hadir pula dalam acara tersebut PLT Dekan Fakultas Peternakan IPB, Prof Sumiyati. Menurutnya acara ini sangat bagus, selain menambah pengetahuan, menjalin silaturahmi antar alumni, juga mengeratkan hubungan antar stakeholder di dunia peternakan.

"Saya senang HANTER bisa berkontribusi bagi sektor peternakan Indonesia, mudah - mudahan tidak hanya sampai disini, nantinya supaya ada kegiatan lainnya yang sejenis serta punya nilai lebih baik untuk alumni sendiri maupun untuk sektor peternakan pada umumnya," tutur Prof Sumiyati.

Seminar tersebut dibagi menjadi tiga sesi dimana di setiap sesi membahas tema yang beragam dengan narasumber yang kompeten pada bidangnya. Beberapa hal yang dibahas dalam seminar tersebut diantaranya mengenai regulasi, aplikasi digital untuk industri peternakan, serta impelementasi teknologi digital di bidang peternakan. Kesemuanya mendapat atensi yang tinggi dari para peserta yang hadir.

Salah satunya adalah Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta, Darjamuni. Dirinya mengaku sangat senang berkesempatan hadir dalam acara tersebut. Selain itu Darjamuni juga mengatakan minatnya untuk bekerja sama dengan HANTER dalam mencari solusi untuk ketersediaan protein hewani untuk DKI Jakarta.

"Saya senang hadir disini, untuk DKI sendiri kan spesial, tidak punya ternak tapi konsumsi pangan asal ternaknya tinggi. Nah, ketika tadi ngomongin grand design peternakan, saya tertarik ini untuk kerjasama bersama HANTER minimal untuk grand design kebutuhan pangan hewani untuk konsumsi masyarakat Jakarta sajalah, mudah - mudahan sih ini bisa terealisasi secepatnya," kata Darjamuni. (CR)

FLPI GELAR PELATIHAN MANAJEMEN LOGISTIK PAKAN

Panitia dan peserta pelatihan FLPI di Bogor, 26-27 Maret 2019. (Foto: Infovet/Sadarman)

Forum Logistik dan Peternakan Indonesia (FLPI) bekerjasama dengan PT Charoen Pokphand Indonesia, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) menyelenggarakan pelatihan Manajemen Logistik Pakan, yang didukung Direktorat Pakan, Kementerian Pertanian.

Pelatihan diselenggarakan di Ruang Sidang Fakultas Peternakan IPB Dramaga Bogor, 26-27 Maret 2019. Kegiatan dihadiri Ketua FLPI Prof Luki Abdullah, Ketua AINI Prof Nahrowi Ramli dan Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Peternakan IPB Dr Rudi Afnan.

Rudi Afnan, dalam sambutannya memberi apresiasi FLPI yang terus mengedukasi insan peternakan. Kali ini FLPI menyasar insan peternakan soal pakan unggas. “Kegiatan seperti ini sangat dibutuhkan untuk berbagi informasi,” katanya.

Pelatihan menghadirkan tiga narasumber, yakni Kasubdit Bahan Pakan Direktorat Pakan Diner YE Saragih, perwakilan PT Charoen Pokphand Indonesia Istiadi dan dari Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB Dr Heri Ahmad Sukria.

Pelatihan diikuti oleh peternak, praktisi dan akademisi terkait pakan ternak, khususnya ternak unggas. Diakhir kegiatan, panitia mengajak peserta mengunjungi PT Charoen Pokphand Indonesia, di Balaraja, Tenggerang, Banten. Kunjungan bertujuan untuk memberi informasi nyata kepada peserta mengenai manajemen logistik pakan, penyimpanan dan pergudangannya. (Sadarman)

Kajian Peternakan Indonesia: Importasi Daging Beku, Haruskah?

Foto bareng pembicara dan peserta KPI, Minggu (14/10). (Foto: Infovet/Sadarman)

Importasi daging beku, haruskah dilakukan oleh Indonesia yang notabene-nya tergolong negara yang kaya dengan ternaknya? Dapatkah Indonesia memenuhi kebutuhan konsumen untuk ketersediaan daging sapi itu sendiri? Dua dari sekian banyak pertanyaan yang muncul di kegiatan Kajian Peternakan Indonesia (KPI) yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM-D) Fapet IPB, di Auditorium Jannes Humuntal Hutasoit, Minggu, (14/10)..

Acara yang dihadiri oleh dekan Fapet yang diwakili oleh Iyep Komala, menghadirkan narasumber, Guru Besar Fakultas Peternakan (Faept) IPB, Prof Dr Ir Muladno, dari Dinas Ketahanan Pangan Kota Bogor, Ir Soni Gumilar dan Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Yeka Hendra Fatika, dimoderatori alumni Fapet IPB, Yahya.

Dalam sambutannya, Iyep Komala mengapresiasi terselenggaranya kegiatan ini. “Kegiatan seperti ini harus diberikan tempat, karena pada dasarnya goal yang didapat adalah mengedukasi mahasiswa, terutama dalam hal berdiskusi yang baik dan menyampaikan gagasan, masukkan terkait dengan tema yang diangkat oleh panitia,” ujar Iyep.

Kegiatan kali ini, Ketua Pelaksana KPI, Bagus Aji Sutrisno, menyebut bahwa KPI didesain layaknya acara Indonesia Lawyer Club (ILC) ala Fapet IPB. Adapun tujuan penyelenggaraan KPI untuk menggali seberapa pentingkah importasi daging beku di Indonesia dan berdampakkah terhadap peternak Indonesia.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM D) Fapet IPB, Moh. Galih Prasetya Nugroho, menyebut bahwa soal importasi daging berdampak buruk terhadap usaha peternakan Indonesia, khususnya peternak rakyat yang minim permodalan. Maka apabila memungkinkan importasi daging dihentikan, karena budidaya ternak dapat dinikmati oleh peternak itu sendiri, khususnya peternak lokal.

“Kita maunya importasi dikurangi atau kalau bisa dihentikan, perkuat saja sistem peternakan rakyatnya, seperti kita bisa perkuat dipermodalan dan ditatanan budidaya sapinya,” kata Galih. Namun demikian, terkait dengan importasi daging beku itu sendiri, pemerintah ibarat memakan buah simalakama, dimakan ataupun tidak, dampaknya sama.

Sementara menurut Muladno, yang dikenal sebagai pendiri Sekolah Peternakan Rakyat (SPR), Indonesia masih memerlukan importasi daging, terutama daging beku. “Kebijakkan importasi daging beku sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, khususnya untuk industri pengolahan, itu ada aturannya. Namun di lapangan, daging beku masih ditemukan di pasar, artinya masih belum sesuai dengan peruntukkannya. Penikmatnya hanya importir, distributor, pedagang dan pemerintah, dengan dalih memuaskan konsumen, padahal sesungguhnya adalah mematikan kegiatan peternakan rakyat secara perlahan,” ungkap Prof Muladno.

Di sisi lain, ia mengimbau untuk membangun sistem peternakan rakyat yang baik sesuai tatanan budidaya ternak yang dipersyaratkan, tersedianya alat dan bahan yang dibutuhkan peternak dan pendidikan peternak, maka ke depan peternak-peternak lokal dapat hidup layak dengan usaha ternaknya.

“Kita bisa kok meng-create peternak kita layaknya peternak Australia atau negara lain, asalkan kegiatan pemerintah harus berorientasi pada peternak, bukan pada ternak dan produknya. Pemerintah harus meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat, pemerintah harus menyejahterakan peternak rakyat, harus ada upaya pemerintah untuk industrialisasi usaha peternakan jika peternak rakyat belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Prof Muladno.

Terkait dengan kebijakkan impor daging, Soni Gumilar menyebut itu harus dilakukan pemerintah karena kecukupan daging dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen (industri). Menurut dia, saat ini produksi daging sapi lokal baru sekitar 60,9%. Produksi 2018 hanya sebesar 403.668 ton, sedangkan perkiraan kebutuhan 663.290 ton, selisihnya itu, mau tidak mau harus ditempuh impor.

“Pengaturan importasi yang perlu dibenahi, harus ada kejelasan kemana produk daging impor akan didistribusikan, jangan didistribusikan ke pasar rakyat, tidak baik karena dapat memengaruhi harga daging yang bersumber dari peternak lokal,” kata Soni.

Sementara itu, Yeka Hendra Fatika menyebut perlu mendidik peternak menjadi mandiri dan berwawasan luas. Ia mengupayakan dengan mendirikan Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) dan Akademi Sapi untuk Rakyat (Aksara).

“Di Pataka dan Aksara, kami bekerja bersama peternak, individu, dengan bimbingan menyeluruh, bersifat teknis atau non-teknis. Intinya memutus mata rantai ketergantungan peternak, sehingga mereka dapat menikmati usaha tersebut,” kata Yeka. (Sadarman)

Festival Ayam Pelung Nusantara 2018

Peserta Seminar FAPN saat pengarahan sebelum penjurian (Foto: Sadarman)

Himpunan Profesi Mahasiswa Fakultas Peternakan menyelenggarakan kegiatan Festival Ayam Pelung Nusantara (FAPN). Kegiatan berlangsung di Gedung Jannes Humuntal Hutasoit, Fakultas Peternakan (Fapet), Institut Pertanian Bogor pada 15-16 September 2018.

Dekan Fapet Dr Ir Mohamad Yamin MAgrSc menyambut dan mengapresiasi baik kegiatan ini. Dalam sambutannya, Yamin menyebutkan bahwa ayam Pelung memang perlu dilestarikan. Hal ini mengingat bahwa ayam Pelung merupakan sumber daya genetik (SDG) lokal yang tidak dipunyai oleh negara lain di dunia.

“Acara ini diharapkan dapat memenuhi kriteria dari 3 learning outcome, yakni pengetahuan, skill dan sikap yang aplikasinya ke arah pemeliharaan dan pengembangannya,” tuturnya.

Lebih lanjut, Yamin mengemukakan ayam Pelung dapat dijadikan sebagai bibit unggul, lalu digunakan tidak hanya untuk suaranya saja yang merdu, namun juga diharapkan dari produksi dagingnya. Sehingga arah pngembangan ayam pelung ke depan dapat disesuaikan dengan standar pemeliharaan yang sama dengan ayam ras saat ini.

“Semoga di masa mendatang kegiatan Himpunan Profesi Mahasiswa ke depannya tidak hanya fokus pada ayam Pelung saja, akan tetapi juga SDG ternak Indonesia lainnya juga harus diperhatikan seperti ayam Ketawa, Merawang dan ayam kokok Balenggek,” tandasnya. 

Foto bersama Dekan Fapet IPB Dr Ir Mohamad Yamin MAgrSc di FAPN HPM Fapet 2018 (Foto: Sadarman)

Kegiatan FAPN 2018 ini dihadiri oleh Wakil Dekan Bidang Sumberdaya Kerjasama dan Pengembangan yang juga Dosen Dasar Produksi Unggas, Dr Rudi Afnan SPt MScAgr dan Pembina Kemahasiswaan Fapet, Dr Sigit Prabowo SPt MSc. Panitia Pelaksana menghadirkan Prof Iman Rahayu, Guru Besar Perunggasan Fapet sebagai pembicara utama dan Cece Suherman dari Himpunan Peternak dan Penggemar Ayam Pelung Nusantara sebagai pembicara sekaligus sebagai koordinator penjurian FAPN 2018.

Ketua Panitia Pelaksana, Berry Sipayung mengatakan kegiatan ini bertujuan memberikan wawasan sebagai acuan dan pengembangan ayam Pelung yang berkualitas, baik dari suara, bobot badan dan performa lainnya untuk dilestarikan sebagai plasma nutfah Indonesia. Ayo lestarikan ayam Indonesia bersama irama Pelung nusantara! (Sadarman/NDV).

Perlunya Penerapan Animal Welfare pada Rantai Pasok Daging Sapi

Peserta Pelatihan berkunjung ke PT Elders Indonesia

Bertempat di ruang diskusi Program Studi Logistik Peternakan Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) tanggal 14 Mei 2018, Forum Logistik Peternakan Indonesia menggelar Pelatihan Penerapan Animal Welfare pada Rantai Pasok Sapi Potong. Acara ini dibuka Dekan Fapet Dr Ir Mohamad Yamin MAgrSc.

Pelatihan dihadiri oleh pelaku usaha sapi potong, pekerja Rumah Potong Hewan (RPH) Pemerintah dan Swasta, penyedia jasa asuransi peternakan Jasindo, akademisi dan praktisi. Hadir sebagai pembicara yaitu Drh Helen Fadma dari Meat and Livestock Australia (MLA) dan drh Supratikno MSi PAVet dari Halal Center IPB.

Helen menyampaikan akan pentingnya menerapkan konsep animal welfare, baik di holding ground feedlot maupun di RPH. “Sangat penting diterapkan, mengingat bahwa sekecil apapun jenis kekerasan yang diterima ternak sesaat sebelum dipotong, jelas akan berdampak pada produk yang dihasilkan,” kata Helen.

Senada dengan Helen, Drh Supratikno menyebutkan penerapan animal welfare pada dasarnya dapat dikaitkan dengan daging yang akan dikonsumsi konsumen.

“Sering kita dapati daging keras dan alot, karena ada kaitannya dengan rendahnya kadar glikogen pada saat sapi disembelih dalam kondisi stres kronis,” ungkapnya.  

Lebih lanjut dijelaskan, pada kasus stres akut, yang terjadi adalah glikogen banyak dipecah pada saat penyembelihan. Asam laktat yang ada terlalu awal menyebabkan daging lembek, pucat dan berair.

“Baik stres akut maupun kronis terjadi akibat tidak menerapkan konsep animal welfare sesaat sebelum pemotongan,” tandas Supratikno.

Kegiatan pelatihan ini diakhiri dengan kunjungan peserta ke PT Elders Indonesia, RPH yang operasionalnya di wilayah Kampus IPB. (Sadarman)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer