Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini AINI | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PENGEMBANGAN SUMBER HIJAUAN PAKAN UNGGUL DI INDONESIA

Hijauan pakan ternak (HPT) memiliki peranan sangat penting untuk keberhasilan produktivitas ternak ruminansia. (Foto: Dok. Infovet)

Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa wilayah di Indonesia sedang dilanda cuaca panas akibat dampak dari El Nino. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahkan menyatakan ada kemungkinan cuaca panas bisa berlanjut hingga awal 2024. Terjadinya kemarau panjang ini akan berdampak pada lahan hijauan sebagai penyedia pakan ternak. Padahal, hijauan pakan ternak (HPT) memiliki peranan penting untuk keberhasilan produktivitas ternak ruminansia.

Pasalnya, biaya produksi ternak ruminansia di Indonesia didominasi biaya pakan yang bisa mencapai 50-80%. Tingginya biaya pakan tersebut antara lain disebabkan oleh semakin langkanya sumber pakan utama ternak ruminansia dari padang penggembalaan alam. Sumber pakan seperti ini sebenarnya menyediakan pakan hijauan yang lebih murah, serta tenaga kerja dan pengelolaan yang lebih sedikit, karena ternak dapat secara langsung memanfaatkan pakan di alam bebas.

Dengan tantangan adanya keterbatasan sumber pakan dari lahan penggembalaan alam, maka pengembangan HPT merupakan salah satu upaya dalam mendukung pengembangan peternakan, yaitu melalui inovasi untuk meningkatkan produksi dan kualitas hijauan pakan.

Secara definisi menurut Reksohadiprodjo (1985), hijauan pakan ternak adalah semua bahan pakan yang digunakan sebagai sumber pakan ternak ruminansia berasal dari tanaman rumput dan leguminosa, dan forb, serta tanaman pohon baik yang belum dipotong maupun yang dipotong dari lahan dalam keadaan segar terdiri bagian vegetatif berupa daun dan sebagian batang, serta bagian generatif tanaman. Dan HPT inilah yang merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia, berfungsi tidak hanya sebagai pengisi lambung secara fisik, namun juga berfungsi sebagai sumber nutrisi, yaitu protein, energi, vitamin, mineral, dan fungsi herbal lainnya. Hijauan yang bernilai nutrisi tinggi memegang peranan penting karena dapat menyumbangkan nutrisi yang lebih ekonomis dan bermanfaat bagi ternak.

Dalam pidato pengukuhan Guru Besarnya di Balai Senat UGM pada Agustus 2023, Dosen Fakultas Peternakan UGM, Prof Nafiatul Umami, menjelaskan bahwa berdasarkan tipe jalur fotosintesis rumput dapat dikelompokkan menjadi  dua kategori, yaitu rumput tropik dan rumput sub tropik. Rumput tropik adalah tanaman yang melakukan jalur fotosintesis tipe C4 yang memiliki produksi biomassa yang tinggi namun kualitas nutrien lebih rendah. Tanaman jalur C4 sebagai rumput untuk pakan antara lain rumput Bahia (Paspalum notatum), rumput Napier (Pennisetum purpureum), rumput Rhodes (Chloris gayana), rumput Brachiaria (Brachiaria decumben), rumput Ruzi (Brachiaria ruziziensis), rumput Setaria (Setaria sphacelata) dan lain-lain. Terdapat juga rumput yang digunakan sebagai rumput cover crop seperti rumput Bermuda (Cynodon dactylon), rumput Paspalum (Paspalum spp), rumput Zoysia (Zoysia spp). Dan yang introduksi terbaru adalah rumput Pennisetum purpureum cv Gama Umami, merupakan rumput yang dikembangkan oleh Fakultas Peternakan UGM, yang memiliki produksi  biomassa lebih tinggi dan kandungan gula mereduksi lebih tinggi.

Rumput-rumput tropik, terutama yang tumbuh di Indonesia adalah termasuk dalam kategori rumput yang mampu tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah yang bersuhu tinggi dan curah hujan yang cukup. Namun kekurangannya adalah perbanyakan sebagian rumput hanya dapat dilakukan secara vegetatif karena tidak ada biji, bersifat reproduksi melalui apomiksis (reproduksi non-seksual pada tumbuhan yang menghasilkan biji), dan tingkat ploidi (himpunan kromosom) yang bervariasi dalam spesies.

Ketika dilakukan pengembangbiakan secara vegetatif, kelemahan rumput-rumput tersebut kurangnya variasi genetik, karena tanaman turunan yang dihasilkan memiliki materi genetik yang identik dengan induknya. Kurangnya variasi genetik dalam populasi tanaman dapat menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap serangan hama, penyakit, dan perubahan lingkungan, serta menghambat kemampuan dalam proses adaptasi tanaman. Karena kurangnya variasi genetik itu pulalah maka penemuan dan pengembangan varietas baru dengan sifat yang diinginkan juga menjadi lebih sulit.

Varietas rumput yang tahan terhadap penyakit atau memiliki kualitas nutrisi yang lebih baik, biasanya dihasilkan melalui persilangan dan rekombinasi genetik yang melibatkan variasi genetik yang berbeda. Kelemahan berikutnya adalah penyebaran penyakit dengan cepat dapat terjadi apabila tanaman induk yang digunakan terinfeksi penyakit atau hama, sehingga membuat tanaman turunan berpotensi terinfeksi; serta keterbatasan dalam produksi massal dapat terjadi karena perbanyakan secara vegetatif membutuhkan waktu lebih lama, dan upaya lebih intensif untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak.

Manakala pemuliaan suatu rumput tropis dilakukan melalui cara penyilangan, hal itu juga menyulitkan karena dalam spesies rumput tropik terdapat tingkat ploidi yang bervariasi. Karena kesulitan dalam menggunakan teknik pemuliaan konvensional dengan metode penyilangan, maka sangat diperlukan strategi khusus dan kombinasi beberapa metode pemuliaan.

Strategi Pengembangan HPT
Dalam hal pengembangan hijauan pakan ternak, hal penting yang mesti diperhatikan demi keberhasilan budi daya tanaman pakan (Umami, 2023) adalah harus memiliki daya produksi biomassa dan kemampuan regrowth yang tinggi, memiliki kandungan nutrien yang baik, adaptif pada kondisi lahan tertentu, dan memiliki palatabilitas yang baik pada ternak. Untuk mengembangkan tanaman pakan diperlukan inovasi pemuliaan yang dapat dilakukan melalui beberapa kombinasi metode pemuliaan, yakni penggunaan teknik kultur jaringan sebagai dasar breeding, mutasi genetik dengan pemanfaatan agen mutasi, transformasi genetik pada tanaman pakan, terobosan baru dengan genome editing, dan aplikasi manajemen budi daya untuk peningkatan produktivitas tanaman pakan unggul. Dalam hal ini, salah satu yang penting dilakukan untuk mempertahankan tanaman penghasil biomassa pakan adalah mampu dan tetap mempertahankan dalam fase vegetatifnya, sehingga plasma nutfah tanaman pakan unggul hasil pemuliaan akan berproduksi baik di Indonesia.

Seperti langkah pemuliaan yang dilakukan Fapet UGM dan Batan/Brin, telah dilakukan radiasi pada rumput Gajah (Pennisetum purpureum), sehingga dihasilkan kultivar baru dengan nama Pennisetum purpureum cv Gama Umami atau yang dikenal dengan rumput Gama Umami. Rumput unggul tersebut kini telah mendapatkan tanda daftar rumput hasil pemuliaan dari Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian RI dengan tanda daftar No. 889/PVHP/2020 pada 2021.

Nafiatul Umami menjelaskan, rumput unggul tersebut merupakan hasil dari radiasi sinar gamma yang dilakukan dengan penyinaran 100 Gy, dan memiliki kelebihan produksi biomassa hijauan dapat mencapai 50 kg/ m2, kandungan bulu sangat sedikit sehingga tidak gatal, daun halus dan tidak melukai ternak, serta kandungan gula mereduksi lebih tinggi dari tetuanya.

Mutasi dengan radiasi sinar gamma pada dasarnya adalah proses induksi mutasi pada organisme hidup dengan menggunakan sinar gamma sebagai agen mutagenik. Sinar gamma yang merupakan bentuk radiasi elektromagnetik yang memiliki energi tinggi, mampu menembus bahan padat. Radiasi sinar gamma bekerja dengan mengubah DNA dalam sel tanaman, yang dapat menghasilkan perubahan dalam materi genetik. Efek radiasi sinar gamma dapat menyebabkan perubahan dalam karakteristik fenotip tanaman, seperti bentuk, warna, ukuran, atau sifat lainnya.

Metode pemuliaan dengan teknik radiasi  sinar gamma tersebut sebelumnya telah banyak dilakukan pada tanaman pangan, tanaman perkebunan, dan tanaman pakan. Beberapa tanaman yang telah dimutasi di Indonesia antara lain sorgum (Sorghum sudanense), padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), dan kedelai. ***

Ditulis oleh:
Andang S. Indartono
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)
IG: @and4ng
Email: andang@ainionline.org

UPAYA MEWUJUDKAN EKOSISTEM SMART FARMING PERUNGGASAN INDONESIA

Ekosistem smart farming perunggasan dapat diwujudkan apabila peternak bersatu dalam suatu sistem dan wadah khusus. (Foto: Istimewa)

Dengan kemajuan teknologi digital saat ini, untuk dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas budi daya unggas, maka pengembangan ekosistem smart farming perunggasan menjadi solusi jitu bagi para peternak ayam.

Ekosistem smart farming perunggasan dapat diwujudkan apabila peternak bersatu dalam suatu sistem dan wadah khusus, misalnya koperasi atau wadah lain, sehingga berbagai langkah para peternak bisa secara efisien diupayakan bersama, misal dalam hal teknis budi daya, pemberian pakan, penanganan penyakit, pemanenan, dan sebagainya.

Daya tawar peternak bisa lebih baik dalam hal bekerja sama dengan pihak lain. Apalagi dengan dukungan penerapan teknologi digital yang saat ini sudah banyak tersedia. Peternak yang bersatu dalam ekosistem khusus tersebut dapat memanfaatkan teknologi digital sehingga bisa lebih membantu dalam upaya meningkatkan efisiensi budi daya ayamnya.

Teknologi digital yang bisa diterapkan dalam eksistem smart farming perunggasan tersebut antara lain teknologi pintar dalam pengendalian iklim dan otomatisasi di perunggasan, hingga penerapan big data dan kecerdasan buatan, serta analisis data cerdas untuk memastikan kondisi lingkungan yang optimal bagi ternak.

Dengan adanya berbagai teknologi pintar tersebut, para peternak dapat mengawasi dan mengendalikan suhu, kelembapan, ventilasi, dan kualitas udara di kandang secara real time, meningkatkan kesejahteraan hewan, mengurangi risiko penyakit, dan meningkatkan produktivitas peternakan secara signifikan, serta membantu peternak meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kesejahteraannya.

Dengan bergabungnya peternak dalam sebuah ekosistem smart farming perunggasan, beserta penerapan teknologi digital terkini, maka bisnis perunggasan yang kekuatan bisnisnya bertumpu pada para peternak yang telah bergabung dalam ekosistem tersebut akan makin berkembang bisnisnya, meningkat daya saingnya karena dapat tercapai efisiensi usaha, dan produktivitasnya lebih meningkat.

Berkaitan dengan hal itu, akan digelar Indonesia Livestock Club (ILC) mengusung tema “Mewujudkan Ekosistem Smart Farming Perunggasan Indonesia” pada 21 September 2023 di Ruang Garuda, ICE BSD, Tangerang, Banten. Acara yang berlangsung di sela-sela penyelenggaraan pameran ILDEX Indonesia merupakan kolaborasi antara Indonesia Livestock Alliance (ILA), Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI), BroilerX, Badan Kejuruan Teknik Peternakan Persatuan Insinyur Indonesia (BKT PII), serta Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI).

ILC akan menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya masing-masing, di antaranya Prof Dr Ir Ali Agus DAA DEA IPU ASEAN Eng (Ketua BKT PII dan Guru Besar Fapet UGM), Prof Dr Ir Osfar Sjofjan MSc IPU ASEAN Eng (Ketua Umum AINI dan Guru Besar Fapet UB), Ir Heru Mulyanto (President Commisioner of BroilerX & Ketua GPPU Jatim 2004-2012), serta Prastyo Ruandhito (CEO & Co-Founder BroilerX). (INF)

PELANTIKAN DPP AINI PERIODE 2021-2024 SECARA DARING

Pelantikan DPP AINI secara daring. (Foto: Dok. AINI)

Karena masih dalam pandemi COVID-19, pelantikan Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (DPP AINI) periode 2021-2024, Jumat (11/6), dilaksanakan melalui daring.

Dipimpin langsung oleh Ketua Umum Dr Ir Osfar Sjofjan MSc IPU ASEAN Eng dan Sekjen Dr Ir Bambang Suwignyo MP IPM ASEAN Eng, pelantikan dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari hasil Kongres AINI yang dilakukan secara daring pada Sabtu, 6 Februari 2021.

DPP AINI yang telah dilantik tersebut akan bertugas untuk empat tahun mendatang dengan program kerja yang disepakati bersama antar pengurus. Dalam acara yang penuh keakraban tersebut, dilangsungkan juga acara halal bi halal (syawalan) dan siraman rohani dari ustaz Nanung Danardono PhD, Dosen Fakultas Peternakan UGM dengan mengangkat topik “Meningkatkan Amal, Meningkatkan Kualitas Insan.”

Osfar menegaskan tentang kesiapannya untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan para anggota AINI dari wilayah di ujung barat hingga ujung timur, untuk turut memajukan ilmu dan teknologi pakan di Indonesia.

“Diharapkan terjalin kerja sama yang baik antara semua anggota dengan berbagai sektor, baik antar asosiasi maupun dengan lembaga pemerintah untuk bisa mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada,” ujar Osfar.

Dalam struktur DPP AINI tersebut, terdapat berbagai profesi, baik akademisi, pengusaha maupun birokrasi. Formasi dan komposisi seperti itu dimaksudkan agar terjadi kerja sama sinergis untuk kemajuan sektor nutrisi pakan di Indonesia. AINI juga diharapkan dapat menjadi jembatan untuk bisa memecahkan setiap permasalahan yang ada terkait nutrisi dan pakan, yang nantinya bisa teruskan ke pemerintah sebagai pemegang kebijakan. (IN)

PSPP UNIVERSITAS PAHLAWAN AJARKAN PETERNAK MEMBUAT SILASE

Pelatihan pembuatan silase yang diselenggarakan Pusat Studi dan Pengembangan Peternakan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. (Foto: Dok. Sadarman)

Saat ini pembuatan silase sudah banyak diketahui peternak. Silase disebut sebagai model pengawetan basah dari beragam bentuk bahan pakan dan/atau pakan pada kondisi yang benar-benar ketersediaannya melimpah. Disebut sebagai pengawetan basah, karena bahan pakan yang akan diawetkan harus memenuhi beragam persyaratan, salah satunya berkadar air hingga 65%.

Untuk lebih memasyarakatkan teknologi pengawetan bahan pakan dengan pembuatan silase, Pusat Studi dan Pengembangan Peternakan (PSPP) Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai menyelenggarakan pelatihan pembuatan silase. Kegiatan dilaksanakan pada akhir Februari 2021 di Desa Gerbang Sari, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Riau, sekaligus didukung Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) Dewan Pengurus Wilayah Riau dan Majalah Infovet.

Hadir sebagai pembicara dalam pelatihan tersebut adalah Dr Ir Sadarman beserta tim, Kepala Desa Gerbang Sari, anggota Kelompok Tani Ternak Buana dan masyarakat. Dalam penyampaiannya, Sadarman menyebutkan bahwa salah satu hal yang diperlukan dalam kegiatan memelihara ternak sapi adalah pakan, baik Hijauan Pakan Ternak (HPT) maupun pakan penguat dari konsentrat.

“Rumput adalah pakan utama bagi sapi dan pemamahbiak lainnya. Berserat kasar tinggi sehingga akan terjadi gangguan jika kebutuhan serat kasar tidak terpenuhi, minimal sekitar 13% dari bahan kering pakan yang dikonsumsinya,” kata Sadarman.

Ia menambahkan, HPT pada dasarnya berfungsi menjaga organ-organ pencernaan agar dapat bekerja lebih baik, mengenyangkan dan dapat mendorong keluarnya kelenjar pencernaan.

Berbeda dengan HPT, pakan penguat yang diberikan pada sapi dapat berperan sebagai pelengkap kekurangan nutrien penting untuk pertumbuhan dan perkembang biakan sapi, seperti protein.

“Rumput dan HPT lain minim kandungan protein, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrien sapi dan ternak ruminansia lainnya, sehingga harus diberi pakan penguat berupa konsentrat,” tambahnya.

Terkait dengan teknologi pengawetan pakan dengan silase, Sadarman menyebut bahan pakan apa saja bisa dilakukan, asalkan bahan pakan tersebut dapat memenuhi kriteria penting sebagai persyaratan untuk disilasekan.

“Kita dapat membuat silase berbahan dasar rumput atau HPT lainnya, hal yang sama juga bisa dari produk samping industri pertanian, seperti ampas tahu, ampas kecap dan lainnya, yang penting kandungan air maksimal dari masing-masing bahan maksimal 65%,” jelas alumni Program Doktoral Ilmu Nutrisi dan Pakan, IPB.

Pembuatan silase pada dasarnya bertujuan untuk mengawetkan, meningkatkan palatabilitas dan meminimalkan kehilangan nutrien bahan pakan yang disilasekan. Terkait dengan proses pembuatannya, Ketua PSPP Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai ini menyebutkan bahwa dalam pembuatan silase setidaknya ada empat hingga enam fase yang harus dilalui.

Kendati demikian, kebanyakan peternak hanya memilih empat fase saja dan ini sudah sesuai dengan prosedural dalam pembuatan silase tersebut. “Wajib dilalui empat fase saja, mulai dari fase aerob, fermentasi, stabil dan fase pemanenan, semuanya mempunyai peran masing-masing,” kata Sadarman yang juga Dosen Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan UIN Suska Riau.

Terkait dengan tata cara pembuatannya, hal pertama yang harus diperhatikan adalah materialnya. Jika rumput maka hal yang perlu dilakukan adalah mengecilkan partikel melalui pemotongan dengan ukuran 1-3 cm, lalu diangin-anginkan. Proses tersebut bertujuan untuk mendapatkan kadar air sekitar 65-70%.

Di samping itu, penambahan aditif silase juga sangat diperlukan, terutama HPT dengan kandungan karbohidrat terlarut dalam air rendah. “Perlu ditambahkan bahan lain seperti dedak halus, molase, bekatul, onggok dan lainnya, peran dari bahan-bahan ini adalah sebagai sumber energi, sedangkan untuk mempercepat perbanyakan Bakteri Asam Laktat (BAL), diperlukan inokulum, bisa dari EM4,” ucap dia. 

Terkait dengan penggunaan inokulum, dia mengatakan dapat dilakukan, hal ini karena goal dari ensilase tersebut adalah menghasilkan silase dengan pH rendah atau pH asam.

“Harapannya penurunan pH berbanding lurus dengan tingkat populasi BAL, peningkatan BAL sejalan dengan terjadinya penurunan pH, pH akan mendekati 3.50-3, ini yang disebut dengan silase dengan pH excellent,” pungkasnya.

Silase dengan pH excellent akan menunjukkan karakter dengan kualitas yang juga baik. Diantara batasan terkait dengan kualitas silase, dapat dilihat dari tingkat kehilangan bahan kering, warna, aroma, tekstur dan pertumbuhan jamur selama ensilase berlangsung. (Sadarman)

PEMBERIAN PAKAN UNTUK SAPI PERAH DARA

Pendampingan manajemen pakan peternak sapi perah yang digelar AINI dan KPSBU. (Foto: Istimewa)

Sapiperah dalam usia muda atau yang dikenal dengan sapi dara, kondisi tubuhnya lebih efisien dalam mengubah pakan menjadi bobot tubuh. Oleh karena itu, pada periode umur tersebut berikan pakan dengan kualitas terbaik untuk membuat tulang tubuh dan organ lain berkembang secara ideal.

Hal itu disampaikan oleh Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (UB), Dr Hendrawan Soetanto, dalam acara Pendampingan Manajemen Pakan Peternak Sapi Perah melalui aplikasi daring, Selasa (2/3/2021), yang diselenggarakan oleh Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU).

Ia menjelaskan, nutrisi yang diperoleh saat sebelum dewasa kelamin atau dalam kondisi tubuh sekitar 50% dari bobot dewasa, nutrisi tersebut akan digunakan untuk pembentukan tulang kerangka. Pertambahan berat badan (PBB) merupakan indikator terbaik apakah sapi dara terpenuhi kebutuhan nutrisinya.

"Ransum sapi dara harus mengandung cukup energi, minimal 10,5 Mega Joule per kilogram berat kering, serta protein untuk mencapai target pertumbuhan," kata Hendrawan. Ia juga mengingatkan agar sapi dara harus memperoleh cukup air minum dan mineral.

Dalam hal kebutuhan nutrisi sapi perah, hal itu senantiasa berubah seiring dengan fase pertumbuhan yang dilalui, serta tingkat produksi susunya. Untuk penyusunan formulasi pakan yang diberikan, Hendrawan memberi rambu-rambu pembuatannya, yakni taksiran bobot badan ternak, status fisiologis ternak, ketersediaan bahan pakan, kualitas bahan baku pakan, termasuk ada atau tidaknya kandungan anti-nutrisi di dalamnya, kemudian jumlah pakan yang akan diramu, biaya pakan yang dapat ditoleransi, serta jarak distribusi pakan dan lama simpan pakan sebelum didistribusikan. (IN)

NAHKODA BARU ASOSIASI AHLI NUTRISI DAN PAKAN INDONESIA PERIODE 2021-2024

Kongres Nasional V AINI melalui daring. (Foto: Istimewa)

Dalam suasana pandemi, para ahli nutrisi dan pakan Indonesia yang tergabung dalam wadah Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) menyelenggarakan Kongres Nasional V secara daring, pada Sabtu (6/2/2021).

Kongres diikuti oleh para dewan pengurus pusat, dewan pengurus wilayah, peninjau dan anggota AINI dari berbagai wilayah di Indonesia, juga dihadiri Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, sekaligus sebagai Wakil Ketua Umum AINI, Dr Nasrullah.

Ketua Umum AINI periode 2015-2021, Prof Dr Nahrowi, mengingatkan tentang tantangan AINI sebagai organisasi profesi di masa kini dan mendatang. Menghadapi tantangan di era digital, yakni semua perubahan bisa terjadi sangat cepat, serba sulit diprediksi, serta ada banyak sekali masalah yang sangat kompleks.

Menghadapi hal itu, ia berharap semua anggota AINI bisa menjadikan tantangan yang ada sebagai peluang berkembang menuju yang lebih baik. “Karena saat ini kita dihadapkan pada perubahan teknologi yang jauh lebih cepat dibanding perubahan bisnis,” kata Nahrowi.

Kongres yang diselenggarakan tiap lima tahun tersebut didahului oleh orasi ilmiah dengan menghadirkan dua narasumber penting, yakni Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas, Ir R. Anang Noegroho Setyo Moeljono MEM, yang membawakan orasi bertema “Tantangan Inovasi dan Teknologi Pakan dalam Mendukung Kebijakan Pembangunan Peternakan Nasional.” Kemudian orasi Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenristek/BRIN, Prof Dr Heri Hermansyah S T MEng, mengenai “Pentingnya Sinergitas AINI dengan Kementerian BRIN dalam Kegiatan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat di Bidang Peternakan.”

Dalam kongres yang berlangsung secara kekeluargaan tersebut, pimpinan sidang Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Dr Ali Agus menetapkan dengan suara bulat yakni Dr Ir Osfar Sjofjan MSc IPU ASEAN Eng sebagai Ketua Umum AINI periode 2021-2024.

Dalam pernyataannya, Osfar mengharapkan koordinasi yang lebih baik lagi antar anggota untuk membentuk kepengurusan AINI yang baru tersebut.

“Karena tantangan ke depan pasti tidak akan mudah. Kita harap arahan, bantuan, serta dukungannya untuk acara-acara AINI ke depan,” katanya. (IN)

WEBINAR PELANTIKAN DEWAN PENGURUS WILAYAH ASOSIASI AHLI NUTRISI DAN PAKAN INDONESIA



Kamis, 21 Januari 2021, tepat pada pukul 13:00-16:00 WIB diselenggarakan webinar Pelantikan Dewan Pengurus Wilayah Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI).

Kegiatan dihadiri sebagian besar para cendikiawan ahli nutrisi dan pakan dari berbagai perguruan tinggi, peternakan dan lembaga diantaranya LIPI, BPPT dan lain sebagainya.

Mengawalai acara, Ketua AINI, Prof Dr Ir Nahrowi MSc, mengemukakan bahwa pelantikan ini bertujuan untuk mempersiapkan pengurus wilayah seluruh Indonesia menghadapi Kongres Pertama AINI pada 6 Februari 2021 mendatang dengan visi “AINI Sebagai Organisasi Terkemuka Bidang Ilmu Nutrisi dan Pakan Tropika”.

Sementara Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dr Ir Nasrullah MSc, dalam sambutannya menekankan agar para peneliti nutrisi dan pakan ternak tidak hanya berkutat di laboratorium, melainkan melihat langsung kondisi dan aplikasi hasil penelitian di lapangan. Sebab ia merasa setelah menjadi Dirjen, hasil penelitiannya selama di perguruan tinggi tidak memberi perubahan kondisi peternakan di Tanah Air.

"Indonesia hingga saat ini masih tergantung pada negara lain dalam penyediaan bahan baku pakan ternak yang notabene kita memberikan dana negara yang seharusnya dinikmati rakyat, tetapi justru untuk kemakmuran negara lain. Kita masih mengimpor bahan baku berupa bungkil kedelai, MBM (Meat Bone Meal), CGM (Corn Gluten Meal), DDGS (Distillers Dried Grain with Soluble). Perlu dicari terobosan oleh AINI bekerja sama dengan para ahli pertanian, bagaimana kita memenuhi kebutuhan atau mensubsitusi bahan baku pakan ternak tersebut sehingga meminimalisir ketergantungan impor, mengingat tanah kita cukup potensial dan subur," tutur Nasrullah.

Webinar juga diisi dengan orasi dari Peneliti Muda Berprestasi dan Sekretaris Program Studi Pasca Sarjana Fakultas Peternakan IPB, Dr Ir Anuraga Jayanegara SPt MSc, tentang hasil riset terkini antara lain membahas mengenai zat antinutrisi dan metabolismenya dalam tubuh ternak. Dipanjutkan oleh Ranch Manager PT Buana Karya Bakti, Satui, Kab. Tanah Bumbu, Banjarmasin, Wahyu Darsono SPt MSi, yang membahas aplikasi IoT (Internet of Things) dalam integrasi sawit-sapi. Kemudian Ahli Nutrisi dan Pakan Ternak Ruminansia Universitas Mataram, Prof Ir Suhubdy Yasin PhD,  yang membahas tentang rangeland pastura dan pakan ternak kerbau (herbivora) di Indonesia.

Webinar diakhiri dengan pemberian sertifikat penghargaan kepada ketiga pemberi orasi, yang dilanjutkan dengan pembacaan Keputusan AINI No. 006/SK/KUN/2021 tentang Pelantikan Dewan Pengurus Wilayah AINI dengan menetapkan 19 DPW dan 14 Perwakilan Wilayah untuk membentuk DPW. (Sjamsirul Alam/INF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer