Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Air Minum | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

SUDAH SIAPKAH KITA HADAPI MUSIM PENGHUJAN?

Kandang panggung, aman dari banjir pada musim penghujan. (Foto: Istimewa)

Tanpa terasa waktu berlalu kembali bersua dengan pergantian musim. Perubahan musim kemarau ke musim hujan maupun sebaliknya memang masih menjadi momok bagi para peternak unggas. Lalu bagaimana menyiapkan agar performa ayam tetap ciamik di musim penghujan?

Musim penghujan biasanya mencapai puncaknya di antara Desember-Maret. Ada beberapa hal yang dapat menjadi rintangan dalam usaha budi daya ayam broiler maupun layer di musim penghujan dengan curah hujan tinggi.

Ancaman di Musim Penghujan
Mantan Ketua Umum ADHPI, Drh Dedy Kusmanagandi, mengatakan bahwa di musim penghujan ada beberapa hal yang dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan usaha peternakan ayam.

Ancaman pertama menurutnya yakni ketika musim penghujan tiba adalah kelembapan yang tinggi. Kelembapan udara yang tinggi (lebih dari 85%) berdampak kurang baik terhadap pertumbuhan ayam. Saluran pernapasan ayam akan terganggu sebagai akibat tingginya kadar air di udara.

Selain itu, lingkungan yang lembap merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan bakteri, virus, parasit, maupun jamur, sehingga ayam menjadi rentan terhadap serangan penyakit.

Kelembapan udara yang tinggi juga bisa menyebabkan kondisi sekam pada kandang postal menjadi cepat lembap, basah dan menggumpal, sehingga kandungan gas amonia di kandang naik. Ditambah dengan kondisi sekam basah yang bisa menjadi media pertumbuhan bibit penyakit.

“Peternak yang menganut 'mazhab' kandang terbuka akan lebih terpengaruh oleh kelembapan udara tinggi dibanding ayam yang dipelihara dengan kandang tertutup. Hal ini jelas karena pada kandang tertutup terjadi pergerakan udara yang stabil dan tingkat kelembapan udara di dalam kandang bisa diatur sesuai kebutuhan ayam,” tutur Dedy.

Ancaman berikutnya adalah faktor kecepatan angin yang bertambah secara ekstrem. Di beberapa tempat sering kali pada musim pancaroba kecepatan angin berubah drastis, sehingga menyebabkan ayam terkena stres dingin ekstrem, bahkan ada beberapa kandang yang rusak dan roboh. Kerusakan tersebut akan mengakibatkan kerugian besar bagi peternak dan otomatis mengganggu kelancaran usaha.

Selain itu, ancaman juga datang dari tercemarnya air minum. Peningkatan curah hujan akan menambah volume air tanah. Meski jumlahnya bertambah, hal ini justru sering memicu masalah baru, yaitu penurunan kualitas air. Hal ini umumnya terjadi secara fisik, kimia, maupun biologi (jumlah mikroba patogen). Secara fisik air menjadi keruh, berbau dan bercampur partikel organik atau material lumpur.

Ahli nutrisi Fapet IPB, yang juga Ketua Center for Tropical Animal Studies (CENTRAS), Prof Nahrowi, menyatakan bahwa di musim penghujan biasanya air akan bermasalah pada segi kualitas kandungan bahan kimia. Problem yang muncul ialah kadar logam berat (umumnya zat besi) menjadi lebih tinggi, serta pH air cenderung asam. Air dengan kondisi seperti ini tidak baik diberikan pada ayam dan tidak baik untuk melarutkan obat maupun vaksin.

Sedangkan dari segi kualitas mikrobiologi, pada musim penghujan sumber air di peternakan ayam yang berasal dari sumur, kolam penampungan, danau, atau sungai akan tercemar mikroba patogen, terutama bakteri E. coli (penyebab kolibasilosis) dan Salmonella sp. (penyebab salmonelosis). Bakteri ini terbawa bersama feses ayam atau sampah di lingkungan peternakan.

“Ini sebenarnya adalah titik kritis, kalau tidak mempersiapkan diri dengan kondisi ini, dijamin performa ayam akan anjlok. Kematian juga mungkin tak terhindarkan, makanya jangan sampai luput pada titik ini,” kata Nahrowi.

Masalah pada Pakan
Musim penghujan juga kerap kali menyebabkan masalah pada pakan ayam, baik dalam bidang kualitas maupun kuantitas. Hal ini diungkapkan oleh CEO Nutricell Pacific Indonesia, Suaedi Sunanto.

Pakan merupakan zat yang kaya nutrisi dan mudah lembap. Tingginya kelembapan udara pada musim hujan menyebabkan penyimpanan pakan dalam gudang, baik di gudang induk farm ataupun gudang kandang tidak tahan lama. Keadaan ini disebabkan tingginya kelembapan udara di sekitar kandang yang secara langsung memengaruhi kandungan air di dalam pakan. Kandungan air >14% akan mempercepat pertumbuhan jamur dan penurunan kualitas pakan.

Selain penurunan mutu pakan secara kualitas (penurunan kadar nutrisi) maupun kuantitas (penggumpalan dan kerusakan pakan), pakan juga akan rentan terkontaminasi jamur yang berisiko meningkatnya kadar mikotoksin di dalamnya.

“Keberadaan mikotoksin meningkat mengikuti pertumbuhan koloni jamur. Bagi ayam, mikotoksin menyebabkan kondisi imunosupresi, sehingga ayam mudah terinfeksi bibit penyakit. Meski begitu, ancaman kematian ayam secara serentak bisa juga terjadi,” kata Suaedi.

Selain itu lanjut dia, peternak yang menggunakan pakan hasil formulasi sendiri (self-mixing), pada musim penghujan biasanya akan mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku pakan. Di musim hujan, bahan baku seperti jagung dan dedak berkualitas baik menjadi terbatas jumlahnya karena lebih banyak yang berkualitas rendah dengan kadar air >14%. Namun di sentra-sentra jagung seperti wilayah Lampung yang sudah mempunyai banyak fasilitas pengering jagung (corn dryer), ketersediaan bahan baku masih mudah diperoleh.

Cekaman Suhu
Pada musim penghujan, suhu lingkungan di sekitar lokasi peternakan ayam komersial sangat berbeda dengan musim kemarau. Di musim penghujan, suhu lingkungan relatif lebih rendah (udara lebih dingin). Jika masa brooding dilakukan pada musim penghujan, biasanya hampir sepanjang hari diperlukan pemanas dan biasanya masa brooding akan berlangsung lebih lama (>14 hari). Keadaan ini sangat berbeda ketika musim kemarau. Saat kemarau, pada siang hari (DOC umur tiga hari) pemanas bisa dimatikan karena suhu lingkungan sudah memenuhi suhu yang dibutuhkan.

Tentunya ini akan menambah tambahan biaya untuk pemanas. Namun, penerapan sistem pemanasan sepanjang hari (pemanas menyala siang dan malam) akan lebih baik. Jika tidak dilakukan pemanasan ekstra pada siang hari, DOC tidak mendapatkan suhu yang ideal untuk pertumbuhannya dan akan kedinginan. Dampak lebih lanjut, pertumbuhan DOC tidak akan merata dan banyak yang berukuran kecil sehingga performanya menjadi tidak baik.

Terjadinya hujan juga akan menyebabkan turunnya suhu lingkungan, baik itu suhu di luar maupun di dalam kandang. Untuk ayam umur 1-14 hari (periode brooding) perubahan suhu malam akan sangat berpengaruh terhadap performa ayam di umur berikutnya.

Apa yang Harus Dilakukan?
Tentunya dengan mengetahui risiko dan ancaman yang akan datang di musim penghujan, peternak sudah harus mulai mempersiapkan diri sebelumnya. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah:

1. Persiapan sarana dan prasarana
Sangat jelas peternak harus menyiapkan kandang dan fasilitas lainnya sebaik mungkin. Segera reparasi tiap bagian kandang yang rusak, jangan biarkan ada kebocoran pada atap dan genteng. Bila perlu atap diperlebar agar tampiasan air jatuh di tempat yang agak jauh dari kandang.

Peternak perlu mengatur sistem buka-tutup tirai kandang dengan sigap. Jika terjadi hujan disertai angin kencang, bagian sisi tirai yang arah anginnya menuju ke dalam kandang harus segera ditutup agar air hujan tidak tampias. Bahkan jika perlu tirai di setiap sisi kandang ditutup sebagian. Meski begitu, tetap sediakan celah ventilasi pada dinding kandang bagian atas dengan lebar 15-20 cm untuk pertukaran udara. Ketika masa brooding, peternak juga bisa memasang tirai dua lapis (tirai luar dan dalam), agar DOC tidak mengalami kedinginan ekstrem akibat angin.

Lakukan pengerukan feses di kolong kandang tiap tiga hari sekali. Namun jika aktivitas ini sulit dilakukan karena terkendala hujan deras, peternak perlu mengantisipasi terbentuknya akumulasi amonia dalam feses dengan memberikan bahan pengendali amonia.

Setelah feses dikeruk, tanah di bawah kandang dibuat cembung. Kemudian dibuat parit/selokan kecil di sekitar kandang untuk menampung air dari tumpukan feses, kemudian disalurkan ke tempat pembuangan limbah. Sistem ini akan mencegah terbentuknya genangan air di bawah kandang, meminimalisir bau dan membantu mempercepat keringnya feses. Pastikan drainase parit lancar.

Sekam yang lembap dan basah harus segera diganti atau ditambah dengan sekam baru. Namun sebelum ditambah, sekam yang basah sebaiknya ditaburi kapur tohor terlebih dahulu untuk membunuh mikroba di dalamnya.

Tambahkan jumlah pemanas atau naikkan suhu pemanas pada periode brooding, sehingga suhu kandang sesuai dengan kebutuhan DOC. Ketika suhu kandang terlalu dingin, DOC akan terlihat bergerombol di bawah pemanas, diam, meringkuk, dan malas bergerak untuk makan maupun minum.

2. Treatment air minum
Cara treatment yang paling mudah dan sering digunakan yakni dengan pemberian antiseptik pada air minum, yakni kaporit (12-20 gram tiap 1.000 liter air). Sebagai usaha pengendalian kontaminasi mikroba patogen dan agar mikroba baik di usus ayam tidak terganggu, program sanitasi air bisa dilakukan dengan sistem 3-2-3. Artinya 3 hari pemberian antiseptik, 2 hari air minum biasa, dan 3 hari pemberian antiseptik lagi, demikian seterusnya berselang-seling.

Sanitasi air ini sebaiknya dilakukan sesudah penyaringan/pengendapan agar antiseptik bekerja lebih efektif karena senyawa dalam antiseptik mudah terpengaruh oleh partikel organik. Khusus air minum yang dicampur dengan kaporit, setelah diendapkan minimal delapan jam baru bisa digunakan untuk melarutkan obat/vitamin. Selain itu, jangan berikan air yang mengandung antiseptik selama 48 jam sebelum dan 24 jam sesudah vaksinasi, karena virus vaksin akan rusak atau mati apabila kontak dengan antiseptik.

Bila memiliki biaya lebih, lakukan filtrasi (penyaringan). Sederhananya dilakukan menggunakan alat filter yang telah dirancang khusus untuk menyaring partikel organik/material lumpur dan logam (zat besi dan lain-lain) dalam air. Alat filtrasi ini bisa dipasang pada sumber air sebelum masuk ke penampungan, atau dipasang ketika air keluar dari penampungan sebelum disalurkan ke kandang.

3. Menjaga kualitas pakan
Memastikan kadar air dalam pakan tidak lebih dari 14% sebenarnya bukan tugas peternak, melainkan pabrikan atau supplier. Namun, jika terpaksa menerima bahan baku dengan kadar air >14%, maka segera keringkan dengan alat pengering khusus (oven) atau lakukan pengaturan stok agar bahan baku pakan bisa digunakan sesegera mungkin. Jika perlu tambahkan mold inhibitor, seperti asam propionat untuk menghambat pertumbuhan jamur.

Peternak juga harus memastikan tidak ada karung pakan yang sobek atau rusak guna mencegah kontak antara pakan dengan udara atau percikkan air. Terapkan sistem first in first out (FIFO) atau first expired first out (FEFO). Jadi, prioritaskan bahan baku pakan berusia lebih lama untuk digunakan terlebih dahulu. Tetapi jika ada bahan baku berkualitas kurang baik dan tidak memungkinkan disimpan lebih lama, dapat digunakan terlebih dahulu meskipun baru datang. Gudang pakan juga harus memiliki cukup ventilasi, hal ini agar ruangan gudang mendapatkan sinar matahari langsung, tidak lembap, posisi lantai lebih tinggi dari permukaan tanah, dan terhindar dari debu.

Selalu gunakan palet kayu di bawah tumpukan pakan. Pilih kayu yang tidak mudah lapuk dan sulit basah seperti kayu jati atau meranti. Usahakan pakan tidak menempel pada dinding gudang. Berikan jarak minimal 50 cm dari dinding gudang.

Selain jamur, perhatikan pula keberadaan vektor seperti kutu, tikus, dan serangga. Hewan tersebut bisa memakan dan merusak pakan sehingga kadar nutrisinya menurun dan berpotensi menyebarkan penyakit.

4. Meningkatkan imunitas ayam
Selain faktor eksternal, faktor internal yakni memperkuat imunitas ayam yang dipelihara juga penting. Dengan meningkatkan imunitas, ayam jadi tidak mudah sakit dan tetap memiliki performa yang baik.

Memberikan multivitamin pada air minum, melakukan program vaksinasi dan deworming sesuai jadwal, serta bila perlu lakukan treatment cleaning program menjadi hal yang perlu dilakukan dalam menghadapi musim penghujan. Intinya imunitas yang baik akan memberikan performa yang baik. Jangan lupa pula jalankan program biosekuriti yang baik di farm. ***

Ditulis oleh
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

EMPAT PILAR PENTING MANAJEMEN BROILER MODERN

Kandang ayam broiler dengan sistem closed house. (Foto: Istimewa)

Ayam broiler terus berkembang genetiknya dari masa ke masa. Broiler sekarang ini berbeda dengan broiler beberapa dekade lalu. Karenanya penanganan peternakannya pun juga berubah.

Regional Technical Manager Cobb Asia Pacific, Amin Suyono, dalam sebuah webinar mempresentasikan empat pilar penting dalam manajemen broiler modern.

Pre-Heating
Lakukan pre-heating setidaknya 48 jam sebelum ayam datang, dengan tujuan 24 jam sebelum ayam datang target suhu sudah tercapai dan stabil. Pre-heating dilakukan dengan menyalakan pemanas atau heater lebih awal sebagai upaya untuk mencapai suhu kandang yang sesuai dengan kebutuhan ayam dan stabil sebelum ayam datang di kandang.

• Suhu lantai harus di pre-heated minimal 28° C.
• Ukur suhu litter, targetnya jika menggunakan furnace/force heaters suhu harus 32° C, jika menggunakan radiant heater suhu di bawah pemanas harus 40,5° C.
Ambient temperature sekitar 33° C.

Target suhu litter sangat penting karena anak ayam akan terpapar langsung dengan litter melalui telapak kakinya. Jika suhu udara sudah tercapai tapi suhu litter belum, anak ayam akan tetap merasa kedinginan.

Akibatnya anak ayam diam dan tidak aktif, mengurangi intake pakan dan air sehingga mengurangi pertumbuhan. Alas kandang yang masih dingin menyebabkan telapak kaki dingin sehingga menurunkan suhu tubuh internal.

Suhu internal anak ayam bisa diukur dengan menggunakan termometer yang dimasukkan dengan lembut ke kloaka. Cek minimal 15 ekor anak ayam per kandang. Suhu internal anak ayam harus dipertahankan pada 40-40,6° C.

Early Feed Intake
Maksimalkan intake pakan awal, caranya tambah feeder space dengan menggunakan kertas. Tutup 50% area brooding dengan kertas berkualitas bagus (bisa tahan lima hari), tempatkan kertas di kiri dan kanan tempat minum. Tempatkan pakan 75 gram/ekor di atas kertas dan tempat pakan lainnya sebelum ayam datang.

Setelah anak ayam datang taruh langsung di atas pakan sehingga early intake yang diharapkan bisa terjadi. Ayam bisa langsung mengenali dan mengonsumsi pakan jadi mereka tidak perlu mencari tempat pakan. Tempat minum dan air minum juga harus sudah tersedia.

Cara mengevaluasi early feed intake yaitu ambil sampel anak ayam 100 ekor merata di kandang dan diraba temboloknya (crop fill check). Targetnya 95% anak ayam temboloknya harus sudah terisi pakan dan air keesokan hari setelah penempatan. Target konsumsi pakan adalah 25% dari berat DOC pada 24 jam pertama.

Early feed intake penting karena ketika anak ayam makan lebih awal sistem pencernaannya mulai bekerja, vili usus tumbuh bagus, permukaan usus makin luas, sehingga pertumbuhan bisa lebih cepat. Metabolisme juga mulai berjalan, produksi panas tubuh dimulai, risiko kedinginan menghilang, dan kontrol suhu tubuh (termoregulator) akan bekerja lebih awal.

Jika anak ayam terlambat makan maka tidak ada produksi panas, suhu tubuh lebih rendah, lebih banyak ayam culling, kemampuan termoregulator tertunda.

Sebagai evaluasi apakah brooding yang dilakukan sudah benar, cek target tujuh hari meliputi berat badan 4,6 x berat DOC atau lebih dari 200 gram, deplesi di bawah 1% atau 1,25-1,5% bagi yang menjalankan program antibiotic free, keseragaman flock CV 8-10.

Ventilasi yang Optimal
Ventilasi berfungsi untuk memastikan sirkulasi udara di dalam kandang berjalan dengan baik, memenuhi kebutuhan udara yang berkualitas dengan suhu yang tepat sesuai kebutuhan ayam. Kemudian membuang panas yang berlebih dari dalam kandang. Membuang kelebihan kelembapan, gas beracun, serta mensuplai oksigen untuk kebutuhan ayam.

Kriteria kualitas udara yang baik meliputi oksigen minimum 19,6%, karbon dioksida maksimum 3.000 ppm, RH% (kelembapan) maksimum 70%, karbon monoksida maksimum 10 ppm, amonia maksimum 10 ppm, debu terhirup maksimum 3,4mg/m3 udara.

Jawaban untuk broiler modern adalah ventilasi aktif untuk closed house. Maintenance kandang juga harus bagus agar tidak terjadi kebocoran di kapasitas ventilasi. Dengan closed house selain bisa memanajemen kecepatan angin, ventilasi, juga bisa memanipulasi lighting, meningkatkan density hingga 40kg/m, serta bisa menjalankan sanitasi dan biosekuriti dengan lebih baik.

Pada sistem open house sulit untuk mendapatkan performa yang optimal karena ventilasinya pasif hanya tergantung pada aliran udara alami. Solusinya adalah instal stirring fan untuk membantu aliran udara di kandang. Atau lebih baik lagi berinvestasi upgrade ke closed house untuk strategi jangka panjang.

Manajemen Air Minum
Air merupakan nutrisi penting dalam produksi ternak. Sebanyak 70% berat badan ayam adalah air. Air berperan besar dalam regulasi suhu tubuh, juga untuk mengalirkan gas-gas, oksigen, dan karbon dioksida di dalam tubuh. Mentransport nutrisi, glukosa, asam amino, vitamin, mineral, dan membawa produk-produk limbah sisa metabolisme ke hati dan ginjal untuk dieliminasi.

Seekor broiler sampai dengan 35 hari (2,25 kg) mengonsumsi setidaknya total 6 liter air. Pada 24 jam pertama konsumsi air minum idealnya 1 ml/ekor/jam (1 hari 24 ml, kira-kira 50% berat DOC). Konsumsi air akan menstimulasi konsumsi pakan.

Untuk mengetahui dengan pasti kualitas air memang harus dilakukan tes laboratorium. Namun gampangnya jika air tidak bagus untuk manusia maka juga tidak bagus untuk ayam.
Higienitas dan sanitasi air minum harus dijaga. Sanitasi pipa yang buruk bisa meningkatkan pertumbuhan biofilm, yaitu lapisan mikroorganisme yang membentuk kerak/lendir di dalam pipa air. Merupakan tempat berkembangnya bakteri patogen termasuk E. coli.

Pencegahannya adalah dengan flushing pipa air minum secara rutin saat brooding tiga kali sehari, setelah itu sekali seminggu. Untuk sanitasi bisa klorinasi dengan level 3-4 ppm, menggunakan filter air dan penyinaran UV.

Broiler modern tumbuh lebih pesat, mengonversi pakan lebih baik, dan menghasilkan panas tubuh lebih banyak. Aplikasikan tips manajemen yang penting untuk mencapai performa optimal yaitu pre-heating, intake pakan seawal mungkin, ventilasi kandang yang memadai, serta air minum yang selalu tersedia dan higienis. ***

Ditulis oleh:
Nunung Dwi Verawati
Koordinator Peliputan & Redaksi Majalah Infovet

AGAR KUALITAS AIR MINUM SENANTIASA TERJAGA

Contoh air yang tidak layak dikonsumsi unggas. (Foto: Dok. Romindo)

Air adalah nutrisi paling penting bagi unggas. Unggas umumnya minum sekitar dua kali lebih banyak daripada jumlah pakan yang dikonsumsi berdasarkan berat badannya (Blake dan Hess, 2001). Ketika suhu tinggi, unggas akan mengonsumsi air hingga tiga kali lipat lebih banyak dari jumlah pakan. Pada kondisi tersebut, kualitas air yang buruk akan berdampak serius terhadap kesehatan unggas, kasus diare atau wet dropping akan lebih sering muncul. Hewan yang tidak mendapatkan minum dengan baik (kuantitas dan kualitas air tidak mencukupi) akan cenderung makan lebih sedikit, sehingga membuat pertumbuhannya kurang cepat dan unggas menjadi kurang produktif.

Dalam industri unggas, penggunaan air dengan kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologi yang memadai merupakan hal penting. Dalam lingkungan suatu farm, hampir semua unggas memiliki akses ke sumber air yang sama, masalah kualitas akan memengaruhi status kesehatan dari sebagian besar unggas tersebut.

Air minum memainkan peranan penting dalam penularan beberapa penyakit paling umum yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun protozoa. Faktor- faktor penting untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui air minum adalah perlindungan sumber pasokan, disinfeksi air, kontrol kualitas, karakteristik mikrobiologis, kimiawi, dan fisik. Karena air menjadi nutrisi penting bagi unggas, oleh karena itu pelestarian kualitasnya sangat penting dilakukan untuk mendapatkan performa unggas yang baik. Peternak dapat mencegah banyak penyakit dengan mengontrol kualitas air yang dikonsumsi unggas, tentunya itu menghasilkan penurunan biaya dan peningkatan keuntungan yang menjadi tujuan penting dari produksi unggas saat ini.

1.1. Air sebagai Media Penularan Penyakit pada Unggas
Air adalah senyawa kimia yang paling melimpah dan tersebar luas di dunia. Dalam keadaan alami, air adalah salah satu senyawa paling murni yang diketahui, namun demikian saat ini sulit menemukan sumber air tawar yang belum diubah manusia. Fakta ini terkait dengan karakteristik negara-negara yang sedang berkembang, dimana air limbah dari pertanian dan daerah perkotaan yang mungkin mengandung mikroorganisme patogen tingkat tinggi, dibuang ke tanah atau lingkungan perairan. Residu tersebut kemudian terbawa ke perairan dangkal dan bawah tanah oleh hujan.

Penggunaan air konsumsi dengan kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologi yang tinggi merupakan hal yang sangat penting yang harus diperhatikan dalam produksi unggas, karena sebagian besar unggas memiliki akses ke sumber air yang sama dan masalah pada kualitas air akan memengaruhi produktivitasnya. Hal ini sangat relevan karena satu sumber air digunakan untuk melayani kebutuhan minum ribuan unggas. Oleh sebab itu, tindakan pengendalian harus menjadi prioritas untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebarkan melalui air dan jika sampai terjadi penyakit tentu mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar. Meskipun air tidak memberikan kondisi ideal bagi mikroorganisme patogen untuk berkembang biak, namun umumnya mereka akan bertahan hidup dalam waktu cukup lama untuk memungkinkan terjadinya penularan melalui air minum.

1.2. Penyakit Unggas yang Berpotensi Ditularkan Melalui Air Minum
Penyakit yang dapat ditularkan ke unggas melalui air minum dapat berasal dari kontaminasi air oleh kotoran dan dari sekresi leleran/eksudat dari unggas yang sakit, atau bisa juga melalui penggunaan air yang telah terkontaminasi organisme patogen yang berasal dari spesies hewan lain dan manusia, seperti pada kasus... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

LAKUKAN INI UNTUK MENJAGA KUALITAS AIR MINUM

Ketersediaan air yang berkualitas penting bagi kelangsungan hidup dan performa ayam. (Foto: Dok. Infovet)

Konsumsi air minum ayam sebenarnya dapat menjadi indikasi kondisi kesehatan dan indikasi baik/buruknya manajemen pemeliharaan. Ketika konsumsi air minum turun, maka harus segera dievaluasi kemungkinan penyebabnya.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut, misalnya ayam sedang terinfeksi penyakit, kondisi lingkungan kandang terlalu dingin, jumlah dan distribusi tempat minum tidak merata, tempat minum kotor, kualitas air buruk terutama terlihat dari fisik air dan lain sebagainya.

Masalah Sumber dan Kuantitas Air Minum
Pada musim penghujan peternak kerap menghadapi masalah yang sama terkait air minum, yakni soal kualitasnya. Seperti yang dirasakan oleh Rahmat Hidayat, peternak layer asal Tigaraksa. Ketika musim penghujan tiba, kandangnya mengalami krisis kualitas air hingga ia harus “mengakali” air untuk kebutuhan minum ayamnya.

“Sebenarnya air ada, tetapi kualitasnya jelek, warnanya sangat keruh, dan berbau lumpur yang menyengat. Dari sini saja kita sudah tahu bagaimana kualitas kimiawinya, tentu ini bukan air minum yang layak sekalipun untuk ayam,” tutur Rahmat.

Selama ini ia harus menambah biaya dengan pemberian beberapa substrat untuk memperbaiki kualitas air minum untuk ayamnya. Ia hanya bisa pasrah dengan keadaan tersebut, karena sumber air di peternakannya berasal dari air permukaan (sungai) yang sewaktu-waktu bisa berubah kualitasnya karena perubahan musim, hal itu menjadi risiko yang harus ia tanggung.

Ketersediaan air sejatinya penting bagi kelangsungan hidup dan performa ayam. Air bisa didapat dari berbagai sumber, yang paling mudah berasal dari air permukaan (sungai, danau, rawa, dan lainnya). Kendati demikian, dengan kondisi seperti sekarang ini, maka pemanfaatan air sungai dalam aktivitas peternakan, baik sebagai air minum maupun proses pembersihan kandang dan peralatan sebaiknya dihindari. Pencemaran sungai oleh kotoran manusia maupun kotoran ternak, bahan kimia (deterjen dan pestisida), maupun limbah rumah tangga dan industri menjadi alasan untuk tidak memanfaatkan air sungai maupun danau.

Air permukaan yang berasal dari air hujan bisa dimanfaatkan. Hanya saja perlu diperhatikan adanya kontaminasi yang berasal dari tempat penampungan maupun dari udara di sekitar kandang.

Ada pula peternak yang menggunakan sumber air yang berasal dari… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2023. (CR)

JANGAN SEPELEKAN PERAN AIR MINUM

Air minum bisa menjadi celah bagi agen penyakit untuk menginfeksi ayam. (Foto: Dok. Infovet)

Hampir 80% tubuh manusia mengandung air, begitupun bumi ini yang 70%-nya juga merupakan air. Oleh karena itu sangat tepat apabila air dikatakan sebagai sumber kehidupan. Karena itu air sangat dibutuhkan semua makhluk hidup termasuk ternak unggas, dengan kualitas air minum yang baik membantu menjaga performa unggas tetap stabil.

Bukan Sekadar Cairan 
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak tentu pakan merupakan sumbernya, namun air juga mengandung nutrisi berupa mineral makro maupun mikro yang juga dibutuhkan ternak. Selain itu, mineral yang terkandung di dalam air free of charge alias gratis. Hanya saja tinggal bagaimana peternak dapat menjaga kualitas dari sumber airnya tersebut.

Selain sebagai sumber mineral, air juga memiliki beberapa fungsi dalam fisiologis ayam. Hal tersebut disampaikan oleh Production Lead AS Putra Perkasa Makmur, Daru Wiratomo, dalam sebuah webinar. Beberapa fungsi air yakni sebagai media penyerapan nutrisi, memperlancar pakan melewati saluran cerna, media transportasi nutrisi pada multiorgan, membuang materi yang tak dibutuhkan oleh urine melalui ginjal, regulasi suhu tubuh, serta sebagai cairan pelumas persendian dan berbagai organ.

“Kita sering melupakan fungsi air, ini padahal vital dan esensial. Makanya kita jangan main-main dengan kualitas air di farm kita. Soalnya ayam butuh air untuk minum, kita juga butuh air untuk media pembersih dan disinfeksi, ini penting buat semuanya,” tutur Daru.

Ia melanjutkan bahwasanya air yang hendak diberikan kepada ayam harus memenuhi berbagai kirteria yang baik dari segi fisik, kimia, bahkan mikrobiologis. Ketiganya harus memiliki standar yang baik agar ayam nyaman dan aman dari kondisi penyakit, sebab ayam berpotensi sakit akibat air yang tercemar mikroba patogen atau kualitas fisik dan kimianya buruk.

Peran Ganda Air
Dalam kesempatan yang sama, Rahmad Susilowarno, peternak broiler dari Berkah Putra Chicken mengatakan bahwa… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2023. (CR)

AIR: NUTRISI UTAMA BAGI PERFORMA AYAM

Ayam harus segera mendapatkan air minum berkualitas dalam jumlah yang cukup. (Sumber: Cobb Manual Guide, 2022)

Air adalah nutrisi utama untuk produktivitas ayam yang optimal, baik pertumbuhan maupun produksi telur. Ketersediaan air minum yang berkualitas baik dengan jumlah yang cukup sangat menentukan apakah ayam mampu tumbuh dan berproduksi telur dengan baik.

Air merupakan komponen terbesar (68-76%) penyusun tubuh ayam, demikian dengan komponen penyusun telur. Air berperan dalam semua proses metabolisme tubuh ayam. Air juga yang menjadi media penghubung baru nutrisi dalam tubuh ayam. Begitu besar fungsi air bagi kehidupan dan produktivitas ayam. Oleh karena itu, sangat penting memastikan ketersediaan dan kualitas air yang diberikan kepada ayam.

Air Minum Harus Berkualitas
Air minum yang berkualitas bisa dibedakan dari dua parameter, yaitu analisis bakterial dan kimia.

Kandungan bakteri dalam air minum menjadi masalah yang banyak ditemukan di peternakan, terlebih lagi kasus colibacillosis dan CRD kompleks masih sering ditemukan. Kontaminasi bakteri Escherichia coli dan coliform akan menyebabkan ayam sakit dan produktivitas menurun.

Kandungan pH, kesadahan, total zat padat terlarut atau total dissolved solids (TDS), dan kandungan mineral dalam air minum menjadi parameter kimia yang perlu diperhatikan. Selain berpengaruh terhadap performa ayam, kandungannya dalam air minum sangat berpengaruh terhadap stabilitas dari obat, vitamin, maupun vaksin yang dilarutkan.

pH menggambarkan aktivitas ion hidrogen dalam air minum. pH normal air minum ayam berkisar antara 6,8-7,8. Air dengan pH rendah atau asam akan bersifat korosif terhadap nipple drinker, menurunkan stabilitas obat, vitamin, dan vaksin yang dilarutkan, serta berpengaruh pada pencernaan ayam. pH basa (> 8) akan menimbulkan rasa pahit sehingga bisa menurunkan konsumsi air minum, dan pH yang basa juga bisa menurunkan efektivitas dari disinfektan, terutama klorin (kaporit).

Kesadahan air minum sangat berpengaruh terhadap kelarutan obat (mengikat obat). Selain itu, air yang sadah akan menimbulkan noda, meninggalkan residu, dan memengaruhi kinerja nipple drinker. Kandungan mineral terutama kalsium dan magnesium yang paling besar pengaruhnya terhadap kesadahan. Air dengan tingkat kesadahan yang tinggi bisa ditandai dengan berkurang atau tidak munculnya busa pada saat dilarutkan sabun atau detergen.

TDS menunjukkan kadar ion anorganik yang terlarut dalam air minum. Nilai TDS yang tinggi akan menyebabkan penurunan konsumsi air minum dan produkvitas ayam. Tabel 2 menunjukkan secara detail pengaruh yang ditimbulkan dari kadar TDS.

Kandungan nitrat (NO3) dan nitrit (NO2) dalam air minum juga perlu dikontrol karena bersifat toksik atau racun bagi ayam. Nitrat dan nitrit dihasilkan dari penguraian bahan organik yang terlarut dalam air minum.

Pengecekan kualitas air minum hendaknya dilakukan secara rutin, minimal... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2023.

Ditulis oleh:
Hindro Setyawan SPt
Technical Support-Research and Development PT Mensana

MEMURNIKAN AIR HUJAN AGAR DIGUNAKAN DI PETERNAKAN

Ayam juga memerlukan air minum yang berkualitas untuk menghasilkan protein hewani berupa daging. (Foto: Istimewa)

Setiap periode pemeliharaan ayam menggunakan cukup banyak air untuk minum maupun membersihkan kandang. Sering kali air yang digunakan adalah air tanah. Untuk wilayah dengan air berlimpah seperti Indonesia, hal itu tidak menjadi masalah.

Tapi bagaimana dengan daerah yang sulit mendapatkan air? Atau jika suatu saat ketersediaan air tanah di suatu daerah menipis? Berpaling pada sumber air yang berkelanjutan adalah solusi yang baik, yaitu air hujan. Melansir dari situs poultryworld.net, Kamis (26/1), berikut ulasannya.

Proyek Inovasi Penghematan Air
Experimental Poultry Centre (EPC) di Belgia telah mengarahkan fokus penelitiannya pada penggunaan air hujan sebagai air minum untuk ayam pedaging. Di bawah program pendanaan Eropa LIFE, EPC akan mendemonstrasikan tiga inovasi penghematan air yang berbeda selama periode lima tahun.

Di EPC konsorsium perusahaan, lembaga dan pemerintah daerah bekerja sama dalam skema LIFE Aclima. Proyek ini terdiri dari tiga bagian yaitu pemantauan konsumsi air selama pendinginan, pemurnian air hujan sehingga dapat digunakan sebagai air minum unggas, serta penggunaan air bersih secara sirkuler di kandang broiler melalui penggunaan pengolahan air secara biologis.

LIFE Aclima dimulai pada 1 Juli 2021 dan proyek akan berlangsung selama lima tahun, berakhir pada 1 Juli 2026. EPC adalah lembaga penelitian unggas terbesar di Belgia dan memiliki total 36.000 ayam petelur Isa Brown dan Dekalb White dan 42.000 ayam pedaging Ross 308, yang dibagi menjadi berbagai kelompok eksperimen dan di sistem perkandangan yang berbeda.

Peneliti EPC di Geel, Belgia, Peter Bleyen, menjelaskan bahwa tujuan LIFE Aclima adalah membuat sektor pertanian lebih tangguh dan fleksibel dalam penggunaan air. Bleyen terlibat dalam proyek ini bersama rekannya Neil van den Broeck.

Pendinginan Suhu di Kandang
Bagian pertama dari LIFE Aclima adalah tentang pendinginan suhu di kandang unggas. Bleyen mengatakan, “Kami telah memasang pad cooling dan cooling melalui atomisasi, yang dikenal sebagai spray cooling. Hanya spray cooling yang dipasang di kandang layer, sedangkan kedua sistem dipasang di kandang broiler.”

Penelitian sedang dilakukan antara lain untuk memantau penggunaan air dari dua sistem pendingin dan untuk memvisualisasikan aliran air yang berbeda di kandang unggas. Bleyen menambahkan, “Selain itu, dengan mendinginkan kandang Anda juga dapat memastikan bahwa unggas minum lebih sedikit, sehingga Anda juga membutuhkan lebih sedikit air minum berkualitas tinggi. Kami memasukkan ini ke dalam data pemantauan kami.”

Pemurnian Air Hujan
Tujuan penelitian kedua adalah untuk memverifikasi apakah air hujan dapat dimurnikan menjadi air minum untuk unggas. “Keuntungan besar dari air hujan adalah sifatnya yang berkelanjutan. Saat ini, air tanah adalah sumber air utama untuk peternakan unggas di Flanders. Cadangan air tanah di wilayah ini semakin menipis dan isi ulangnya melambat. Oleh karena itu, di Flanders bisnis pertanian baru wajib memasang penyimpanan air hujan, sehingga air hujan tersedia untuk berbagai aplikasi,” jelas Bleyen.

EPC memiliki 173 m3 penyimpanan air bawah tanah. Air hujan dari cekungan bawah tanah dimurnikan menggunakan teknik yang berbeda hingga memenuhi standar air minum untuk unggas.

Untuk dapat menjernihkan air hujan, EPC memasang dua sistem penjernihan air yaitu nano ultrafiltration (NUF) dan teknik penjernihan dengan berbagai langkah. Sistem NUF menggunakan filter dialisis ginjal yang sebelumnya digunakan di rumah sakit. Prinsip kerjanya seperti mesin cuci darah.

 “Berkelanjutannya lagi, karena filter ini masih bekerja dengan baik setelah digunakan. Filter menghilangkan 100% partikel yang lebih besar dari 0,03 mikron. Air hujan dipompa dari cekungan bawah tanah ke bejana penyangga berukuran 300 liter. Dari sana dipompa melalui filter NUF dan disimpan lagi di bejana penyangga lainnya,” ujarnya.

Teknik pemurnian lainnya terdiri dari proses filtrasi, UV treatment, disinfeksi, penyaringan pasir, penyaringan karbon, disinfeksi berikutnya dan terakhir UV treatment lainnya. Pengaturan eksperimental dengan dua metode pemurnian, kata Blayen, sudah mulai beroperasi.

“Pertama-tama kami akan melakukan uji coba dengan kedua teknik tersebut sebelum kami memberikan air hujan yang telah dimurnikan kepada ternak. Kami ingin mendapatkan hasil analisis yang memadai. Jika kami dapat menjamin kualitas air yang berkelanjutan, kami akan memulai uji coba yang sebenarnya tahun depan,” ucap dia.

Dalam uji coba yang sebenarnya, air hujan yang dimurnikan dan air ledeng akan digunakan sebagai air minum untuk unggas dengan efek kesehatan dan performa teknis yang dianalisis.

Air Adalah Isu global
Bleyen dan Neil mencatat bahwa kecukupan air dengan kualitas yang baik untuk semua jenis keperluan adalah masalah dunia, dengan penekanan pada kualitas air yang baik. Besi terlarut dan polusi dalam air tanah dan air permukaan tampaknya menjadi isu dunia.

Neil berkata, “Keunggulan air hujan adalah tidak mengandung mineral terlarut seperti magnesium, kalsium atau besi. Jika Anda dapat membersihkan air dari polutan dan patogen lain, Anda akan mendapatkan sumber air minum yang cocok untuk unggas.”

Tahun depan, air hujan murni akan dialirkan ke ayam petelur dan ayam pedaging EPC. Neil menjelaskan bahwa mereka akan mengevaluasi efisiensi dan kualitas hasil metode pemurnian.

Teknik pemurnian termurah juga akan diidentifikasi, tetapi para peneliti sadar bahwa peternak unggas pada akhirnya akan memutuskan metode mana yang paling hemat biaya.

Proyek LIFE Aclima juga memperhitungkan fakta bahwa penelitian ini mencakup dua kelompok hewan, ayam pedaging dan petelur. “Broiler sangat sensitif terhadap kontaminasi mikroba pada fase awal kehidupan mereka. Sebaliknya, siklus produksi ayam petelur dapat bertahan hingga sekitar 80 minggu yang membutuhkan aliran air minum yang lebih kontinu dan konstan,” kata Neil.

Para peneliti tidak mempertimbangkan hal ini secara khusus saat memilih teknik pemurnian untuk setiap kelompok hewan. Tetapi Bleyen mencatat bahwa mungkin metode pemurnian tertentu lebih cocok untuk kelompok hewan tertentu daripada yang lain.

Penggunaan Air Bersih Secara Sirkular
Area ketiga dari proyek LIFE Aclima di EPC adalah penggunaan air bersih secara sirkular dari kandang broiler. Untuk melakukan ini, air yang digunakan untuk membersihkan kandang dikumpulkan di reservoir bawah tanah.

“Kami masih bekerja untuk memasangnya dan memulainya, tetapi segera setelah pabrik pengolahan air biologis siap, kami dapat mulai memurnikan gelombang pertama air bersih,” ucap Bleyen.

EPC sedang mengerjakan ini bersama dengan perusahaan Belgia BelleAqua dari Wuustwezel. Setelah dibersihkan, air digunakan kembali untuk membersihkan kandang-kandang di EPC. Bagian dari proyek ini akan memakan waktu lima tahun dan waktu itu akan digunakan untuk mengoptimalkan semuanya. (NDV)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer