Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini 2017 | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

CV Pradipta Paramita, Pelopor Probiotik untuk Ternak Indonesia



Bupati Karanganyar, Drs H Juliyatmono awal Desember lalu meresmikan Pabrik CV Pradipta Paramita yang berlokasi di  Desa Waru Pulosari, Kebakkramat, Karanganyar, Solo. CV Pradipta Paramita adalah salah satu pelopor untuk mengkampanyekan aplikasi probiotika terhadap industri perunggasan di Indonesia.

Berawal dari sebuah produk bermerk RALAT, sebuah preparat organik herbal yang berfungsi untuk mengendalikan populasi lalat pada kandang ternak. Dra Agnes Heratri MP, Direktur Utama CV Pradipta Paramita menguraikan suka dukanya dalam mendirikan CV Pradipta Paramita pada tahun 1999.

“Mulanya saya bersama suami, Ir Yani Rustana meramu, mengaduk dan mengemas sendiri produk ke dalam botol di garasi rumah kami. Urusan pemasaran produk ditangani langsung oleh suami hanya dengan mengandalkan sepeda motor hingga lintas kabupaten bahkan provinsi, dengan angkutan umum, bus, dan kereta api,” ungkap wanita yang akrab disapa Ratri ini.

Awal tahun 2000-an CV Pradipta Paramita telah menggencarkan aplikasi probiotika dan mengurangi pemakaian antibiotika pada budidaya unggas.

“Kala itu tidak sedikit orang yang mencibir dan menganggap usaha kami tidak masuk akal dan bahkan melawan arus,” kenangnya.

Kini berbuah bukti nyata, pemerintah mengeluarkan aturan penghentian aplikasi preparat antibiotika di dalam pakan untuk industri ternak. Sekarang, nyaris tiada lagi produsen obat hewan yang tidak ikut serta memproduksi preprat herbal.

"Saat ini pabrik CV Pradipta Paramita didukung oleh hampir 75 orang karyawan. “Awalnya hanya satu produk saja, kini ada sekitar 70 produk, 40 item diantaranya untuk sektor peternakan," kata Ratri.

"Tersedia aneka herbal untuk ayam potong, petelur dan juga ternak sapi, kambing dan babi,” imbuhnya..

Produk-produk CV Pradipta Paramita sudah lolos standar CPOHB (Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik). CV Pradipta Paramita juga menyediakan aneka produk untuk menggenjot produktivitas dan efisiensi usaha perikanan. Bahkan untuk kebutuhan manusia juga dipasarkan produk dengan aneka variasi rasa dan juga manfaat seperti Sari Jahe, Sari Melon, Temu Lawak, dan lainnya.

Segmen pasar obat pengendali lalat organik yakni RALAT, mampu mengambil peran utama di Indonesia dalam berbagai usaha agroindustri saat ini. Omsetnya telah mampu membawa gerbong usaha bisnis Ratri melesat.

“Peresmian pabrik ini adalah cita-cita kami untuk usaha yang maju dan sehat, terus berkembang bersama peternak, petani dan petambak udang,” ucap Ratri penuh syukur. (iyo/nu)

Palestina Apresiasi Penerapan Teknologi IB Indonesia

Foto bersama usai closing ceremony kegiatan pelatihan IB.

10 orang peserta dari Palestina telah mengikuti pelatihan IB (Inseminasi Buatan) di Indonesia yang diselengarakan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), bekerjasama dengan Kementerian Sekretariat Negara dan JICA.
Pelatihan bertajuk “Training  Course on The Strengthening of Artificial Insemination Management and Conservation of Livestock Genetic Resources For Palestine” dilaksanakan oleh salah satu UPT (Unit Pelaksana Teknis) Ditjen PKH, yakni Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari Malang, selama 15 hari, yang dimulai 13 Desember-27 Desember 2017.
Wakil Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Taher, pada acara closing ceremony pelatihan yang dilaksanakan di Kantor Ditjen PKH Rabu, (27/12), menyampaikan, ucapan terimakasih dan memberikan apresiasi kepada Pemerintah Indonesia yang telah memberikan pelatihan IB. “Kami berharap hasil pelatihan ini dapat diimplementasikan di negara kami dan dapat berkontribusi untuk meningkatkan produksi ternak di negara kami,” kata Taher.
Kegiatan pelatihan IB pada ternak yang ditutup secara resmi oleh Dirjen PKH, I Ketut Diarmita, dihadiri oleh Wakil Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Representative JICA di Indonesia, Kepala Biro KLN Kementan, Sesditjen dan para direktur lingkup Ditjen PKH, perwakilan Kemensetneg dan Kemenlu, serta beberapa Tenaga Ahli IB dari BBIB Singosari.
Pada kesempatan tersebut, semua peserta juga menyampaikan ucapan terimakasih dan kesan-kesannya selama mengikuti pelatihan. Wael W. M Halawa, salah satu peserta pelatihan menyampaikan, selama mengikuti pelatihan telah memperoleh pengetahuan dan teknologi soal IB pada ternak. “Kami juga telah mengunjungi UPT Perbibitan Ditjen PKH, antara lain Balai Embrio Transfer Cipelang dan BBPTU-HPT Baturraden,” kata Wael. 
Ia menambahkan, “Kami kagum dengan kemajuan dunia peternakan di Indonesia, khususnya dalam penerapan teknologi dan penguatan kelembagaan, sehingga ini dapat diadopsi dan dikembangkan di negara kami,” tambahnya.
Sementara Dirjen PKH I Ketut Diarmita, menyampaikan, teknologi IB memang telah berkembang dengan baik di Indonesia dan penggunaannya tidak hanya terbatas untuk meningkatkan populasi ternak, tetapi juga sebagai alat untuk peningkatan mutu genetik ternak.
“Keberhasilan teknologi IB di Indonesia terbukti dengan tercapainya swasembada semen beku pada 2012. Kemudian di 2013, Indonesia telah berhasil mencapai swasembada Bull (pejantan unggul). Indonesia juga memiliki teknologi sexing semen beku yang dapat menentukan jenis kelamin kelahiran ternak sesuai dengan kebutuhan peternak,” kata Ketut.
Ia menjelaskan, sejak 2007 Indonesia pun telah mampu melakukan ekspor semen beku ke beberapa negara seperti Malaysia, Kamboja, Myanmar, Timor Leste and Kyrgyzstan. Menurutnya, dengan adanya berbagai keuntungan dari penggunaan teknologi IB,  saat ini IB menjadi ujuk tombak untuk keberhasilan program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) yang merupakan fokus kegiatan Kementan pada 2017-2019. “Upaya ini dilakukan sebagai wujud komitmen pemerintah dalam mengejar swasembada sapi yang ditargetkan presiden pada 2026,” ungkapnya.
Kepala BBIB Singosari, Enniek Herwijanti, turut mengatakan, sampai saat ini BBIB Singosari telah melatih peserta dari 22 negara selain Palestina. Setelah pelatihan ini selesai, Enniek meminta para peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru tentang pengelolaan reproduksi hewan, tetapi juga perlu menciptakan networking, sehingga ke depan akan ada peluang kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan antar kedua negara. (CR)

KEBUTUHAN TEMPAT PAKAN DAN MINUM IDEAL PADA USAHA BROILER

Kekurangan jumlah tempat pakan dan minum, serta kepadatan yang tinggi,
dapat menyebabkan
kasus kanibalisme, meningkatnya angka kesakitan,
bahkan
kematian yang berakibat pada kegagalan panen.

Usaha ayam pedaging atau broiler di dalam negeri terus meningkat, baik usaha budidaya maupun usaha pembibitan (breeding farm), sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan daging ayam dan meluasnya usaha kuliner berbahan daging ayam. Untuk itu, peternak broiler dituntut menyediakan ayam broiler hidup yang HAUS (Halal, Aman, Utuh dan Sehat), di mana untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan manajemen profesional dan pengetahuan peternak yang mumpuni sesuai standar internasional.
Salah satu unsur manajemen perkandangan yang sering terlupakan dan dianggap enteng oleh peternak ialah penyediaan tempat pakan dan minum sesuai dengan populasi dan kepadatan (density) ternak yang dipelihara. Padahal hal ini sangat berpengaruh pada keseragaman (uniformity), laju pertumbuhan dan kesehatan ternak yang bersangkutan.
Pada umumnya konsumen apakah pribadi atau usaha kuliner, menyukai ayam pedaging yang montok, seragam dalam bobot badan dan higienis. Ayam broiler yang tidak seragam, cacat, kurang sehat, sudah dipastikan akan ditolak konsumen, yang berarti kerugian bagi peternak.
Penulis pernah mensuplai daging ayam broiler dingin ke salah satu outlet penyedia olahan daging ayam di Bogor pada jam 02.00 WIB, ternyata konsumen menyeleksi ulang selain bobotnya juga ada tidaknya cacat seperti lembab biru, tulang patah dan lain-lain. Nah, di sinilah peternak harus menampilkan pemeliharaan ayam broiler sebaik-baiknya sesuai permintaan konsumen, agar tidak asal-asalan dalam memeliharanya.

Tempat Pakan dan Minum yang Dibutuhkan
Tempat pakan dan minum yang tidak sesuai dengan populasi ayam yang dipelihara akan mengakibatkan terjadinya saling berebut antara masing-masing ternak (kompetisi), yang akhirnya akan terjadi ayam yang lebih besar saja yang mendapat pakan cukup, sementara yang lain tidak kebagian dan buntutnya keseragaman bobot badan tidak tercapai.
Berikut disajikan standar internasional untuk pemeliharaan broiler, baik komersial (budidaya), bibit remaja (breeder pullet) dan bibit produksi (breeder production) seperti pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1: Luas Kandang, Tempat Pakan dan Minum untuk Broiler
Jenis ayam
Jenis lantai
Umur (minggu)
Luas per ekor (cm2)
Luas tempat pakan per ekor (cm2)
Luas tempat minum per ekor (cm2)
Broiler Komersial
Floor
Floor
0-4
4-8
279
697
2,5
2,5
0,5
0,5
Broiler Breeder Pullet
Floor
Floor
Floor
0-8
9-16
16-20
743
1.208
1.858
2,5
7,6
10,2
1,3
1,5
2,5
Broiler Breeder Production
 Floor
Slat-Floor
20
≥ 20
2.322
1.858
10,2
10,2
5,0
5,0
Sumber: Esminger, “Poultry Science”, 3rd Edition, Illinois, 1992.

Luas permukaan tempat pakan dengan sistem talang (memanjang) untuk setiap ekor ayam broiler yang berumur 5-7 minggu adalah 5-7,6 cm, sedang untuk tempat pakan berbentuk tabung (diameter 38 cm) atau kapasitas 5 kg, satu buah tempat pakan model tabung dapat dipakai 30-35 ekor ayam.
Tempat pakan harus dijaga agar tidak mudah rusak, dipelihara kebersihannya dan jangan sampai kosong tidak berisi, karena hal ini akan memberi peluang ayam tidak kebagian pakan atau meningkatkan kompetisi antar ayam untuk memperoleh pakan.
Tempat minum, baik tipe talang memanjang, galon manual, galon otomatis, maupun nipple harus selalu berisi air, karena kekurangan air minum akan berdampak buruk pada pertumbuhan secara keseragaman bobot ayam.
Sementara pada Tabel 2 berikut, disajikan keperluan luas permukaan tempat minum ayam broiler.

Tabel 2: Kebutuhan Tempat Minum untuk Broiler Komersial
Umur ayam (minggu)
Talang otomatis atau biasa (ekor/cm2)
Kebutuhan tempat minum untuk 1.000 ekor
Talang yang panjangnya 2,4 m (buah)
Tipe kubah (galon) (buah)
Tipe cups (buah)
Tipe nipple (buah)
0-8
2,0
4
16
94
94
9-panen
2,8
6
22
138
138
Sumber: North & Bell, “Commercial Production Manual”, New York, 1990.

Perhatikan Kepadatan
Setelah peralatan tempat pakan dan minum dilengkapi sesuai standar, jumlah pemberian air minum juga harus sesuai dengan kebutuhan ayam broiler agar pertumbuhan berlangsung normal, seperti pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3: Kebutuhan Air Minum untuk Ayam Broiler Komersial
Umur ayam (minggu)
Jumlah air minum (liter/100 ekor/hari)
1
3,80
2
5,70
3
7,60
4
9,90
5
12,90
6
16,00
7
18,00
8
20,80
9
22,70
10
24,60
Sumber: Cara Pemeliharaan Ayam Pedaging CP 707, 1980.

Selain dari itu kepadatan dan luas lantai perlu diperhitungkan karena erat hubungannya dengan rencana akhir/target berat ayam yang akan dipanen atau dijual. Perhitungan ini harus dilakukan karena adanya hubungan nyata antara kepadatan ayam dengan pertumbuhan, konversi pakan dan tingkat kematian (mortality), di mana semakin berat bobot ayam yang akan dipanen, kepadatan harus semakin rendah sepeti pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4: Hubungan Berat Badan, Luas Lantai dan Kepadatan Broiler Komersial
Berat ayam hidup (kg)
Luas lantai (m2/ekor)
Kepadatan (ekor/m2)
Daging yang dihasilkan (kg/m2)
1,36
0,05
20,0
28,0
1,82
0,06
16,7
30,3
2,27
0,08
12,5
28,4
2,72
0,09
11,1
30,2
3,18
0,11
9,10
29,0
Sumber: North & Bell, Commercial Chicken Production Manual, New York, 1990.

Efek lainnya dari kekurangan jumlah tempat pakan dan minum, serta kepadatan ayam yang tinggi, adalah timbulnya kasus kanibalisme (saling patuk antara ayam), meningkatnya angka sakit (morbidity) dan tingkat kematian, yang notabenenya akan menyebabkan kegagalan panen.
Demikianlah sekilas tentang pentingnya perhatian terhadap kelengkapan tempat pakan dan minum agar usaha broiler Anda berhasil dengan sukses. (SA)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer