Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini UP ANIMAL SCIENCE TALK: MAKSIMALKAN PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT UNTUK PRODUKTIVITAS KERBAU | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

UP ANIMAL SCIENCE TALK: MAKSIMALKAN PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT UNTUK PRODUKTIVITAS KERBAU

Webinar pemanfaatan produk sampingan kelapa sawit yang diselenggarakan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. (Foto: Infovet/Sadarman)

Program Studi Peternakan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai (UP) menyelenggarakan webinar internasional, Sabtu (24/4/2021), mengenai "Pemanfaatan Biomasa Produk Samping Kelapa Sawit untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Kerbau."

Rektor UP Prof Dr Amir Luthfi dalam sambutan yang dibacakan langsung oleh Wakil Rektor II, Muhammad Nizar Syarif Hamidi, menyambut baik atas terlaksananya kegiatan ini. Menurutnya, pembahasan terkait perkembangan keilmuan peternakan perlu digali tanpa henti. Ini mengingat bahwa ilmu peternakan sejatinya bersifat dinamis dan selalu ada pembaharuan.

“Dinamisasi keilmuan bidang peternakan terus mengalir, semua atas buah pemikiran para periset, ketika para akademisi diam maka yang akan terjadi adalah ketinggalan informasi, sehingga peran akademisi sebagai penyampai terkait teknologi terkini bidang peternakan tidak dapat dioptimalkan,” ujarnya.

Sementara hadir pula Ketua Umum Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI), Dr Osfar Sjofyan, sebagai pendukung acara turut memberikan apresiasi.

“AINI DPW Riau telah melakukan gebrakan awal, menggagas webinar internasional bersama Prodi UP. Kegiatan ini harus didukung karena menyangkut berbagi informasi terkini tentang usaha peternakan, apapun itu topiknya, yang penting roh ilmu peternakan tetap hidup dengan adanya webinar seperti UP Animal Science Talk,” kata Dr Osfar.

Kegiatan yang dihadiri oleh para akademisi, peneliti dan mahasiswa ini menghadirkan Dosen Pembina Prodi Peternakan UP dari UIN Suska Riau, Dr Ir Sadarman, untuk memandu narasumber yakni Assoc Prof Dr Hasliza Abu Hassim dari Universiti Putra Malaysia dan Dr Rakhmad Perkasa Harahap, dosen muda Universitas Tanjungpura Pontianak.

Hasliza yang tampil disesi pertama memaparkan materi optimalisasi pertumbuhan kerbau melalui pakan berkualitas. Dijelaskan, pada dasarnya kerbau sama dengan ruminan lainnya, herbivora yang mengonsumsi rumput dan HPT lainnya sebagai pakan utama. Namun tak sebatas itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuka pemikiran bahwa produk samping agroindustri dan perkebunan, misal kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai pakan.

“Kerbau itu bagian dari ruminan, sama dengan sapi dan ruminan lainnya, juga dapat mengolah pakan dari HPT atau produksi samping kelapa sawit menjadi daging dan susu, diberikan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas,” kata Hasliza yang juga Ketua Laboratori Produksi Haiwan Lestari dan Biodiversiti, Institut Pertanian Tropika dan Sekuriti Makanan (ITAFoS), Universiti Putra Malaysia.

Lebih lanjut dijelaskan, produk samping kelapa sawit masih perlu diolah, disamping untuk meningkatkan utilisasi sesaat setelah dikonsumsi, namun yang terpenting dapat meningkatkan kualitas dari bahan pakan tersebut, serta disukai ternak. Hasil risetnya sendiri menyebutkan bahwa oil palm frond dengan penambahan white rot fungi + fibrolytic enzyme dapat memberikan akses pada mikroba rumen untuk melepaskan ikatan selulosa dan hemiselulosa melalui degradasi oil palm frond.

“Tantangan terbesar jika membudidayakan kerbau dengan menggunakan produk samping kelapa sawit terletak pada upaya memecah ikatan selulosa dan hemiselulosa, sehingga pakan tersebut dapat diutilisasi secara keseluruhan untuk didepositkan menjadi daging dan susu,” jelasnya.

Sementara terkait dengan pemecahan serat kasar yang tidak mudah dicerna, ditambahkan pembicara berikutnya Rakhmad Perkasa Harahap, diperlukan teknik jitu yang telah ditelitinya dalam nutrisi dan pakan. Menurutnya, penggunaan Fibre Cracking Teknology (FCT) dapat menurunkan kandungan Serat Kasar (SK) hingga 10% dari kontrol.

“Pelepah daun sawit (PDS) dengan FCT memberikan hasil optimal dalam menurunkan SK, menariknya adalah terjadi peningkatan Protein Kasar (PK) dari 8.74% (kontrol) menjadi 11.4% PDS + FCT yang berasal dari larutan urea 3% atau disebut Non Protein Nitrogen (NPN). Artinya penggunaan FCT memberikan benefit pada PDS, yaitu tidak hanya menurunkan SK, namun PK ikutan naik, kemungkinan dari proses penambahan urea yang di-spray langsung ke sampel,” kata Rakhmad.

Lebih lanjut, kemampuan FCT dalam menurunkan SK tidak hanya sekedar isapan jempol semata, dari hasil risetnya disebutkan PDS + FCT mampu menurunkan NDF 29.8% dan ADF 14.2%.

“Penurunan SK pada dasarnya adalah dapat meningkatkan kecernaan dari PDS, sehingga PDS layak dijadikan sebagai pakan kerbau,” pungkasnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan produktivitas kerbau, produk samping kelapa sawit mulai dari sludge (daging buah), bungkil inti sawit dan PDS dapat dimanfaatkan. Pemanfaatannya perlu mendapat sentuhan teknologi, baik melalui pembuatan silase, FCT dan menambahkan beberapa enzim yang dapat meminimalkan antinutrisi. Dengan demikian, upaya meningkatkan produktivitas kerbau dapat diwujudkan di masa mendatang. (Sadarman)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer