Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Bahan baku pakan | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

HARGA JAGUNG NAIK, PETERNAK AYAM PETELUR TERCEKIK

Peternak Ayam Petelur Mengeluhkan Harga Jagung Yang Melambung

Peternak ayam petelur di Jawa Timur terus menjerit akibat harga pakan khususnya harga jagung yang melambung tinggi. Dampaknya, biaya produksi yang tinggi sedangkan harga jual telur murah membuat peternak defisit.

Salah satu peternak Jatim Arum Sabil menyebut bencana untuk peternak telur lokal sudah terjadi berbulan-bulan. Bencana terjadi karena jagung yang menjadi bahan baku utama pakan ayam harganya terus melambung tinggi.

"Sekarang seluruh peternak ayam petelur se-Indonesia sudah terkapar betul. Jagung sebagai pakan utama harganya melambung tinggi yang mengancam terjadinya kebangkrutan massal bahkan bencana bagi peternak telur lokal," kata Arum Sabil saat dikonfirmasi, Senin (22/1/2024).

Dampak dari bencana ini, lanjut Arum, seluruh peternak ayam petelur bisa-bisa mengalami kebangkrutan massal dan tidak ada produksi telur dalam negeri.

Peternak asal Jember tersebut ingin agar kondisi ini tidak dibiarkan oleh pemerintah. Ia berharap pemerintah memberikan perhatian kepada peternak dengan mengambil kebijakan yang adil agar memberi keseimbangan harga jagung supaya tidak terjadi kegaduhan bisnis dan tetap menghasilkan produksi telur yang sehat dan aman dikonsumsi.

"Saya kira sudah jelas bahwa Presiden Jokowi itu memberikan perintah kepada seluruh pemangku kebijakan untuk melindungi peternak. Perintah presiden ini harus dijalankan dengan baik oleh para menteri dan pemangku kebijakan lainnya. Jika ditemukan penyelewengan yang dilakukan pihak-pihak tertentu, maka pemerintah wajib menindak tegas. Terapkan sistem reward and punishment. Kami peternak tidak egois karena semua harus seimbang," tambahnya.

Arum membeberkan saat ini terjadi kelangkaan jagung karena Indonesia baru saja mengalami kekeringan panjang atau El Nino. Hal ini membuat pemerintah melakukan impor jagung. Sayangnya, di bagian distribusi, jagung impor tidak disalurkan kepada pihak-pihak yang benar-benar membutuhkan.

"Jadi kalau jagung impor, prioritaskan ke peternak telur lokal dulu. Jangan sampai diprioritaskan kepada pabrikan atau perusahaan besar. Bagaimana pun peternak lokal itu menjadi roda perekonomian di desa," jelasnya.

Arum mengusulkan agar jagung impor diprioritaskan untuk peternak lokal. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya persaingan antara peternak lokal dan perusahan pabrik pakan.

"Ini harus diseimbangkan. Kalau perlu jangan sampai jagung lokal dikuasai oleh pihak tertentu. Negara harus hadir. Bulog harus terlibat dengan distribusi ke peternak agar harga seimbang," ucapnya.

Arum juga meminta pemerintah untuk membuat regulasi yang mengatur bahwa pabrik pakan tidak boleh mendirikan ternak ayam. Satu sisi mereka punya pabrik pakan dan satu sisi punya kandang ayam telur yang besar membuat peternak lokal tersisih.

"Akibatnya peternak kecil akan mati. Pertenak kecil dibunuh sedangkan perusahaan besar dihidupkan. Kalau perusahaan besar mereka bisa tutup, tapi peternak kecil mereka lah yang tetap konsisten dan memberikan keseimbangan," kata Arum.

"Kalau ingin melindungi konsumen telur, maka lindungilah peternaknya. Karena kalau sampai nanti para peternak kita mati, maka menjadi ancaman yang tidak baik terhadap sumber protein yang murah yang berasal dari peternakan rakyat," tambahnya.

Idealnya, kata Arum, harga telur saat ini berada di kisaran 35-45 ribu rupuah per Kg karena bahan baku pakan sangat mahal. Peternak tidak ingin harga mahal tapi harga yang seimbang dengan biaya produksi agar usahanya tetap berjalan dengan baik.

"Masyarakat harus diberi edukasi oleh pihak berwenang. Jangan mudah menganggap dan memberikan penilaian sepihak bahwa telur mahal. Masyarakat juga punya tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan ini semua. Jangan sampai isu kemahalan harga pangan mematikan sumber pangan itu sendiri. Masyarakat harus diedukasi tentang sumber pangan yang sehat dikonsumsi," tegasnya.

Arum juga mengimbau ke masyarakat agar mewaspadai telur infertil atau telur gagal tetas yang beredar. Sebab, telur infertil memiliki dua bahaya yakni untuk kesehatan konsumen, dan kesehatan bisnis peternak.

Arum menyebutkan, tingginya tingkat peredaran telur infertil di pasaran membuat peternak menjerit. Telur infertil ini biasanya dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibanding telur biasa. Padahal, menurut Peraturan Kementerian Pertanian atau Permentan Nomor 32 tahun 2017, telur infertil dan telur tertunas dilarang diperjualbelikan sebagai telur konsumsi.

"Telur ayam infertil memiliki usia layak konsumsi yang sangat pendek, karena itulah telur ayam infertil tidak direkomendasikan untuk dijual. Satgas pangan dan aparat penegak hukum harus terus melaksanakan tugasnya memberantas beredarnya telur infertil," ungkapnya.

"Tak sedikit masyarakat yang minim literasi kesehatan pangan terpaksa membeli telur yang murah, padahal belum tentu sehat dan aman dikonsumsi. Itulah sebabnya kami harap pemerintah memberi policy untuk kebijakan jagung agar diprioritaskan kepada peternak lokal yang selama ini memang menghasilkan produk telur terbaik," tandas Arum Sabil. (INF)



SELKO AJAK STAKEHOLDER MELINDUNGI DAN MENJAGA KUALITAS BAHAN BAKU PAKAN

Para narasumber yang hadir dalam webinar

Pakan ternak biasanya dibuat dengan menggunakan campuran berbagai macam bahan baku, termasuk bahan baku yang berasal dari tanaman bebijian semisal jagung dan gandum. Kualitas bahan baku yang digunakan tentunya akan menentukan kualitas produk pakan yang diproduksi. 

Kualitas pakan juga tentunya akan berbanding lurus dengan keamanaan pakan alias feed safety. Semakin baik kualitasnya, keamanan dari pakan pasti akan lebih terjamin. Atas dasar tersebut, Selko bersama GMP+ International mengadakan webinar berjudul "Preserve & Protect : Why Grain Preservation Matters". Seminar tersebut berlangsung secara daring pada Rabu (16/5) melalui situs resmi Selko.

Hadir sebagai pembicara yakni Bram Schuit selaku Commercial DirectorGMP+ International, Remco Veelenturf, Manager Scheme & Customer ServiceGMP+ International, serta Pieter Steyn, Commercial Technical Manager - Raw Material QualitySelko.

Sebagai pengantar Bram mengingatkan bahwa keamanan pakan juga sangat erat kaitannya dengan keamanan pangan karena pakan yang dimakan oleh ternak juga akan menentukan status kesehatannya. 

"Jaminan kualitas ini harus dijaga, karena nantinya manusia juga yang akan terkena imbasnya jika mengonsumsi produk hewan dengan kualitas yang buruk akibat kualitas pakan yang buruk," kata Bram.

Ia juga memperkenalkan GMP+ International sebagai salah satu lembaga sertifikasi keamanan pakan terkemuka di dunia dengan lebih dari 300 klien di seluruh dunia. Bram dalam hal ini juga menyebutkan bahwa GMP+ International dalam menjalankan jasa ini mereka menggandeng para ahli dibidangnya, termasuk Nutreco Group.

Sementara itu Remco Veelenturf mengatakan bahwa dalam menjamin kualitas bahan baku, ada tiga komponen yang menjadi poin penting yakni trust, commitment , dan behaviour. Kesemuanya ini tentu saling terkait. 

"Jika kita dapat menyediakan bahan baku berkualitas prima secara kontinu kepada customer dalam jangka waktu yang lama, maka kepercayaan akan tumbuh. Komitmen juga dibutuhkan oleh produsen dan konsumen untuk saling menjaga kepercayaan ini. Selanjutnya ini akan menjadi kebiasaan yang menular kepada stakeholder lainnya," tutur Remco.

Remco juga bilang bahwa pada era disrupsi seperti sekarang, orang tidak memikirkan lagi masalah harga, yang mereka pikirkan adalah ketersediaan atas bahan baku serta kualitas yang baik dan mutu terjamin yang dapat dipercaya dalam waktu yang panjang. 

Dalam kesempatan yang sama, Pieter Steyn menjabarkan berbagai macam solusi yang disediakan oleh Selko dalam menjaga kualitas bahan baku, dan menjalankan program preserve & protect all supply chain

"Selain dalam bentuk produk feed additive yang dapat menjaga kualitas bahan baku, kami juga hadir dengan berbagai solusi berupa jasa seperti fylax preservation, pemeriksaan laboratorium, serta database yang lengkap dari seluruh dunia. Semua itu dapat kami sesuaikan dengan keinginan klien," tuturnya.

Layaknya Remco, Pieter juga bilang bahwa di era disrupsi seperti ini selain menjaga ketersediaan, yang tidak kalah penting untuk dijaga adalah kualitas. Dengan terjaminnya kualitas bahan baku, maka terjamin pula kualitas produk pakan, sehingga berujung pada berkualitasnya produk pangan asal hewan yang berujung pada kesejahteraan umat manusia. (CR)


FASILITAS HANDLING BAHAN PAKAN TERNAK TRGU AKAN BEROPERASI DI 2023

 

PT Cerestar Indonesia Group bersiap operasikan fasilitas handling pakan ternak komersial. (Foto: Istimewa)

Emiten produsen tepung olahan gandum yang merupakan bagian dari Cerestar Group, PT Cerestar Indonesia Tbk (TRGU) akan segera mengoperasikan fasilitas handling pakan ternak secara komersial untuk melebarkan rentang bisnisnya.

Dalam siaran pers yang diterima Redaksi Infovet, Selasa (18/10), ekspansi TRGU ke dalam bisnis bahan pakan ternak melengkapi lini produk bahan ternak produk samping tepung terigu (wheat bran pollard) dengan bahan pakan ternak lain seperti bungkil kedelai (SBM/Soybean Meal), dan DDGS (distillers dried grains with solubles). Bahan pakan ternak tambahan tersebut akan diimpor dan didistribusikan oleh anak perusahaan TRGU, PT Agristar Grain Industry (AGY).

AGY saat ini sedang membangun fasilitas gudang dan pengemasan pakan ternak di daerah Cilegon yang diharapkan selesai pada kuartal I 2023, sehingga dapat beroperasi secara komersial pada kuartal II.  

Pembangunan fasilitas gudang dan pengemasan tersebut dibiayai dengan dana hasil penawaran perdana saham kepada publik (IPO), dimana pada bulan Juli lalu TRGU berhasil meraih Rp315 miliar melalui IPO. 

Sesuai janji Perseroan dalam prospektus, sekitar 33,33% dana hasil IPO tersebut digunakan untuk membangun fasilitas gudang dan pengemasan AGY. Pembangunan fasilitas gudang dan pengemasan tersebut telah menyelesaikan proses pembangunan fondasi, infrastruktur jalan, dan drainase. Saat ini sedang dalam proses konstruksi Gedung Gudang.

AGY sudah dipersiapkan dan didirikan sejak tahun 2008, walaupun belum beroperasi secara komersial, karena Perseroan menyadari produk samping dari olahan tepung terigu dapat diolah menjadi bahan baku pakan ternak. Karena saat ini jumlah produk samping pakan ternak dari existing product (produk yang ada) sudah terserap dengan baik, maka TRGU memutuskan untuk segera mendiversifikasi portfolio bahan pakan ternak perseroan dengan mengoperasikan fasilitas handling pakan ternak secara komersial.

“Pakan ternak ini memiliki pasar yang besar, jauh lebih besar dari pada tepung terigu untuk konsumsi manusia,” kata Direktur Utama Cerestar Indonesia, Indra Irawan.

Kendati bayang-bayang ancaman resesi ekonomi, Perseroan tetap optimis laba tahun 2022 akan dapat tercapai di atas 100% dari target. Pada Semester I 2022, TRGU membukukan laba bersih Rp19,69 miliar atau telah mencapai 99% dari target laba bersih 2022 yang Rp20 miliar.

Adapun untuk penjualan, persoalan kenaikan harga tepung terigu terkait perang Rusia-Ukraina, telah diatasi Perseroan dengan penyesuaian harga secara bertahap.  

Melalui pendekatan bertahap tersebut, penjualan tepung terigu Perseroan tetap meningkat di tengah kenaikan harga akibat perang Rusia-Ukraina tersebut. Pada Semester I tahun ini penjualan tepung terigu TRGU mencapai 242.000 MT meningkat dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar 226.000 MT. (INF)




BEC BEBERKAN SOLUSI LENGKAP HADAPI MIKOTOKSIN

Webinar Peluncuran MegaFix


Permasalahan mikotoksin di dunia peternakan merupakan salah satu topik yang tak pernah bosan dibahas. Pasalnya mikotoksin merupakan isu yang memang mendunia dan masih sering muncul yang seakan tidak pernah ada habisnya. 

Keresahan tersebut kemudian diterjemahkan oleh PT BEC Feed Solutions Indonesia. Mereka menggelar webinar bertajuk "Multiaction Toxin Binder as A Complete Solution for Mycotoxins" pada Rabu (15/6) yang lalu melalui aplikasi Zoom Meeting. Acara tersebut juga menjadi acara launching produk baru dari salah satu principal BEC yakni ICC Brazil yang bernama Megafix.

Anjasmoro Diono selaku Regional Sales Manager PT BEC Feed Solutions Indonesia dalam sambutannya menyatakan rasa terima kasihnya kepada para peserta yang telah hadir menyempatkan waktunya. Ia juga berkata bahwa kerjasama antara BEC dan ICC ini merupakan salah satu langkah dalam menyediakan produk toxin binder yang berkualitas bagi para peternak Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama Ryan Wong selaku Sales Manager South East Asia ICC mengatakan bahwa ICC senantiasa berinovasi dan memberikan solusi terbaik atas masalah yang dihadapi oleh peternak. Terkait problematika di negara tropis, kata Ryan memang tidak bisa dipungkiri mikotoksin masih menjadi ancaman, tidak hanya di Asia Tenggara bahkan di seluruh dunia. Oleh karenanya ICC hadir untuk memberikan solusi terbaik.

Meminimalisir Risiko Cemaran Mikotoksin

Pemateri pertama dalam acara tersebut yakni Mega Pratiwi Saragi selaku Nutritionist dari PT BEC Feed Solutions Indonesia. Dalam pemaparannya Mega menyajikan data yang mengejutkan dari FAO, disitu disebutkan bahwa sekitar 540 juta ton biji - bijian tercemar oleh mikotoksin. Akibat dari cemaran mikotoksin tersebut kerugian yang terjadi yakni sekitar 540 milyar USD.

"Ini baru dari dampak ekonominya, belum dari dampak lain seperti kesehatan hewan dan kesehatan manusia, oleh karena itu mikotoksin sudah menjadi isu global," tutur Mega.

Ia melanjutkan bahwa setidaknya ada 3 faktor yang mempengaruhi cemaran mikotoksin yakni iklim, proses pemanenan, dan manajemen handling dari mikotoksin. Yang apabila satu saja diantara tiga faktor tersbeut mendukung, maka cemaran mikotoksin pada biji - bijian akan tinggi nilainya.

Di Indonesia sendiri menurut Mega, banyak faktor yang memungkinkan cemaran mikotoksin terjadi misalnya pada saat tanaman masih ditanam, proses pemanenan, penyimpanan, saat processing (terjadi cross contamination), dan saat diberikan langsung kepada ternak dalam bentuk pakan.

"Oleh karena itu manajemen yang baik dalam handling bahan baku serta pemrosesan pakan juga penting untuk diperhatikan karena itu juga menjadi faktor penting tinggi / rendahnya cemaran di dalam pakan," kata Mega.

Ia memberikan beberapa langkah antisipasi mencegah cemaran mikotoksin, misalnya mencegah cemaran saat tanaman masih dalam masa tanam (penggunaan fumisida ramah lingkungan), memperbaiki kualitas gudang penyimpanan, memisahkan bahan baku yang terkontaminasi, pemeliharaan mesin processing, dan tentunya penggunaan toxin binder.

"Toxin binder merupakan asuransi bagi kita, setidaknya setelah menerapkan manajemen yang baik dalam pemrosesan dari mulai masa tanam, toxin binder akan menyempurnakan semua proses tadi, tentunya toxin binder yang digunakan juga harus bersifat multi aksi, tepat guna, dan berkualitas, karena masalah mikotoksin memang tidak bisa kita elakkan" tutupnya.

MegaFix® Mikotoksin Multiaksi Yang Efektif

Seperti yang tadi disebutkan, penggunaan mikotoksin yang berkualitas menjadi salah satu kunci dalam menurunkan cemaran mikotoksin dan meningkatkan kualitas pakan maupun bahan baku. 

Dr Kuo-Wei Ssu selaku General Manager ICC ASIA selaku narasumber kedua juga memaparkan data yang mengejutkan. Dimana negara eksportir besar bahan baku seperti USA dan beberapa negara Amerika latin memiliki cemaran mikotoksin yang tinggi pada biji-bijian hasil pertaniannya. 

"Aflatoksin masih mendominasi, DON, Fumitoksin, Zearalenone dan hampir semua cemaran mikotoksin ada pada hasil pertainan tersebut. Ini tentu sangat membahayakan baik untuk kesehatan ternak maupun manusia," kata Dr Kuo.

Ia juga menyebutkan bahwa dalam konsentrasi yang sedikit saja, mikotoksin tetap berisiko menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Yang terjadi pada ternak misalnya imunosupresi, infeksi subklinis, kegagalan vaksinasi, yang berujung pada mudahnya ternak untuk terinfeksi oleh penyakit infeksius lainnya.

"Tentunya kita tidak ingin ini terjadi di setiap siklus pemeliharaan, pastinya peternak berharap akan keuntungan, namun bila cemaran mikotoksin merajalela maka yang terjadi akan sebaliknya bukan?," kata dia.

Dalam mengurangi risiko cemaran mikotoksin Dr Kuo menyarankan penggunaan MegaFix®. Produk tersebut merupakan produk toxin binder generasi keempat yang dimiliki oleh ICC Brazil. Produk ini dikembangkan secara khusus untuk merespon tantangan akut yang disebabkan oleh mikotoksin, seperti zearalenone dan DON.

MegaFix® memiliki bahan aktif aluminosilikat yang diaktifkan secara kimia, B-Glucan dengan konsentrasi dan resistensi tinggi , dan alga mikronisasi. Efek sinergis dari komposisi ini membuat MegaFix® menjadi solusi yang memiliki teknologi terkini dan alami dalam memerangi dan mengurangi risiko cemaran mikotoksin.

Bukan hanya itu, MegaFix® juga memiliki dengan probiotik yang mampu menghasilkan enzim yang dapat mendenaturasi mikotoksin sehingga dapat mengurangi cemaran mikotoksin dalam jumlah yang signifikan.

Kandungan enzim kompleks yang terdapat dalam MegaFix® juga berperan dalam proses pemecahan berbagai jenis mikotoksin seperti T2, fumitoksin, fumonisin, ochratoksin, dan zearalenone.

Tentunya dengan penggunaan MegaFix® banyak keuntungan yang akan didapat oleh peternak seperti perlindungan tinggi dan spesifik terhadap mikotoksin terutama Aflatoxin, Zearalenone, Fumonisin, Ochratoxin and T-2. Ternak juga akan terhindar dari kerusakan hati yang disebabkan oleh mikotoksin. Respon imun yang dalam tubuh ternak juga akan meningkat, sehingga performa dari ternak akan senantiasa terjaga yang tentunya akan mengurangi kematian pada ternak. 

Jangan pula lupakan dampak positif pada manusia dimana penggunaan MegaFix® juga dapat mengurangi residu mikotoksin pada produk asal ternak seperti telur, karkas, dan susu. Tentunya dengan banyaknya dampak positif yang didapat oleh peternak, jangan ragu lagi untuk menggunakan MegaFix®. (ADV)











MEMBERI NILAI TAMBAH PADA PALM KERNEL MEAL SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN TERNAK

PKM, jika di handling dengan benar dapat menjadi substituen bungkil kedelai dan jagung

Pandemi Covid-19 nyatanya juga berpengaruh terhadap kenaikan harga bahan baku pakan ternak. Terhambatnya suplai dan menumpuknya cargo akibat pandemi menyebabkan kenaikan harga bahan baku pakan impor semisal bungkil kedelai dan jagung. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Drh Makmun dalam sebuah acara launching bahan baku pakan berbasis bungkil inti sawit (Palm Kernel Meal / PKM) di Bogor, Senin (26/4) yang lalu.

"Peternak butuh solusi alternatif bahan baku pakan terutama sumber energi dan protein yang harganya terjangkau dan kontinuitasnya panjang. Nah Indonesia sebagai penghasil sawit nomor wahid di dunia seharusnya lebih bisa memanfaatkan PKM untuk kepentingan ini," tutur Makmun.

Mengamini pernyataan Makmun, perwakilan GPMT Sri Subekti juga memaparkan beberapa kendala mengapa hingga saat ini PKM belum menjadi primadona dalam komponen penyusunan ransum ternak, terutama unggas di Indonesia.

"Permasalahan utamanya itu pada cangkangnya, banyak rumor beredar bahwa kandungan cangkang PKM ini menyebabkan luka pada usus ayam. Selain itu kecernaan dari PKM juga masih diperdebatkan karena kandungan serat kasarnya yang tinggi. Yang tidak kalah penting adalah perubahan warna pada pakan yang menjadi kehitaman apabila menggunakan PKM, ini juga menyangkut selera dari orang Indonesia," tutur Sri.

Memanfaatkan Teknologi

Nyatanya memang butuh perlakuan khusus agar PKM benar - benar dapat digunakan dan memberi manfaat pada suatu ransum pakan ternak untuk unggas. Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University Prof. Nahrowi menyatakan bahwa proses hidrolisis pada PKM merupakan sebuah solusi untuk meningkatkan nilai tambah pada PKM.

Dengan label Palmofeed, Nahrowi menjabarkan beberapa keunggulan produk yang diluncurkan pada hari itu. Beberapa keunggulan Palmofeed dibanding PKM biasa adalah : 1. Kandungan cangkang lebih rendah, 2. Warna lebih cerah, 3. protein dan energi lebih tinggi, dan 4. serat kasar lebih rendah.

"Dengan menambahkan proses hidrolisis, kami memberi nilai tambah pada PKM ini. Trial pun sudah dilakukan di ayam petelur komersil, dan hasilnya pun tidak mengecewakan. Meskipun begitu kami baru akan mengnajurkan pemakaian PKM ini pada fase grower dan finisher saja. Dari segi cost pun ini masih affordable dan menguntungkan," papar Nahrowi.

Nahrowi menghimbau kepada para peternak, feedmill, dan nutrisionis agar mau dan berani menggunakan PKM sebagai bahan baku pakan. Karena menurutnya ini adalah sebuah keniscayaan bahwa ketika suatu bahan baku pakan sulit didapatkan atau harganya melangit, maka bahan baku alternatif merupakan suatu solusi.

"Saya mengajak kepada saudara - saudara sekalian, ayo kita pakai PKM, enggak harus palmofeed enggak apa - apa. Yang penting kita manfaatkan ini, hasil bumi kita sendiri, supaya kita enggak tergantung lagi dari bahan baku pakan impor," tutup Nahrowi. (CR) 



ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer