Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Cuaca Ekstrem | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KUALITAS DOC PADA MUSIM PANCAROBA


DOC merupakan salah satu faktor penting yang diperhatikan dalam pemeliharaan unggas komersial dengan pola holistik.

Fakta investigasi pola holistik. Pada musim pancaroba, di setiap pergantian musim pada perubahan cuaca ektrem sering ditemukan DOC dengan kondisi yang tidak merata, kecil, lemah, dan kurang stabil.

Apabila dibiarkan bercampur dengan lainnya, terjadi kompetisi, akibatnya DOC yang kecil, lemah, dan kurang stabil tersebut kondisinya semakin memburuk, saat divaksinasi tidak memberikan respon yang baik, hasil vaksinasi tidak optimal, berisiko mudah sakit dan berpotensi menjadi agen penyebar penyakit.

Solusi pola holistik dengan upgrade manajemen sebagai berikut: 
• Sebelum masuk DOC disediakan brooding khusus sebut saja brooding ICU (Intensive Care Unit) dengan kapasitas 10% dari populasi pada setiap kandang, komplet dengan pemanas, tempat pakan, dan tempat minum. (Misal 1 kandang isi 6.000 ekor (buat 4 brooding standar @1.500 + 1 brooding ICU kapasitas 600 ekor)

• Ketika DOC datang... Selengkapnya simak di kanal YouTube Majalah Infovet:
https://www.youtube.com/watch?v=56jq9lguFes 


Agar tidak ketinggalan info konten terbaru, silakan kunjungi:
https://www.youtube.com/@majalahinfovet6267/videos 
Subscribe, Like, dan Share. Anda juga bisa memberi komentar dan usulan konten lainnya di kolom komentar.

JURUS MENANGKAL SERANGAN PENYAKIT UNGGAS IMBAS PERUBAHAN CUACA EKSTREM


Terjadinya pergeseran musim dan perubahan cuaca ektrem menyebabkan lingkungan peternakan menjadi kurang kondusif, akibatnya daya tahan tubuh unggas melemah dan membuka peluang masuknya berbagai macam penyakit, terjadi emerging disease, serta re-emerging disease dengan manifestasi penyakit yang bervariasi dan kompleks.

Budi daya unggas komersial adalah bisnis, berbeda dengan memelihara hewan kesayangan, penelitian, atau kegiatan sosial. Setiap rencana harus diperhitungkan, karena memiliki konsekuensi bisnis, dengan pertimbangan menguntungkan atau merugikan, apakah risiko bisa dikendalikan.

“Jika unggas terlanjur sakit, pertumbuhan pasti terganggu, bobot ayam tidak merata, dan berisiko terjadi kematian sehingga sangat merugikan,” ujar Baskoro.

Pengobatan terhadap unggas yang sakit adalah tindakan logis untuk meminimalisir kerugian, tetapi meskipun sembuh pertambahan bobotnya tidak cukup menutup biaya pengobatan yang dikeluarkan dan kerugian konversi pakan. Fakta di lapangan kasus penyakit unggas sering muncul bersamaan sebagai infeksi kompleks, sehingga hasil pengobatan tidak memuaskan dan berisiko terjadi residu antibiotik.

Hasil investigasi pola holistik membuktikan bahwa… Selengkapnya simak di kanal YouTube Majalah Infovet:
https://www.youtube.com/watch?v=r4HTdBjVYj8


Agar tidak ketinggalan info konten terbaru, silakan kunjungi:
https://www.youtube.com/@majalahinfovet6267/videos
Subscribe, Like, dan Share. Anda juga bisa memberi komentar dan usulan konten lainnya di kolom komentar.

CERMAT MEMBACA IKLIM DAN CUACA AGAR PERFORMA PRIMA

Pakan dan air minum harus dijaga kualitasnya. (Foto: Infovet/Ridwan)

Sudah jadi suatu kepastian bahwa iklim dan cuaca merupakan faktor berpengaruh pada budi daya peternakan terutama unggas. Peternak dituntut bisa membaca situasi iklim dan cuaca agar performa tetap prima.

Siapa tak kenal Napoleon Bonaparte, seorang pemimpin militer Perancis yang terkenal di seluruh dunia karena sepak terjangnya dalam revolusi Perancis dan Amerika. Nyatanya Napoleon bukanlah seorang panglima tanpa tanding yang tidak pernah kalah dalam setiap peperangan.

Yang paling terkenal adalah ketika dirinya harus kalah pada peperangan Waterloo dan dipukul mundur pasukan koalisi Inggris, Belanda dan Jerman. Mengapa Napoleon bisa kalah? Sejarah mengatakan bahwa Napoleon sesungguhnya kalah oleh cuaca ekstrem bukan oleh pasukan koalisi. Karena hal tersebut ketelitian dan kecermatan membaca iklim dan cuaca amatlah penting.

Dari cerita tersebut, tentunya dapat menjadi inspirasi bagi bahwasanya siapa yang dapat memprediksi, mengatasi, atau bersahabat dengan iklim dan cuaca akan mendapatkan hasil yang baik, begitu pula dengan beternak. Sudah menjadi bagian dari takdir bahwa Indonesia beriklim tropis dengan dua musim dan peternak harus bisa hidup bersahabat dengan hal tersebut.

Musim Panas yang Panjang
Beberapa tahun belakangan, Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa Indonesia mengalami musim kemarau panjang selama 2019-2020, hal ini terjadi karena rendahnya suhu permukaan laut dari pada suhu normalnya yang berkisar 26-27° C di wilayah perairan Indonesia bagian selatan dan barat. Imbasnya pembentukan awan berkurang di beberapa wilayah Indonesia. Hal itu mengakibatkan kekeringan yang berdampak pada ketersediaan air bersih dan suhu panas.

Namun begitu, pada penghujung tahun 2020 menuju 2021 cuaca berubah, hujan mulai turun dengan curah hujan tinggi dan terjadi perubahan suhu ekstrem. Tentunya ini menjadi tantangan bagi peternak, karena ternak terutama unggas modern mudah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2021. (CR)

PENYAKIT MENGANCAM TANPA KENAL JAM

Risiko masalah kualitas air ketika cuaca ekstrem bisa meningkat. (Foto: Istimewa)

Dalam setiap musim, baik kemarau dan penghujan tentunya ancaman yang berbeda akan dihadapi peternak. Baik dari segi penyakit dan lingkungan, ancaman tersebut memerlukan strategi yang berbeda.

Cuaca Kering Bikin Ayam Geuring
Di musim kemarau biasanya pada peternakan broiler akan ditemukan kejadian dimana 1-2 ekor ayam yang dipelihara mengalami panting kemudian mati secara tiba-tiba, namun hanya menimpa ayam berukuran besar. Biasanya kejadian tersebut merupakan indikasi ayam mengalami heat stress.

Kematian akibat heat stress cenderung menimpa ayam dewasa karena secara alami tubuh ayam akan menghasilkan panas (hasil metabolisme), ditambah suhu lingkungan yang semakin panas terutama disaat kemarau, sehingga panas dari dalam tubuh tidak bisa distabilkan. Dampak akhir yang terjadi ialah kematian.

Ironisnya, kejadian heat stress tidak hanya terjadi pada ayam broiler, namun juga layer. Yang menjadi pertanyaan seiring adanya perubahan iklim akibat pemanasan global, apakah kasus heat stress hanya disebabkan oleh faktor suhu dan kelembapan lingkungan?

Technical Education and Consultation PT Medion, Drh Christina Lilis, menjelaskan heat stress sudah menjadi problematika utama di dunia perunggasan Indonesia. Stres ini akan muncul ketika ayam tidak bisa membuang panas dari dalam tubuhnya akibat tingginya cekaman suhu.

“Ayam komersial modern yang selama ini kita pelihara termasuk hewan homeotermal, yaitu mampu mengatur suhu tubuhnya sendiri karena memiliki sistem termoregulator. Ayam modern juga lebih sensitif terhadap perubahan suhu, oleh karenanya butuh trik khusus dalam manajemen pemeliharaan,” tutur Christina.

Ia melanjutkan, banyak faktor lain yang memengaruhi kondisi suhu panas di kandang yang membuat ayam stres karena panas, misalnya metabolisme internal dari tubuh ayam, radiasi sinar matahari, aktivitas fermentasi mikroba pada litter kandang. Ketika ayam menghadapi kondisi panas dari berbagai sumber tersebut, ayam akan merespon dengan cara menurunkan suhu tubuhnya melalui pengeluaran kelebihan energi panas dari dalam tubuh.

Mekanisme pengeluaran panas tubuh ini akan berfungsi secara normal (optimal), saat ayam dipelihara pada… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2021. (CR)

BERSAHABAT DENGAN IKLIM DAN CUACA AGAR PERFORMA TETAP TERJAGA

Pakan dan air minum harus dijaga kualitasnya. (Foto: Istimewa)

Tidak bisa dipungkiri, iklim dan cuaca merupakan faktor yang juga mempengaruhi budidaya peternakan terutama unggas. Bagaimanapun juga, peternak Indonesia harus dapat mengatasi kondisi iklim yang belakangan ini cukup ekstrem.

Ada sedikit cerita menarik mengenai iklim dan cuaca, alkisah di Negeri Tirai Bambu pada masa sebelum zaman tiga kerajaan terjadilah peperangan yang disebut Battle of Chibi. Singkat cerita, pihak Cao-Cao dengan armada besar dipukul mundur oleh aliansi Sun Quan dan Liu Bei dengan jumlah pasukan yang lebih sedikit. Hal ini diakibatkan karena pasukan Cao-Cao tidak cakap dalam memprediksi cuaca dan iklim yang sebaliknya dimanfaatkan oleh pasukan aliansi, sehingga mereka dapat dikalahkan.

Dari cerita tersebut, tentunya dapat menjadi inspirasi bahwasanya siapa yang dapat memprediksi, mengatasi, atau bahkan bersahabat dengan iklim dan cuaca akan mendapatkan hasil yang baik, begitu pula dengan beternak. Sudah menjadi bagian dari takdir bahwa Negara ini beriklim tropis dengan dua musim, suka atau tidak peternak harus bisa hidup dan bersahabat dengan kondisi tersebut.

Pengaruh Cuaca Panas
Beberapa tahun belakangan ini, Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa Indonesia mengalami musim kemarau panjang di 2019, hal ini terjadi karena rendahnya suhu permukaan laut daripada suhu normalnya yang berkisar antara 26-27 °C di wilayah perairan Indonesia bagian Selatan dan Barat. Imbasnya pembentukan awan berkurang di beberapa wilayah Indonesia. Berkurangnya pembentukan awan akan mengakibatkan kekeringan yang berdampak pada ketersediaan air bersih serta suhu panas.

Namun begitu, pada penghujung 2019 cuaca berubah, hujan mulai turun dengan curah hujan yang sangat tinggi. Selain itu, tingginya curah hujan mengakibatkan banjir di beberapa wilayah Indonesia disertai dengan perubahan suhu ekstrem. Tentunya ini menjadi tantangan bagi peternak, karena ternak terutama unggas modern akan sangat mudah stres karena faktor cuaca.

Menurut peneliti dan praktisi perunggasan dari HAS University Belanda, Lenny Van Erp, bahwa cuaca dan iklim... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2020. (CR)

AGAR AMAN DI SEGALA MUSIM

Kejelian peternak dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi ternaknya pada saat cuaca ekstrem. (Foto: Dok. Infovet)

Indonesia merupakan salah satu negara dengan iklim tropis dua musim. Tentunya perkembangan peternakan unggas di indonesia juga tergantung dengan kondisi iklim yang sedang terjadi. Terutama perubahan dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Perubahan yang sangat mendasar dari musim kemarau ke musim hujan sangat dipengaruhi oleh suhu, kecepatan angin, kelembapan, kadar oksigen dan curah hujan. Kelima faktor tersebut yang akan mempengaruhi bagaimana manajemen pemeliharaan unggas di musim penghujan, yang meliputi kualitas air, kualitas pakan, manajemen kandang, manajemen pemeliharaan dan penyebaran bibit penyakit.

Untuk dapat bertahan di dalam kondisi cuaca yang ekstrem dan perubahan musim yang terkadang tidak terprediksi dibutuhkan trik tertentu. Oleh karenanya, kejelian peternak dalam membaca situasi sangat diperlukan. Beberapa pengalaman dan saran para ahli di bawah ini setidaknya dapat menjadi referensi agar performa tetap terjaga di segala kondisi musim.

Cegah Heat Stress di Musim Kemarau
Heat stress merupakan suatu cekaman yang disebabkan akibat suhu udara yang melebihi zona nyaman (> 28 °C). Gangguan ini dikarenakan ayam tidak bisa menyeimbangkan antara produksi dan pembuangan panas tubuhnya. Mekanisme pengeluaran panas tubuh ayam akan berfungsi normal (optimal) saat ayam dipelihara pada zona nyaman (comfort zone), dengan suhu kandang 21-28 °C dan kelembapan 60-70%. Problem heat stress memang kerap kali terjadi di musim kemarau, utamanya pada peternak yang masih menggunakan sistem kandang terbuka.

Heat stress kerap terjadi pada ayam dewasa. Biasanya ayam mengalami panting (nafas terengah-engah), yaitu bernapas melalui tenggorokan atau melakukan evaporasi (penguapan). Saat panas, konsumsi ransum juga menurun sehingga asupan nutrisi ayam tidak terpenuhi, nilai FCR membengkak dan pertumbuhan bobot badan pun terhambat. Selain itu, sistem kekebalan tubuh juga akan melemah (bersifat imunosupresif) dan dampak paling parah yang ditimbulkan ialah kematian mendadak.

Ada beberapa trik yang dapat dilakukan dalam mencegah heat stress di musim kemarau. Prof Charles Rangga Tabbu, praktisi perunggasan yang juga guru besar FKH UGM, memaparkan bahwa... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2020. (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer