Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

LAGI, ACHMAD DAWAMI KEMBALI MENJABAT KETUM GPPU

Drh Agung Suganda Melantik Dewan Pengurus GPPU Periode 2022-2026


Rabu (26/7) yang lalu Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) menyelenggarakan Kongresnya yang ke-XIII di Hotel Atria, Gading Serpong, Banten. Untuk kedua kalinya Achmad Dawami dilantik menjadi Ketua Umum GPPU periode 2022-2026. 

Dalam sambutannya, Dawami menegaskan bahwa diperlukan adanya kolaborasi, konsolidasi, serta koordinasi bersama para anggota GPPU dan stakeholder industri perunggasan  lainnya di Indonesia agar perunggasan tetap eksis dan tahan dari segala macam tantangan.

"Kami juga senantiasa turut menyukseskan program pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan protein daging dan telur ayam yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal) dan tentunya terjangkau bagi masyarakat demi meningkatkan kecerdasan bangsa," kata dia.

Dalam kesempatan yang sama Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, Drh Agung Suganda, yang mewakili Dirjen PKH usai melantik pengurus GPPU mengatakan, kondisi pasar saat ini untuk kebutuhan ayam ras terus meningkat, pertumbuhan ini harus terus dijaga bersama.

"Di tengah krisis seperti ini, Alhamdulillah ayam ras kita telah tembus ekspor pasar Singapura, ini adalah momentum yang baik yang mudah - mudahan kita bisa terus konsisten ekspor ke Singapura kalau perlu negara - negara lainnya," ungkapnya.

Ia juga menyebut bahwa beberapa bulan belakangan ini pemerintah tidak memberlakukan kebijakan cutting HE maupun afkir dini, hal ini tentu sebagai upaya jaga - jaga apabila produksi turun, Indonesia terancam kekurangan protein hewani mengingat sektor peternakan sapi sedang dilanda oleh wabah PMK.

Selain kongres GPPU juga menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Konsolidasi dan Kolaborasi Menghadapi Tantangan Era Disrupsi” secara daring maupun luring. Narasumber yang dihadirkan pun bukan kaleng - kaleng yakni Prof Rhenald Khasali ahli ekonomi dan bisnis yang sudah malang melintang kiprahnya di Indonesia. 

 Ia mengatakan, disrupsi adalah inovasi yang sekaligus mengubah dunia. Inovasi disrupsi terkadang inovasi yang menghancurkan, bukan melanjutkan. Perubahan pertama adalah pada populasi. Disrupsi melahirkan pasar dan pelaku usaha baru.

"Selama pandemi, perubahan kebiasaan konsumsi daging merah beralih menjadi daging putih yang dianggap lebih sehat. Dunia unggas tetap akan menarik di masa mendatang karena konsumsi daging putih meningkat pesat selama pandemi," ujar Rhenald.

Dalam inovasi disrupsi ini yang perlu ditingkatkan bersama menurutnya adalah melakukan kegiatan edukatif sembari merubah mindset. Ia juga menekankan agar generasi selanjutnya mau petani baru, yang tentunya bertani/ternak dengan cara baru.

"Jika kita dapat menciptakan petani/peternak baru dari kalangan terdidik, maka perubahan massive yang kini terjadi menuntut perubahan tatanan lama menjadi tatanan baru, semuanya akan dapat kita lalui. Inovasi yang terus tumbuh yang membawa situasi saat ini mengalami perubahan besar-besaran khususnya dalam bidang bisnis. Disitulah kita harus bisa beradaptasi," tukas Rhenald. (CR)


RANGKAIAN SESI 7-9 PELATIHAN DARING GENETIK TERNAK LOKAL

Pelatihan genetik ternak lokal sesi ke-8. (Foto: Istimewa)

Kegiatan Online Training on Indonesia Cattle Local Genetics memasuki sesi ke-7. Pada Jumat (27/8), pelatihan yang diselenggarakan atas kerja sama Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak bersama MLA (Meat & Livestock Australia) dan UNE (University of New England) Australia yang difasilitasi GITA Organizer dan Majalah Infovet ini, dimulai dengan sesi tanya-jawab dan diskusi oleh narasumber Prof Julius van der Werf dan Dr Samual Clark dengan para peserta yang berjumlah 72 orang.

Salah satu perwakilan dari grup 3, Chakra, langsung mempresentasikan home work sesi sebelumnya mengenai Pemuliaan Ternak Babi yang sudah dilakukan menyangkut data genetik aditif (heritabilitas), data lingkungan yang permanen (repeatability), data korelasi genetik, estimasi heritabilitas dan korelasinya, yang langsung ditanggapi Julius.

Sementara peserta lain dari grup 5, Rosi, melanjutkan presentasi sebelumnya menyoal Madura Cattle yang telah dilakukan. Beberapa aspek yang dibahas mengenai bagaimana cara mengidentifikasi silsilah ternak, pencatatan dan perekaman yang dibahas oleh Samuel Clark.

Kemudian pada Jum’at (3/9), pelatihan sesi ke-8 yang diikuti 78 peserta langsung dibuka oleh Prof Dr Ir VM Ani Nurgiartiningsih dari Fapet Unbraw. Dilanjutkan presentasi Julius yang memberikan gambaran bagaimana pemuliaan pada ternak berlangsung. Contohnya ayam ras pedaging yang kini berhasil menaikkan pertumbuhan bobot badannya dengan waktu yang singkat, serta perbaikan genetik sapi perah yang difokuskan pada peningkatan produksi susu dan masalah fertilitas.

Perubahan genetik, kata Julius, dapat dikerjakan sepenuhnya dan sangat menguntungkan. Namun dibutuhkan respon dan etika dalam pendekatannya, selain pengetahuan tentang perubahan biologis yang terjadi. 

Sedangkan pada Jumat (10/8), pelatihan sesi ke-9 yang dihadiri 68 peserta, Julius membahas mengenai design of breeding programs. Sebagai kesimpulan, Julius mengemukakan bahwa manfaat konsep ini untuk meminimalisir inbreeding disebabkan perkawinan relatif dan bisa memiliki konsekuensi yang tidak diharapkan, koefisien inbreeding relatif  untuk beberapa basis populasi dan hal itu sangat bermanfaat untuk mempertimbangkan percepatan F rather dari pada nilai absolutnya, serta teori selalu hidup untuk keseimbangan kecepatan F dan perkembangan genetik. (SA)

DISTRIBUSI SAPI PESISIR KE MENTAWAI DAN BENGKALIS

Sapi pesisir yang siap didistribusikan kepada peternak

Unit Pelaksana Teknis (UPT) pembibitan sapi dan hijauan pakan ternak, Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Padang Mengatas yang berada di bawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya memberikan kontribusi bagi masyarakat.

Kontribusi yang dimaksud khususnya untuk peternak sapi guna memproduksi bibit sapi yang unggul. Beberapa jenis sapi yang dikembangkan adalah jenis simental, limosin dan sapi pesisir.

"Bibit sapi yang sudah terseleksi akan dikeluarkan untuk dapat dikembangkan bagi masyarakat atau balai-balai pembibitan daerah," ujar Direktur Jenderal Ditjen PKH Kementan RI, I Ketut Diarmita.

Pada tanggal 30 Juni 2020 lalu sudah didistribusikan sapi pesisir sebanyak 26 ekor ke Kabupaten Bangkalis. Rinciannya, terdiri dari 12 ekor betina dan 14 ekor jantan.

Sedangkan pada tanggal 1 Juli 2020 BPTU-HPT Padang Mengatas mendistribusikan lagi sapi pesisir sebanyak 20 ekor, yang terdiri dari 15 ekor jantan dan 5 ekor betina ke Kabupaten Mentawai.

Sekadar informasi, untuk sampai ke Kabupaten Bengkalis dari BPTU Padang Mengatas harus menempuh jarak sekitar 10 jam perjalanan darat, sementara ke Pulau Mentawai dibutuhkan waktu sekitar 40 jam perjalanan melalui jalur darat.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH Kementan, Sugiono menjelaskan, sapi pesisir merupakan plasma nutfah dan sudah ditetapkan sebagai rumpun sapi lokal Indonesia yang mempunyai sebaran asli geografis di Sumatera Barat. Sapi pesisir ini juga sudah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2908/Kpts/OT.140/6/2011 tanggal 17 Juni 2011.

"Sejak tahun 2013, BPTU-HPT Padang Mengatas sudah memurnikan sapi pesisir untuk mendapatkan genetik aslinya," ungkap Sugiono.

Ia menambahkan, selama ini sistem pemeliharaan sapi pesisir di masyarakat secara ekstensif berpotensi memungkinkan terjadinya inbreeding atau kawin sedarah yang sangat tinggi, sehingga akan menyebabkan penurunan produktivitas.

Namun, sapi pesisir juga diketahui memiliki beberapa keunggulan, di antaranya sangat toleran dengan lingkungan ketersediaan pakan yang minim, sistem reproduksi sangat produktif, tingkat keberhasilan diatas 90 persen dan sampai saat ini belum ada satupun penyakit khusus yang ditemukan pada sapi tersebut.

"Sapi Pesisir lebih tahan terhadap penyakit, produktivitas tinggi, dan pakannya hemat. Diakui memang sapi ini memiliki banyak keunggulan," ucap Sugiono.

Pada saat ini populasi sapi pesisir di Padang Mengatas mencapai 540 ekor per 30 Juni 2020. Lalu, dari hasil seleksi tercatat ada 124 ekor sapi jantan pesisir yang siap dipasarkan.

"Sebagai informasi, bagi para peternak yang ingin memelihara sapi pesisir maupun Simmental dan Limousin silahkan berkirim surat ke email bptu_patas@yahoo.com atau menghubungi tim penjualan melalui nomor WhatsApp di 0821169064719," tutur Sugiono. (INF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer